Mendoakan Ampunan Untuk Segenap kaum Beriman
Berkaitan dengan sholawat, apakah kita boleh bersholawat untuk seorang muslim atau kaum muslimin secara umum?
Kalau nasihat dari Umar bin Abdil Aziz rahimahullah, beliau mengarahkan untuk mendoakan kebaikan untuk kaum muslimin. Bukan dengan bersholawat untuk mereka. Karena sholawat semestinya untuk Nabi shollallahu alaihi wasallam.
Pada saat itu, muncul fenomena orang-orang mencari muka di hadapan penguasa. Sebagian pihak bersholawat untuk penguasa-penguasa tersebut. Maka Umar bin Abdil Aziz rahimahullah menulis surat berupa arahan dan bimbingan.
عَنْ جَعْفَرِ بْنِ بُرْقَانَ قَالَ : كَتَبَ عُمَرُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ: أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ أُنَاسًا مِنَ النَّاسِ الْتَمَسُوا الدُّنْيَا بِعَمَلِ الآخِرَةِ، وَإِنَّ أُنَاسًا مِنَ الْقُصَّاصِ قَدْ أَحْدَثُوا مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى خُلَفَائِهِمْ وَأُمَرَائِهِمْ عِدْلَ صَلاَتِهِمْ عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَإِذَا أَتَاك كِتَابِي هَذَا فَمُرْهُمْ أَنْ تَكُونَ صَلاَتُهُمْ عَلَى النبي صلى الله عليه وسلم وعلى النَّبِيُّينَ وَدُعَاؤُهُمْ لِلْمُسْلِمِينَ عَامَّةً
Dari Ja’far bin Burqaan ia berkata: Umar bin Abdil Aziz menulis surat (yang isinya): Amma Ba’du. Sesungguhnya sebagian manusia mencari (kenikmatan) duniawi dengan amal akhirat. Sesungguhnya para penyampai kisah telah mengada-adakan doa sholawat untuk para khalifah dan penguasa mereka, padahal semestinya mereka bersholawat untuk Nabi shollallahu alaihi wasallam. Jika datang suratku ini kepadamu, perintahkan mereka agar bersholawat untuk Nabi shollallahu alaihi wasallam dan kepada para Nabi serta mendoakan (kebaikan) untuk kaum muslimin secara umum
(riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya, dishahihkan oleh Syaikh al-Albaniy dalam Tahqiq Fadhlis Sholaati ‘Alan Nabi).
Baca Juga: Kaum Beriman Laksana Satu Tubuh
Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah rahimahullah berpendapat bolehnya bersholawat untuk selain Nabi shollallahu alaihi wasallam dengan catatan tidak dijadikan sebagai syiar dan pengkhususan (disarikan dari Lawaami’ul Anwaar al-Bahiyyah karya as-Saffaariniy (1/55).
Sedangkan untuk salam atau doa keselamatan, boleh untuk kaum muslimin lain maupun para Malaikat. Sebagaimana lafadz bacaan tasyahhud kita dalam shalat:
السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ
Semoga keselamatan tercurah untuk kita dan para hamba Allah yang sholih
(H.R al-Bukhari dan Muslim)
Nabi shollallahu alaihi wasallam Nabi menjelaskan:
فَإِنَّكُمْ إِذَا قُلْتُمُوْهَا أَصَابَتْ كُلَّ عَبْدٍ ِللهِ صَالِحٍ فِي السَّمَاءِ وَاْلَأرْضِ
Sesungguhnya jika kalian mengucapkannya, (kalian telah berdoa mohon keselamatan) untuk seluruh hamba Allah yang sholih di langit maupun di bumi
(H.R AlBukhari)
AtTirmidzi rahimahullah menyatakan: “Barangsiapa yang ingin mendapatkan bagian untuk didoakan keselamatan (oleh orang yang shalat), maka hendaknya ia menjadi hamba yang sholih, jika tidak maka ia tidak akan mendapatkan keutamaan besar tersebut” (Fathul Baari (2/314))
Baca Juga: Hukum Menggabungkan Shalawat Dengan Salam
Para ‘Ulama’ menjelaskan bahwa orang yang sholih adalah seseorang yang menunaikan hak-hak Allah dan hak-hak hamba Allah terhadapnya, dan sholih (baik) keadaan lahir (ucapan dan perbuatan), maupun keadaan batinnya (keimanan, keikhlasan, dsb). Hendaknya kita menjadi orang yang sholih agar setiap ada orang yang shalat dan mengucapkan tasyahhud, kita juga termasuk yang didoakan untuk mendapatkan keselamatan.
Doakan pula ampunan untuk segenap kaum beriman. Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنِ اسْتَغْفَرَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ لِلْمُؤْمِنَاتِ كَتَبَ اللهُ لَهُ بِكُلِّ مُؤْمِنٍ وَ مُؤْمِنَةٍ حَسَنَةً
Barang siapa yang beristighfar untuk orang beriman laki-laki dan wanita maka Allah akan catatkan kebaikan untuknya sebanyak jumlah orang-orang beriman laki-laki dan wanita
(hadits dalam Shahihul Jami’)
Lafadz istighfar tersebut bisa berupa kalimat seperti: Allaahummaghfir lii wa lil mukminin wal mukminaat atau Robbighfir lii wa lil mukminiin wal mukminaat, dan semisalnya. Bisa juga dengan doa dalam bahasa yang kita pahami sendiri: Ya Allah, ampunilah aku dan seluruh orang beriman laki-laki dan wanita.
Namun, yang terbaik, susunan kalimatnya adalah mirip dengan yang dibaca Nabi Nuh dalam al-Quran surah Nuh ayat 28, dengan urutan istighfar untuk:
- Diri sendiri
- Kedua orangtua
- Seluruh orang beriman laki-laki dan wanita
Dikutip dari:
Buku “Keteladanan Umar bin Abdil Aziz”, Abu Utsman Kharisman