Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Bolehkah Menghentikan Ibadah Sunnah Tanpa Udzur?

Pertanyaan:

Apakah boleh bagi seseorang membatalkan shalat sunnah yang sedang dikerjakannya tanpa udzur ?

Jawaban Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah:

Para Ulama -semoga Allah merahmati mereka- menyatakan: Setiap orang yang telah masuk mengerjakan ibadah sunnah (nafilah), dia boleh membatalkannya. Karena itu adalah ibadah sunnah. Melanjutkannya adalah nafilah (tidak wajib, pen). Namun, tidak disukai memutus ibadah sunnah itu tanpa sebab yang dibenarkan.

Para Ulama berdalil akan hal itu dengan (hadits) Nabi -shalallahu ‘alaihi wa sallam- membatalkan puasanya ketika beliau menemui istri beliau dan menemukan makanan di sana, maka beliau berkata: “Bawakan kepadaku makanan itu, karena aku telah memulai hari ini dalam keadaan berpuasa”. Kemudian beliau pun makan.”

Mereka (para Ulama) juga beralasan bahwa ibadah sunnah (nafilah) adalah tambahan. Jika seseorang mengerjakannya, itu lebih sempurna. Namun jika dia tidak melakukannya, maka tidak ada masalah baginya.

Namun, ada pengecualian untuk haji dan umrah. Karena kalau sudah masuk mengerjakan dua ibadah itu (meskipun haji atau umrah yang sunnah – karena sudah pernah mengerjakan yang wajib sebelumnya -, pen) harus disempurnakan sampai selesai. Itulah sebabnya Allah -Subhanahu wa Ta’ala- menyebutnya sebagai nazar (sumpah) dan Allah berfirman (yang artinya) : “Dan hendaklah mereka menunaikan nazarnya.” (Surah Al-Hajj: 29)

Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya) : “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Tetapi jika terhalang, maka (kurbankanlah) binatang yang mudah didapat.” (Surah Al-Baqarah: 196)

Allah berbicara tentang hal itu sebelum haji dan umrah diwajibkan.

Tapi seperti yang saya katakan sebelumnya, (ibadah sunnah selain haji dan umrah, pen) sebaiknya tidak dibatalkan kecuali dengan alasan yang dibenarkan.


Sumber: Liqa’ al-Baab al-Maftuh kaset nomor 6

Transkrip Fatwa dalam Bahasa Arab

السؤال

بالنسبة لصلاة النفل، هل يجوز للإنسان أن يقطعها بدون عذر إذا شرع فيها؟

الجواب

قال أهل العلم -رحمهم الله-: كل من دخل في نفلٍ فله أن يقطعه؛ لأنه نفل، والاستمرار فيه نفل، لكنه يكره أن يقطعه لغير غرض صحيح، واستدلوا لذلك:أن النبي -صلى الله عليه وسلم- قطع صومه حين دخل على أهله ووجد عندهم طعاماً فقال: «أرينيه فلقد أصبحت صائماً فأكل». واستدلوا أيضاً: بأن النفل زيادة، إن جاء بها الإنسان فهو أكمل، وإن لم يأت بها، فلا حرج عليه

إلا أنه يستثنى من ذلك الحج والعمرة، فإن الشروع في نفلهما مُلزم، ولهذا سمى الله -تعالى- ذلك نذراً وقال: ﴿وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ﴾[الحج:29] وقال -تعالى-: ﴿وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ﴾ [البقرة:196] قال ذلك قبل أن يفرض الحج والعمرة، ولكن كما قلت لك: لا ينبغي أن يقطعه إلا لغرضٍ صحيح

المصدر: سلسلة لقاءات الباب المفتوح > لقاء الباب المفتوح [6]

Penerjemah: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan