Abu Idris Al-Khoulaniy Ulama Generasi Tabiin Ahli Fiqh Syam

Nama beliau adalah ‘Aa-idzullah bin Abdillah bin ‘Amr. ‘Aa-idzullah artinya orang yang berlindung kepada Allah. Namun beliau lebih terkenal dengan kuniahnya, yaitu Abu Idris. Disebut al-Khoulaaniy nisbat kepada Khoulan, suatu kabilah dari Yaman yang kemudian berdiam di Syam.
Terkumpul keutamaan beliau sebagai ahli ibadah, ahli baca Quran, ahli fiqh, penyampai nasihat yang indah.
Beliau terlahir di tahun yang sama dengan terjadinya perang Hunain di masa Nabi shollallahu alaihi wasallam masih hidup, yaitu tahun 8 Hijriyah. Sehingga termasuk generasi Tabiin yang senior (Kibaarut Tabi’in).
Abu Idris mengambil ilmu dari banyak Sahabat Nabi, di antaranya adalah Hudzaifah bin al-Yaman, Abud Darda’, Ubadah bin as-Shomit, Uqbah bin Amir, dan Abu Hurairah. Sedangkan murid-murid Abu Idris al-Khoulaniy di antaranya adalah Ibnu Syihab az-Zuhriy, Robi’ah bin Yazid, dan Busr bin Ubaidillah. Abu Idris termasuk rijal dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim.
Di antara hadits yang beliau riwayatkan dalam Shahih al-Bukhari adalah sebagai berikut, al-Imam al-Bukhari menyebutkan riwayat bersanad:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ يُوسُفَ: أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ أَبِي إِدْرِيسَ الْخَوْلَانِيِّ، عَنْ أَبِي ثَعْلَبَةَ رضي الله عنه، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم نَهَى عَنْ أَكْلِ كُلِّ ذِي نَابٍ مِنَ السِّبَاعِ
Telah menyampaikan hadits kepada kami Abdullah bin Yusuf (ia berkata) telah mengkhabarkan kepada kami Malik dari Ibnu Syihab (az-Zuhriy) dari Abu Idris al-Khoulaniy dari Abu Tsa’labah (al-Khusyaniy) -semoga Allah meridhainya- bahwasanya Nabi shollallahu alaihi wasallam melarang memakan setiap binatang buas yang bertaring (Shahih al-Bukhari Kitabudz Dzabaa-ih was Shoyd Bab Akli Dzi Naabin Minas Sibaa’ nomor 5530)
Said bin Abdil Aziz menyatakan:
كَانَ عَالم الشَّام بعد أبي الدَّرْدَاء
(Abu Idris al-Khoulaniy) adalah Ulama Syam setelah Abud Darda’ (Taqribut Tahdzib karya Ibnu Hajar nomor perawi 3115)
Makhul berkata:
مَا أَدْرَكْتُ مِثْلَ أَبِى إِدْرِيْس الْخَوْلَانىِ
Aku tidak pernah berjumpa dengan orang yang seperti Abu Idris al-Khoulaaniy (karena keutamaan yang ada pada beliau melampaui orang-orang di zamannya, pen)(al-Jarh wat Ta’dil karya Ibnu Abi Hatim)
Abu Idris al-Khoulaniy rahimahullah sebagaimana Ulama salaf terdahulu dari kalangan Sahabat Nabi maupun Tabiin, saat membenci kebid’ahan. Di antara ucapan Abu Idris al-Khoulaniy rahimahullah adalah:
لَأَنْ أَسْمَعَ بِنَاحِيَةِ الْمَسْجِدِ بِنَارٍ تَحْتَرِقُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَسْمَعَ فِيهِ بِبِدْعَةٍ لَيْسَ لَهَا مُغَيِّرٌ ، وَمَا أَحْدَثَتْ أُمَّةٌ فِي دِينِهَا بِدْعَةً إِلَّا رَفَعَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُمْ سُنَّةً
Kalau seandainya aku mendengar di sudut masjid ada api yang membakar, itu masih lebih aku sukai dibandingkan aku mendengar di dalamnya terdapat kebid’ahan yang tidak ada orang yang mengubahnya (mengingkarinya). Tidaklah suatu umat mengada-adakan suatu bid’ah pada agamanya kecuali Allah mengangkat pada mereka suatu sunnah (riwayat Ibnu Wadhdhoh dalam al-Bida’ wan Nahyu anha dengan sanad yang hasan)
Beliau wafat di tahun 80 Hijriyah. Semoga Allah Ta’ala merahmati beliau dengan rahmat yang luas.
Sumber Referensi, di antaranya:
- Shahih al-Bukhari
- Shahih Muslim
- atThobaqootul Kubro karya Ibnu Sa’ad
- Taqribut Tahdzib karya Ibnu Hajar
- Al-Jarh wat Ta’dil karya Ibnu Abi Hatim
Penulis: Abu Utsman Kharisman