Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Sepotong Semangat dan Nasihat untuk yang Terpapar Covid-19

Segala puji bagi Allah dalam segenap keadaan. Saat kita terpapar Covid-19, ada perasaan yang tentunya tidak senyaman biasanya.

Secara mental, pondasi keimanan dan ketawakkalan harus dikuatkan.

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

Tidaklah ada suatu musibah melainkan dengan izin Allah. Barang siapa yang beriman kepada Allah, Allah akan beri petunjuk pada hatinya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu
(Q.S atTaghobun ayat 11)

Apabila sebelum ini kita sudah optimal menerapkan protokol kesehatan, tidak mengapa. Semua terjadi atas takdir Allah. Tentunya Allah menghendaki kebaikan untuk kita.

Namun, jika sebelum ini kita kurang perhatian terhadap protokol kesehatan, bisa jadi ini adalah teguran. Momentum bagi kita untuk berbenah di masa yang akan datang. Menjadikannya sebagai pelajaran yang sangat berharga. Tidak diabaikan begitu saja.


Baca juga: Kapan Seorang Hamba Mengetahui Bahwa Sebuah Musibah adalah Ujian atau Adzab?


Jika ada kesempatan, bisa meruqyah diri sendiri. Bisa dengan memperbanyak membaca al-Fatihah.

فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا رَقَيْتُ إِلَّا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَتَبَسَّمَ وَقَالَ وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ

Seorang Sahabat berkata: Wahai Rasulullah, demi Allah, tidaklah aku meruqyah kecuali dengan al-Fatihah. Nabi tersenyum. Beliau bersabda: Tidakkah engkau tahu bahwasanya al-Fatihah itu adalah ruqyah.
(H.R al-Bukhari dan Muslim)

Membaca ayat-ayat al-Quran yang lain juga adalah bagian dari terapi untuk penyembuhan.

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

Dan Kami turunkan dari al-Quran yang merupakan obat dan rahmat bagi orang-orang beriman. Dan tidaklah menambah bagi orang-orang dzhalim melainkan kerugian.
(Q.S al-Israa’ ayat 82)

قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ

Katakanlah bahwa dia (al-Quran itu) bagi orang-orang beriman adalah petunjuk dan obat…
(Q.S Fushshilat ayat 44)

Ibnul Qoyyim rahimahullah menyatakan:

فَالْقُرْآنُ هُوَ الشِّفَاءُ التَّامُّ مِنْ جَمِيعِ الْأَدْوَاءِ الْقَلْبِيَّةِ وَالْبَدَنِيَّةِ، وَأَدْوَاءِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

Al-Quran adalah obat yang sempurna dari seluruh penyakit hati maupun badan, demikian juga penyakit duniawi maupun (untuk) akhirat.
(Zaadul Ma’ad (4/322))

Bosan menunggu masa selesainya karantina, padahal masih berhari-hari lagi namun belum juga negatif hasil tes-nya? Mengapa tidak diagendakan program mengkhatamkan al-Quran?


Artikel bermanfaat lainnya: Meruqyah Diri Sendiri atau Orang Lain yang Sakit dengan al-Ikhlash, al-Falaq, dan an-Naas


Bentuk ruqyah terhadap diri sendiri juga adalah membacakan al-Ikhlas, al-Falaq, dan anNaas, kemudian diusapkan ke sekujur tubuh.

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا مَرِضَ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِهِ نَفَثَ عَلَيْهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ فَلَمَّا مَرِضَ مَرَضَهُ الَّذِى مَاتَ فِيهِ جَعَلْتُ أَنْفُثُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُهُ بِيَدِ نَفْسِهِ لأَنَّهَا كَانَتْ أَعْظَمَ بَرَكَةً مِنْ يَدِى

Dari Aisyah ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam jika salah satu dari keluarganya sakit, beliau meniupkan dengan al-Muawwidzaat (surah al-Ikhlas, al-Falaq, dan anNaas). Ketika beliau sakit yang membuat beliau meninggal, aku meniupkannya pada beliau dan aku usap dengan tangan beliau sendiri karena itu lebih besar keberkahannya dibandingkan tanganku.
(H.R Muslim)

Apabila sakit kita masih cukup parah, bisa memanfaatkan keringanan-keringanan yang diizinkan dalam syariat. Jika tidak mampu berwudhu dengan air dingin, bisa menggunakan air hangat. Jika pun tidak memungkinkan, bisa bertayammum.


Baca Juga: Menggunakan Air Hangat untuk Berwudhu atau Mandi


Orang yang sakit boleh menjamak shalat Dzhuhur dengan Ashar dan Maghrib dengan Isya’. Jika ia dalam kondisi safar, bisa meringkas shalat yang 4 rakaat menjadi 2 rakaat. Tapi kalau ia dirawat masih di area Kabupaten/Kota tempat domisilinya, jumlah rakaat tetap dikerjakan secara utuh.

Apabila tidak mampu shalat dengan berdiri, shalatlah dengan duduk. Jika dengan duduk juga tidak bisa, shalatlah dengan berbaring pada sisi tubuh dengan kepala menghadap kiblat.

Adakalanya dalam kondisi sakit yang berat, kita tidak mampu berlama-lama shalat, bisa mengerjakan yang rukun dan wajib saja. Beberapa yang sunnah bisa dilewati. Misalkan, saat shalat wajib, hal yang tidak ditinggalkan adalah: membaca al-Fatihah, dalam ruku’ membaca subhana robbiyal adzhim sekali, dalam I’tidal membaca robbana wa lakal hamdu saja. Dalam sujud membaca subhana robbiyal a’laa sekali. Duduk di antara dua sujud hanya membaca robbighfirlii sekali. Namun semuanya tetap dikerjakan dengan thuma’ninah.


Baca Juga: Doa Memohon Ampunan dan Keselamatan Setiap Pagi dan Petang


Tetaplah menjaga semangat untuk sembuh. Bagaimanapun umur yang panjang dalam ketaatan kepada Allah adalah lebih baik. Momen panjang usia juga kesempatan bertobat atas kesalahan yang telah lalu. Semoga sakitnya kita itu juga menjadi penghapus dosa-dosa.

Semoga Allah memberikan afiyat kepada kita dan memberikan rahmat serta ampunan kepada segenap kaum muslimin.

 

Ditulis oleh:
Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan