Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Membangun Dan Memakmurkan Masjid Tanda Keimanan Muslim Shalih (Bagian 2)

Kasih sayang Ar Rahman sangat luas, termasuk dalam memberikan kesempatan bagi hamba-Nya memakmurkan rumah-rumah Allah. Selain membangun gedungnya, ternyata ruang lingkup pemakmuran masjid mencakup pula beberapa amal shalih yang dilakukan di dalamnya. Berikut ini sekilas diuraikan beberapa amal ibadah yang terkategorikan bagian memakmurkan masjid, semoga Allah memberikan inayah-Nya kepada kita menjalaninya.

2. Perawatan dan Pemeliharaan

Dari ‘Aisyah radhiyallahu anha,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِالْمَسَاجِدِ أَنْ تُبْنَى فِي الدُّورِ، وَأَنْ تُطَهَّرَ وَتُطَيَّبَ

“Bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memerintahkan agar masjid-masjid dibangun di berbagai pemukiman dan juga supaya dibersihkan serta diberi wewangian.” (HR Abu Dawud, At Tirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan Syaikh Al Albani)

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى نُخَامَةً فِي قِبْلَةِ الْمَسْجِدِ فَغَضِبَ حَتَّى احْمَرَّ وَجْهُهُ، فَجَاءَتْهُ امْرَأَةٌ مِنَ الْأَنْصَارِ فَحَكَّتْهَا، وَجَعَلَتْ مَكَانَهَا خَلُوقًا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا أَحْسَنَ هَذَا

“Bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah melihat adanya dahak di (dinding) arah kiblat masjid, beliaupun marah hingga memerah wajahnya. Kemudian datanglah seorang wanita dari kalangan Anshar dia menggosoknya dan pada bagian bekasnya diberi wewangian. Sehingga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menyatakan, ‘Betapa baiknya ini!'” (HR An Nasai & Ibnu Majah, dishahihkan Syaikh Al Albani rahimahumullah)

Sahabat Nabi Anas bin Malik radhiyallahu anhu juga meriwayatkan, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah bersabda,

الْبُزَاقُ فِي الْمَسْجِدِ خَطِيئَةٌ، وَكَفَّارَتُهَا دَفْنُهَا

“Peludahan di dalam masjid merupakan dosa, sedangkan tebusannya dengan membenamkannya dalam tanah.” (HR Al Bukhori dan Muslim)

Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah menjelaskan,

“Sa’id bin Manshur meriwayatkan dari Abu ‘Ubaidah bin Al Jarrah radhiyallahu anhu bahwasanya beliau pernah meludah di dalam masjid (yang ketika itu lantainya masih berupa pasir) pada malam hari. Ternyata beliau terlupa membenamkannya di dalam tanah, sampai beliau terlanjur pulang ke rumahnya. (Ketika teringat) Beliaupun mengambil sebagian obor lalu bergegas (kembali ke masjid) dan mencari ludah itu, hingga beliau (menemukannya dan) menguburkannya. Lalu beliau berkata,

الحمد لله الذي لم يكتب علي خطيئة الليلة

‘Segala pujian kesempurnaan hanya bagi Allah Yang tidak mencatat dosa bagiku di malam ini.’

Sehingga hal ini menunjukkan bahwa dosa teranggap khusus bagi yang membiarkan ludah, tidak berlaku bagi yang (walaupun meludah namun) menguburkannya.” ( Fathul Bari 1/512)


Artikel lain yang semoga bermanfaat: Balasan Rumah di Surga Bagi Yang Membangun Masjid


3. Mengisinya dengan berbagai ibadah dan ketaatan

Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman:

فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ * رِجَالٌ لا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْماً تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالأَبْصَارُ

“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Orang-orang yang tidak terlalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan sholat, serta (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (QS An Nur: 36-37)

Al Baghowi (Al Husain bin Mas’ud w. 510 H) rahimahullah menyebutkan dalam tafsirnya,

وأعاد ذكر إقامة الصلاة مع أن المراد من ذكر الله الصلوات الخمس لأنه أراد بإقام الصلاة حفظ المواقيت . روى سالم عن ابن عمر أنه كان في السوق فأقيمت الصلاة فقام الناس وأغلقوا حوانيتهم فدخلوا المسجد ، فقال ابن عمر : فيهم نزلت

“Diulangi penyebutan mendirikan sholat padahal yang dimaksudkan dari upaya berdzikir mengingat Allah adalah sholat-sholat lima waktu. Karena yang diinginkan dari pendirian sholat itu adalah penjagaan waktu-waktunya.

Salim meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwasanya beliau dulu pernah berada di tengah pasar. Lalu ketika (dikumandangkan adzan) menjelang ditegakkannya sholat, orang-orang serentak bangkit menutup kios-kios mereka kemudian memasuki masjid. Ibnu Umar mengomentari, “(ayat tersebut) diturunkan terkait dengan mereka itu.” (Ma’alim At Tanzil 3/420)


Baca bagian sebelumnya: Membangun Dan Memakmurkan Masjid Tanda Keimanan Muslim Shalih (Bagian 1)


4. Menjaga agar tidak digunakan untuk kepentingan duniawi

Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, ‘Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:’

إِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَبِيعُ، أَوْ يَبْتَاعُ فِي الْمَسْجِدِ فَقُولُوا : لَا أَرْبَحَ اللَّهُ تِجَارَتَكَ. وَإِذَا رَأَيْتُمْ مَنْ يَنْشُدُ فِيهِ ضَالَّةً فَقُولُوا : لَا رَدَّ اللَّهُ عَلَيْكَ

“Apabila kalian melihat orang yang berjualan atau membeli barang di masjid, hendaknya kalian mengatakan: ‘Semoga Allah tidak memberikan keuntungan pada perniagaanmu!’. Dan jika kalian melihat ada orang yang mencari barangnya yang hilang di dalamnya, hendaklah kalian mengatakan: ‘Semoga Allah tidak mengembalikannya kepadamu!'” (HR At Tirmidzi dan Ad Darimi serta lainnya, dishahihkan Syaikh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ Ash Shaghir )

Demikianlah beberapa cakupan pemakmuran masjid. Bukan hanya bersemangat saat membangunnya, atau bersemangat menyumbang perawatannya. Namun kita semua juga dituntut memakmurkan masjid dengan berbagai amal keta’atan berupa sholat, membaca Al Quran, berdzikir, membersihkannya, belajar dan mengajar ilmu agama, dan ketaatan lainnya yang disyariatkan.


Baca Juga: Keutamaan Berjalan Menuju Masjid Untuk Sholat Jumat, Sholat Wajib Atau Menuntut Ilmu


Selain itu terdapat beberapa catatan motivasi lainnya bagi kita untuk bersemangat memakmurkan masjid.

Kebaikan yang dibanggakan sejak dulu kala

Sahabat An Nu’man bin Basyir radhiyallahu anhu berkata, “Aku pernah berada di sisi mimbar Nabi shallallahu alaihi wasallam, lalu ada seseorang berkata: ‘Aku tidak peduli apabila setelah masuk Islam aku tidak melakukan amalan kecuali menyediakan minuman bagi jemaah haji saja.’ Orang yang lain berkata, ‘Aku tidak peduli apabila setelah masuk Islam aku tidak melakukan amalan kecuali aku memakmurkan masjid Al Haram saja.’ Sementara orang lainnya lagi berkata, ‘berjihad di jalan Allah itu lebih utama dari amalan yang kalian sampaikan,’

Lalu Umar menghardik mereka, seraya berkata, ‘Janganlah kalian mengangkat suara di sisi mimbar Rasulullah shollallahu alaihi wasallam!’ – kejadian itu terjadi di hari Jumat – (An Nu’man berkata) akan tetapi saat aku hendak sholat Jumat, aku masuk kemudian meminta fatwa terhadap hal yang kalian perselisihkan itu. Maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan firman-Nya,

أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ

“Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam engkau samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian …” ayat selengkapnya hingga akhirnya. (HR Muslim no. 1879)

Al Qurthubi mengutipkan pernyataan As Suddi rahimahumullah,

افتخر عباس بالسقاية، وشيبة بالعمارة، وعلي بالإسلام والجهاد، فصدق الله عليا وكذبهما، وأخبر أن العمارة لا تكون بالكفر، وإنما تكون بالإيمان والعبادة وأداء الطاعة. وهذا بين لا غبار عليه

(Dulu sebelum masuk Islamnya) Abbas membanggakan tugasnya menyediakan minuman (siqoyah), sedangkan Syaibah berbangga dengan pengelolaan (imarah masjid), sementara Ali (bersyukur) dengan keislaman dan jihad yang dilakukannya. Sehingga Allah membenarkan Ali dan menyalahkan kedua kerabat lainnya. Sekaligus Allah mengabarkan bahwa pengelolaan masjid tidak pantas (disandang oleh pelaku) kekufuran. Yang layak untuk menanganinya hanyalah (sosok yang memiliki) keimanan, ibadah, dan menunaikan ketaatan. Pengertian ini cukup jelas, tidak ada kesamaran lagi.” (Al Jami’ li Ahkam Al Quran 8/91-92)


Artikel lainnya yang semoga bermanfaat: Bersholawat Untuk Nabi Saat Akan Masuk dan Keluar Masjid


Kebiasaan Utama Para Sahabat Nabi dan Para Tabi’in

Imam Al Baghawi mengutip pernyataan Imam Al Auza’i rahimahumullah ,

ﺧﻤﺲ ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﺻﺤﺎﺏ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ: ﻟﺰﻭﻡ اﻟﺠﻤﺎﻋﺔ، ﻭاﺗﺒﺎﻉ اﻟﺴﻨﺔ، ﻭﻋﻤﺎﺭﺓ اﻟﻤﺴﺠﺪ، ﻭﺗﻼﻭﺓ اﻟﻘﺮﺁﻥ، ﻭﺟﻬﺎﺩ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ اﻟﻠﻪ

Ada 5 perkara yang menjadi kebiasaan para sahabat Nabi shallallahu alaihi wasallam:

  1. Berpegang teguh dengan jama’ah muslimin
  2. Mengikuti sunnah Nabi
  3. Memakmurkan masjid
  4. Membaca Al Quran
  5. Jihad di jalan Allah

(Syarh As Sunnah 1/209)

Ditambahkan oleh Adz Dzahabi rahimahullah bahwa ketika Imam Al Auza’i menuliskan surat kepada Ibnu Tsauban, beliau menasehati dengan 5 perkara yang menjadi kebiasaan para sahabat serta para tabi’in, lalu disebutkanlah 5 hal di atas. (Lihat Tarikh Al Islam 10/317)

Sebagai ahlussunnah menjadi penting bagi kita semua untuk berusaha menjaga kebiasaan terpuji para sahabat dan generasi terbaik ummat ini. Semoga Allah Ta’ala mengaruniakan keistiqomahan menjalankannya bagi kita semua.


Ditulis oleh: Abu Abdirrohman Sofian

Tinggalkan Balasan