Membangun Dan Memakmurkan Masjid Tanda Keimanan Muslim Shalih (Bagian 1)
Masjid adalah milik Allah, tempat berlabuhnya orang beriman menyandarkan kepasrahan dan menggantungkan asa guna dimunajatkan kepada Sang Mahakuasa pemiliknya. Tertambat padanya hati setiap insan shalih. Sungguh tak patut bila diterlantarkan, lagi pula bukan kepantasan menyamakannya sebagai sekadar bangunan kediaman. Masjid yang terawat mencerminkan perhatian dan kesadaran muslim di sekitarnya. Sebaliknya keberadaan kotoran apalagi najis yang dibiarkan menjadi aib bagi orang beriman yang memasukinya.
Pembangunan, pemeliharaan demikian juga beramal di tempat ibadah itu menjadi begitu penting perannya lagi tinggi kedudukannya.
Berikut ini diulas sekilas tentang nilai penting tersebut, semoga mendongkrak motivasi untuk memperbaiki bakti kita dalam membangun dan merawat serta mengisi dengan amal shalih di bangunan yang berjuluk rumah-rumah Allah di sekitar kita.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman,
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَن يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. Mereka itulah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS At Taubah: 18)
Nabi shallallahu alaihi wasallam menegaskan,
المسجد بيت كلِّ تقيٍّ
“Masjid itu merupakan rumah bagi setiap insan bertakwa.” (Riwayat Abu Nu’aim dalm Al Hilyah, dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah)
Artikel lain yang semoga bermanfaat: Sampai Di Manakah Batasan Masjid?
Apa saja cakupan pemakmuran yang dimaksudkan?
1. Pembangunan dan renovasinya
Membangun masjid adalah ibadah mulia yang diteladankan para Nabi Allah.
Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar upaya beliau bersama putra beliau Nabi Isma’il alaihimassalam diterima sebagai ibadah di sisi-Nya. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membangun) pondasi-pondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS Al Baqarah: 127)
Bekerjasama bahu-membahu dalam membangun masjid merupakan teladan para nabi, termasuk Nabi kita alaihi afdholush-sholati wattaslim.
Pembangunan masjid Al Haram merupakan perintah Allah kepada Nabi Ibrahim alaihissalam. Nabi Ibrahim berkata,
يَا إِسْمَاعِيلُ، إِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي بِأَمْرٍ
“Wahai Isma’il, sesungguhnya Allah telah memerintahkanku dengan suatu perintah.”
Nabi Isma’il menjawab,
فَاصْنَعْ مَا أَمَرَكَ رَبُّكَ
“Laksanakanlah perintah Tuhan anda itu.”
Nabi Ibrahim bertanya,
وَتُعِينُنِي؟
“Apakah engkau bersedia membantuku?’
قَالَ: وَأُعِينُكَ
Nabi Isma’il menjawab, “Tentu aku akan membantu anda”
قَالَ: فَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أَبْنِيَ هَاهُنَا بَيْتًا. وَأَشَارَ إِلَى أَكَمَةٍ مُرْتَفِعَةٍ عَلَى مَا حَوْلَهَا
Nabi Ibrahim berkata, “Sesungguhnya Allah telah memerintahkanku agar aku membangun di posisi itu sebuah bangunan.” Seraya beliau mengisyaratkan ke arah gundukan yang relatif tinggi dibandingkan tanah sekitarnya.
قَالَ: فَعِنْدَ ذَلِكَ رَفَعَا الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ، فَجَعَلَ إِسْمَاعِيلُ يَأْتِي بِالْحِجَارَةِ وَإِبْرَاهِيمُ يَبْنِي، حَتَّى إِذَا ارْتَفَعَ الْبِنَاءُ جَاءَ بِهَذَا الْحَجَرِ فَوَضَعَهُ لَهُ فَقَامَ عَلَيْهِ وَهُوَ يَبْنِي، وَإِسْمَاعِيلُ يُنَاوِلُهُ الْحِجَارَةَ
Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata, “Kemudian di saat itulah pondasi bangunan (ka’bah) ditinggikan. Isma’il membawa batu-batu, sementara Ibrahim membangunnya, Isma’il menyediakan bagi beliau bebatuannya.”
قَالَ : فَجَعَلَا يَبْنِيَانِ حَتَّى يَدُورَا حَوْلَ الْبَيْتِ، وَهُمَا يَقُولَانِ : رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma kembali berkata, “Kedua beliau bekerjasama membangun, hingga keduanya mengitari bangunan ka’bah, seraya keduanya berdoa,
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
‘Wahai Tuhan kami terimalah (amal ibadah) dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar sekaligus Maha Mengetahui’.”
(HR Al Bukhari dalam shahihnya, Kitab Ahaditsul Anbiya’)
Artikel terkait yang semoga bermanfaat pula: Keutamaan Membangun Masjid Karena Allah
Pembangunan Masjid Nabawi di Madinah juga dilakukan bersama-sama penuh kerjasama dan saling membantu. Mulai dari pencarian lokasi, pembebasan tanah, pembersihan lahan (penebangan pohon, perataan, maupun pemindahan kuburan jika didapati).
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu beliau berkata,
كَانَ مَوْضِعُ مَسْجِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِبَنِي النَّجَّارِ، وَكَانَ فِيهِ نَخْلٌ وَمَقَابِرُ لِلْمُشْرِكِينَ، فَقَالَ لَهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ثَامِنُونِي بِهِ. قَالُوا : لَا نَأْخُذُ لَهُ ثَمَنًا أَبَدًا. قَالَ : فَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَبْنِيهِ وَهُمْ يُنَاوِلُونَهُ، وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : أَلَا إِنَّ الْعَيْشَ عَيْشُ الْآخِرَهْ، فَاغْفِرْ لِلْأَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرَهْ. قَالَ : وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي قَبْلَ أَنْ يَبْنِيَ الْمَسْجِدَ حَيْثُ أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ
“Dulu posisi masjid Nabi shallallahu alaihi wasallam asalnya adalah tanah milik Bani Najjar. Dulunya di tanah tersebut terdapat pohon kurma serta beberapa kuburan musyrikin (yang kemudian dipindahkan-pen). Kemudian Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada mereka (pemilik lahan); ‘Silakan kalian sebutkan harga jualnya kepadaku!’
(Ternyata) mereka menjawab, ‘Kami tidak akan mengambil harga jual dari tanah ini sama sekali.’
Anas berkata (melanjutkan), ‘Lalu ketika itu Nabi shallallahu alaihi wasallam mulai membangunnya, sementara para sahabat menyiapkan material bagi beliau. Dan Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Ketahuilah bahwa kehidupan hakiki hanyalah kehidupan di akhirat, (Ya Allah) ampunilah para sahabat Anshar dan Muhajirin!’
Anas kembali berkata, ‘Sebelum dibangun masjid itu, Nabi biasanya menegakkan sholat di manapun saat telah tiba waktu sholatnya’.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah dengan redaksi beliau)
Termasuk bongkar-muat dan pengangkutan materialnya juga masuk dalam lingkup jenis ketaatan ini pula.
Sahabat Abu Sa’id Al Khudri mengajarkan riwayat kepada Ikrimah dan Ali putra Ibnu Abbas rahimahumallah ketika keduanya diperintah Ibnu Abbas untuk belajar kepadanya, radhiyyallahu anhum. Dalam salah satu kesempatan pengajaran tersebut, sahabat Abu Sa’id radhiyallahu anhu menceritakan,
كُنَّا نَحْمِلُ لَبِنَةً لَبِنَةً وَعَمَّارٌ لَبِنَتَيْنِ لَبِنَتَيْنِ، فَرَآهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَنْفُضُ التُّرَابَ عَنْهُ وَيَقُولُ : وَيْحَ عَمَّارٍ تَقْتُلُهُ الْفِئَةُ الْبَاغِيَةُ، يَدْعُوهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ، وَيَدْعُونَهُ إِلَى النَّارِ. قَالَ: يَقُولُ عَمَّارٌ : أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الْفِتَنِ
“Kami dulu mengangkut masing-masing orang satu batu bata. Adapun Ammar, dia mengangkut dua batu bata sekaligus. Hal itu diperhatikan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam, kemudian beliau membantu mengibaskan kotoran tanah dari badan Ammar, seraya beliau (memuji dan memberi motivasi dengan) bersabda: ‘Duhai Ammar, dia akan dibunuh kelompok yang membangkang, dia mengajak mereka menuju surga, sementara mereka menyeru ke neraka.’ Abu Sa’id berkata, ‘Ammar berkata: ‘Saya berlindung kepada Allah dari berbagai fitnah’.” (HR Al Bukhori no. 447)
Artikel terkait yang semoga bermanfaat pula: Membaca AlQuran Bersama Di Masjid
Semangat dan usaha yang kuat, berbanding lurus dengan besarnya pahala yang diharapkan. Tentulah keikhlasan dan niat yang benar menjadi syaratnya.
Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, terdapat tambahan riwayat Isma’iliy dan Abu Nu’aim dalam Al Mustakhroj bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam sempat menanyakan kepada ‘Ammar bin Yasir radhiyallahu anhu
يا عمار ألا تحمل كما يحمل أصحابك؟
“Wahai ‘Ammar, tidakkah engkau cukup membawa (bata) sejumlah sama dengan yang dibawa sahabat-sahabatmu?”
Lalu ‘Ammar menjawab,
إني أريد من الله الأجر
“Sesungguhnya aku menginginkan pahala dari Allah.” (lihat Fathul Bari 1/543)
Semua bentuk bantuan dan dukungan dalam membangun masjid, walaupun dalam pandangan manusia terlihat kecil ataupun remeh, selama ikhlas dan caranya benar, semua akan dibalas dengan surga Allah. Walaupun dukungan yang diberikan bernilai cukup hanya membentuk tempat berlindung dan bertelur seekor burung seperti merpati sekalipun.
Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shollallahu alaihi wasallam telah bersabda,
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ، أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
“Barang siapa yang membangun suatu masjid bagi Allah seukuran kandang burung sekalipun, atau yang lebih kecil lagi, Allah akan membangunkan istana di surga baginya.” (HR Ibnu Majah dengan derajat shahih)
Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hambanya yang beriman dan senantiasa beramal shalih dan menjaga ketakwaan dengan turut berjuang membangun, merawat dan memakmurkan masjid-masjid Allah.
In syaAllah bersambung dengan ulasan jenis-jenis pemakmuran lain pada artikel berikutnya.
وفقني الله وإياكم لما فيه رضاه
Penulis: Abu Abdirrohman Sofian