Penuntut Ilmu dan Dai Tidak Boleh Mengorbankan Prinsip Dalam Rangka Mencari Keridhaan Manusia
Syaikh Muhammad Amaan al-Jamiy rahimahullah menyatakan:
Seorang penuntut ilmu hendaknya berjuang agar dirinya ikhlas karena Allah serta selalu merasa diawasi Allah. Janganlah ia mencari pujian manusia dan mengharapkan keridhaan mereka. Karena hal itu bisa mengundang kemurkaan Allah. Ketika seorang penuntut ilmu menyetujui orang-orang itu dalam melakukan kebid’ahan-kebid’ahan maupun khurafat. Dengan alasan mau bersikap hikmah. Sebagaimana anggapan sebagian orang.
Padahal (menuruti keinginan mereka sehingga terjatuh dalam kebid’ahan itu, pen) bukanlah hikmah sama sekali. Karena hikmah –secara ringkas- adalah meletakkan kelembutan pada tempatnya dan meletakkan ketegasan pada tempatnya.
Penuntut ilmu dan seorang dai jangan sampai lupa bahwa yang pujian dan celaannya sangat berpengaruh adalah hanya Allah semata. Adapun pujian manusia, tidaklah bermanfaat bagimu. Celaan manusia tidaklah memudaratkanmu. Lalu mengapa engkau sebagai penuntut ilmu sampai harus mengorbankan prinsip guna mencari keridhaan manusia serta bersikap lemah?!
Sumber: Majmu’ Rosaail al-Jaamiy fil ‘Aqiidah was Sunnah halaman 59
Naskah dalam Bahasa Arab
قال الشيخ محمد أمان الجامي رحمه الله تعالى
فليجاهد طالب العلم نفسه لحملها على الإخلاص لله ومراقبته، وعلى عدم التطلع إلى مدح الناس وثنائهم عليه والتماس رضاهم؛ لأن في ذلك غضب الله وسخطه؛ بموافقتهم على ما هم عليه من البدع والخرفات؛ بدعوى استعمال الحكمة؛ كما يزعم بعض الناس؛ وليس ذلك من الحكمة في شيء؛ لأن الحكمة باختصار وضع اللين في موضعه، ووضع الشدة في موضعها
ولا ينبغي أن يغيب عن بال طالب العلم والداعية أن الذي مدحه زين وذمه شين هو الله وحده، أما مدح المخلوق فلا ينفعك، وذمه لا يضرك فماذا أنت طالب بمداهنتك وتملقك إذا؟
مجموع رسائل الجامي في العقيدة والسنة ص ٥٩
Penerjemah: Abu Utsman Kharisman