Tafsir Surah An Nazi’at Ayat 20-26: Fir’aun Sombong dan Menentang Dakwah Nabi Musa Hingga Mendapatkan Siksaan Dunia dan Akhirat
Ayat 20 – 26 Surah an-Nazi’at
فَأَرَاهُ الْآيَةَ الْكُبْرَى (20) فَكَذَّبَ وَعَصَى (21) ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى (22) فَحَشَرَ فَنَادَى (23) فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى (24) فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الْآخِرَةِ وَالْأُولَى (25) إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ يَخْشَى (26)
Lalu, dia (Musa) memperlihatkan mukjizat yang besar kepadanya. Akan tetapi, dia (Fir‘aun) mendustakan (kerasulan) dan mendurhakai (Allah). Kemudian, dia berpaling seraya berusaha (menantang Musa). Maka, dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya), lalu berseru (memanggil kaumnya). Dia berkata, “Akulah Tuhan kalian yang paling tinggi. Maka, Allah menghukumnya dengan azab di akhirat dan (siksaan) di dunia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Allah) (Q.S an-Nazi’at ayat 20-26)
Penjelasan Umum
Ayat ke-20 hingga 26 surah an-Nazi’at ini menjelaskan tentang:
- Nabi Musa berdakwah mengajak Firaun untuk beriman dan menampakkan tanda-tanda kekuasaan Allah kepadanya
- Firaun menolak, menentang, dan justru bersikap sombong, mengumpulkan pasukannya, seraya mengklaim bahwa dia adalah Tuhan Yang Tertinggi
- Allah menyiksa Firaun dengan siksaan di dunia dan di akhirat
- Hal itu menjadi pelajaran berharga bagi orang yang takut kepada Allah.
Nukilan dan Intisari Penjelasan Para Ulama
Tanda kekuasaan Allah (mukjizat) yang ditunjukkan Nabi Musa kepada Firaun dalam ayat ke-20 surah an-Nazi’at adalah 2 hal, yaitu: 1) Saat Nabi Musa membuka telapak tangannya, muncul sinar putih, 2) Tongkat beliau berubah menjadi ular. Demikian penjelasan Ibnu Jarir atThobariy yang merujuk pada penafsiran sebagian Tabiin, di antaranya: al-Hasan al-Bashriy, Mujahid, dan Qotadah.
Pada ayat ke-21 surah an-Nazi’at, Firaun menampakkan sikap pembangkangan luar biasa dengan 2 tindakan, yaitu: mendustakan dan durhaka. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa penentang Rasul mendustakan berita yang disampaikan Rasul, serta durhaka terhadap perintahnya. Padahal seharusnya mereka membenarkan berita yang disampaikan Rasul dan menaati perintah Rasul (al-Iman karya Ibn Taimiyyah halaman 51).
Al-Qurthubiy menafsirkan makna ayat ke-22 surah an-Nazi’at: dia (Firaun) berpaling membelakangi (menjauhi) keimanan dan berupaya melakukan perbuatan kerusakan di muka bumi (al-Jami’ li Ahkaamil Quran 19/202)
At-Thobariy menafsirkan ayat ke-23 surah an-Nazi’at: dia (Firaun) mengumpulkan kaumnya dan pengikutnya seraya berseru kepada mereka (Jami’ul Bayan an Ta’wili Aayil Quran 24/202)
Firaun menyatakan: Aku adalah Tuhan kalian yang tertinggi, sebagaimana disebutkan di ayat ke-24, al-Imam al-Baghowiy menyatakan (seakan-akan Firaun berkata): Tidak ada Tuhan di atasku. Al-Imam Ibnu Katsir menukil ucapan Ibnu Abbas dan Mujahid bahwasanya ucapan ini disampaikan oleh Firaun dalam jarak waktu 40 tahun setelah ucapan dia:
مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلهٍ غَيْرِي
aku tidak mengetahui ada sembahan bagi kalian selain aku (Q.S al-Qoshosh ayat 38)
Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah menyatakan: Perhatikanlah, bagaimana orang ini (Firaun) bersikap sombong dan mengaku sesuatu yang bukan bagiannya dengan ucapan: “Aku adalah Tuhan kalian yang tertinggi”. Dia juga membanggakan diri dengan sungai-sungai dan kerajaan yang luas. Ia berkata kepada kaumnya (yang artinya) :Wahai kaumku, bukankah kerajaan Mesir milikku, dan sungai-sungai ini mengalir di bawahku? Tidaklah kalian melihatnya? Siapakah yang lebih baik: Aku atau orang yang hina serta hampir-hampir tidak bisa menjelaskan dengan ucapannya? (Q.S az-Zukhruf ayat 51-52). Apa yang kemudian terjadi padanya? Allah Azza Wa Jalla tenggelamkan dia dalam perairan yang ia sombongkan, dan Allah mewariskan kerajaan Mesir kepada Bani Israil yang dulunya ia tindas (Tafsir Juz Amma Libni Utsaimin)
Al-Hasan al-Bashriy dan Qotadah menafsirkan makna:
نَكَالَ الْآخِرَةِ وَالْأُولَى
Sebagai siksaan di akhirat dan di dunia.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Jarir atThobariy dalam tafsirnya. Menurut al-Baghowiy siksaan di dunia itu berupa ditenggelamkannya Firaun ke dalam laut, sedangkan siksaan akhirat adalah api neraka.
Asy-Syaukaaniy menafsirkan makna ayat ke-26 surah an-Nazi’at: Apa yang telah disebutkan dari kisah Firaun dan apa yang diperbuat terhadap dia terdapat pelajaran besar bagi orang yang takut kepada Allah, bertakwa kepada-Nya, takut terhadap siksaan-Nya dan menghindari kemurkaan-Nya (Fathul Qodir 5/455).
Penulis: Abu Utsman Kharisman