Memberi Makanan Berbuka Bagi Orang yang Berpuasa, Sekilas Keutamaan dan Adabnya
Memberi makan adalah salah satu perangai mulia yang dilestarikan dalam Islam. Ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam baru tiba dalam hijrah beliau ke Madinah, anjuran untuk suka memberi makan adalah salah satu dari 3 bimbingan beliau saat itu.
Sebagaimana hadits Abdullah bin Salam radhiyallahu anhu,
وَكَانَ أَوَّلُ شَيْءٍ تَكَلَّمَ بِهِ أَنْ قَالَ : يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ، تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ
“Dan perkara permulaan yang beliau ucapkan dengan perkataan,
Wahai sekalian manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makanan dan sholatlah ketika orang-orang masih tidur, niscaya kalian akan masuk jannah dengan keselamatan
(HR At Tirmidzi dan beliau menilai sebagai hadits shahih).
Artikel terkait yang juga bermanfaat: Apakah Buka Bersama Merupakan Bid’ah
Keutamaan Memberi Makanan Berbuka Puasa
Dari Zaid bin Khalid Al Juhani radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda,
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Barangsiapa yang memberi makanan berbuka bagi orang yang telah berpuasa, dia akan memperoleh balasan semisal pahala orang yang telah berpuasa itu tanpa dia mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikitpun.” (HR Tirmidzi, beliau menyatakan hadits ini hasan shahih, juga dishahihkan Syaikh Al Albani rahimahumullah).
Juga dari beliau radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda,
ﻣﻦ ﺟﻬﺰ ﻏﺎﺯﻳﺎ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ اﻟﻠﻪ ﺃﻭ ﺧﻠﻔﻪ ﻓﻲ ﺃﻫﻠﻪ ﻛﺘﺐ ﻟﻪ ﻣﺜﻞ ﺃﺟﺮﻩ ﻏﻴﺮ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﻨﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﺟﺮﻩ ﺷﻲء ﻭﻣﻦ ﻓﻄﺮ ﺻﺎﺋﻤﺎ ﻛﺘﺐ ﻟﻪ ﻣﺜﻞ ﺃﺟﺮﻩ ﻻ ﻳﻨﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﺟﺮﻩ ﺷﻲء
“Barang siapa yang memperbekali pejuang di jalan Allah, atau menanggung kebutuhan keluarga sang pejuang itu, dicatatkan baginya pahala semisal sang pejuang tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun. Dan barangsiapa yang memberi makan berbuka bagi orang yang telah berpuasa dicatatkan baginya pahala semisal pahala orang yang telah berpuasa itu, tanpa mengurangi pahalanya sedikitpun.” (Shahih Ibni Hibban no. 4614, dishahihkan Syaikh Al Albani rahimahumullah)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan,
ﻭﻗﻮﻟﻪ ﻣﻦ ﻓﻄﺮ ﺻﺎﺋﻤﺎ ﻓﻠﻪ ﻣﺜﻞ ﺃﺟﺮﻩ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺃﻥ ﻳﻨﻘﺺ ﻣﻦ ﺃﺟﺮﻩ ﺷﻲء ﻓﺈﻥ اﻟﻐﺰﻭ ﻳﺤﺘﺎﺝ اﻟﻰ ﺟﻬﺎﺩ ﺑﺎﻟﻨﻔﺲ ﻭﺟﻬﺎﺩ ﺑﺎﻟﻤﺎﻝ
“Sabda beliau shallallahu alaihi wasallam, ‘Barangsiapa yamg memberi makanan berbuka bagi orang yang telah berpuasa, dia akan memperoleh pahala semisal pahala orang itu, tanpa mengurangi pahala orang itu sama sekali’, sesungguhnya pertempuran itu memerlukan jihad jiwa dan juga harta.
ﻓﺈﺫا ﺑﺬﻝ ﻫﺬا ﺑﺪﻧﻪ ﻭﻫﺬا ﻣﺎﻟﻪ ﻣﻊ ﻭﺟﻮﺩ اﻻﺭاﺩﺓ اﻟﺠﺎﺯﻣﺔ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻛﺎﻥ ﻛﻞ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻣﺠﺎﻫﺪا ﺑﺎﺭاﺩﺗﻪ اﻟﺠﺎﺯﻣﺔ ﻭﻣﺒﻠﻎ ﻗﺪﺭﺗﻪ
Sehingga apabila orang yang ini mengorbankan fisiknya, sedangkan yang ini dengan hartanya dalam keadaan adanya tekad kuat pada masing-masing dari mereka berdua itu, tentukah keduannya termasuk pejuang/mujahid dengan tekad kuatnya dan sejauh batas kemampuannya.
ﻭﻛﺬﻟﻚ ﻻ ﺑﺪ ﻟﻠﻐﺎﺯﻱ ﻣﻦ ﺧﻠﻴﻔﺔ ﻓﻲ اﻷﻫﻞ ﻓﺎﺫا ﺧﻠﻔﻪ ﻓﻲ ﺃﻫﻠﻪ ﺑﺨﻴﺮ ﻓﻬﻮ ﺃﻳﻀﺎ ﻏﺎﺯ ﻭﻛﺬﻟﻚ اﻟﺼﻴﺎﻡ ﻻ ﺑﺪ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ اﻣﺴﺎﻙ ﻭﻻ ﺑﺪ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ اﻟﻌﺸﺎء اﻟﺬﻱ ﺑﻪ ﻳﺘﻢ الصوم ﻭاﻻ ﻓﺎﻟﺼﺎﺋﻢ اﻟﺬﻱ ﻻ ﻳﺴﺘﻄﻴﻊ اﻟﻌﺸﺎء ﻻ ﻳﺘﻤﻜﻦ ﻣﻦ الصوم
Begitupula tidak, mau tidak mau seorang pejuang memerlukan santunan bekal bagi keluarganya. Sehingga apabila dia meninggalkan bekal bagi keluarganya secara baik, dia juga teranggap berjuang.
Demikian pula pada ibadah puasa, mau tidak mau harus ada upaya menahan diri, juga harus ada hidangan makanan yang dengan santapan itu dia menyudahi puasanya. Jika tidak, maka seseorang yang berpuasa dalam keadaan tidak mampu bersantap malam, tidaklah memungkinkan baginya menjalani ibadah puasa.”
(Az-Zuhd wa Al Waro’ wa Al Ibadah, hal. 162)
Baca Juga: Kurma, Bagian Dalam Hidangan Berbuka dan Sahur
Berapa kadar makanan yang diberikan?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menjelaskan,
ﻭاﺧﺘﻠﻒ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻓﻲ ﻣﻌﻨﻰ ﻣﻦ ﻓﻄﺮ ﺻﺎﺋﻤﺎ ﻓﻘﻴﻞ: ﺇﻥ اﻟﻤﺮاﺩ ﻣﻦ ﻓﻄﺮه ﺃﺩﻧﻰ ﻣﺎ ﻳﻔﻄﺮ ﺑﻪ اﻟﺼﺎﺋﻢ ﻭﻟﻮ ﺑﺘﻤﺮﺓ
Para ulama berbeda pendapat terkait makna ‘barangsiapa yang memberi makan orang yang telah berpuasa’. Ada sebagian yang berpendapat: Bahwa yang dimaksudkan adalah siapapun yang memberi makanan berupa jenis makanan minimal yang bisa dikonsumsi oleh seorang yang sudah berpuasa walaupun sekadar dengan sajian kurma.
ﻭﻗﺎﻝ ﺑﻌﺾ اﻟﻌﻠﻤﺎء: اﻟﻤﺮاﺩ ﺑﺘﻔﻄﻴﺮﻩ ﺃﻥ ﻳﺸﺒﻌﻪ ﻷﻥ ﻫﺬا ﻫﻮ اﻟﺬﻱ ﻳﻨﻔﻊ اﻟﺼﺎﺋﻢ ﻃﻮﻝ ﻟﻴﻠﻪ ﻭﺭﺑﻤﺎ ﻳﺴﺘﻐﻨﻲ ﺑﻪ ﻋﻦ اﻟﺴﺤﻮﺭ؟
Sebagian ulama lainnya berpendapat, bahwa yang dimaksudkan dengan memberi makanan berbuka baginya yaitu dengan membuatnya kenyang, karena seperti itu yang akan bermanfaat bagi orang yang telah berpuasa hingga (dirasakan manfaat itu) sepanjang malamnya. Bahkan tak jarang membuat dia tidak lagi memerlukan hidangan makan sahur.
ﻭﻟﻜﻦ ﻇﺎﻫﺮ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﺃﻥ اﻹﻧﺴﺎﻥ ﻟﻮ ﻓﻄﺮ ﺻﺎﺋﻤﺎ ﻭﻟﻮ ﺑﺘﻤﺮﺓ ﻭاﺣﺪﺓ ﻓﺈﻧﻪ ﻟﻪ ﻣﺜﻞ ﺃﺟﺮﻩ
Akan tetapi, yang tersurat dari redaksi hadits bahwa sesorang apabila memberi sajian makanan kepada orang lain yang telah berpuasa, walaupun dengan satu kurma, sesungguhnya yang demikian itu (akan memperoleh) balasan kebaikan seperti pahala orang yang diberi itu.
ﻭﻟﻬﺬا ﻳﻨﺒﻐﻲ ﻟﻹﻧﺴﺎﻥ ﺃﻥ ﻳﺤﺮﺹ ﻋﻠﻰ ﺇﻓﻄﺎﺭ اﻟﺼﺎﺋﻤﻴﻦ ﺑﻘﺪﺭ اﻟﻤﺴﺘﻄﺎﻉ ﻻﺳﻴﻤﺎ ﻣﻊ ﺣﺎﺟﺔ اﻟﺼﺎﺋﻤﻴﻦ ﻭﻓﻘﺮﻫﻢ ﺃﻭ ﺣﺎﺟﺘﻬﻢ ﻟﻜﻮﻧﻬﻢ ﻻ ﻳﺠﺪﻭﻥ ﻣﻦ ﻳﻘﻮﻡ ﺑﺘﺠﻬﻴﺰ اﻟﻔﻄﻮﺭ ﻟﻬﻢ ﻭﻣﺎ ﺃﺷﺒﻪ ﺫﻟﻚ
Karenanyalah seseorang sepatutnya bersemangat memberi makanan berbuka bagi orang-orang yang telah berpuasa sesuai kadar kemampuannya. Terlebih ketika adanya kebutuhan orang-orang yang berpuasa dan kekurangan harta pada mereka ataupun adanya keperluan dikarenakan tidak adanya pihak yang menyiapkan hidangan buka puasa bagi mereka, maupun alasan yang seperti itu.” (Syarh Riyadhush-shalihin 5/315)
Adab doa bagi yang disajikan hidangan berbuka
Tuntunan Islam begitu sempurna, termasuk dalam merekatkan jalinan kecintaan dan persaudaraan antara sesama pemeluknya. Tatkala ada pihak yang menyantuni, dibimbingkan membalasnya dengan batas kemampuan yang tersedia. Dan doa kebaikan adalah balasan optimal yang senantiasa diperlukan dan layak diterima siapapun.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu beliau berkata,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاءَ إِلَى سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ، فَجَاءَ بِخُبْزٍ وَزَيْتٍ، فَأَكَلَ، ثُمَّ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ، وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الْأَبْرَارُ، وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلَائِكَةُ
“Bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah datang mengunjungi Sa’ad bin Ubadah radhiyallahu anhu. Dia (Sa’ad) lalu menyajikan roti dan minyak, sehingga beliaupun memakannya. Lalu Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda (seraya mendoakan):
أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ، وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الْأَبْرَارُ، وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلَائِكَةُ
‘Telah berbuka puasa orang-orang yang telah berpuasa di sisi anda, dan orang-orang yang berbakti telah menyantap sajian makanan anda, semoga para Malaikat bersholawat mendoakan kebaikan bagi anda’.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah dishahihkan An Nawawi dan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahumullah aljami’)
Penulis: Abu Abdirrahman Sofian