Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Bagaimana Seorang Muslim Menyikapi Tahun Baru Hijriah?

Kutipan Khutbah Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah

Wahai sekalian manusia sesungguhnya pada pekan ini kita akan memasuki tahun baru hijriah.

Dimulainya hitungan tahun baru hijriah itu sendiri karena dikaitkan dengan salah satu peristiwa di dalam Islam yaitu hijrahnya Nabi ﷺ. Yang kemudian dijadikan sebagai acuan kalender penanggalan umat Islam di berbagai negeri Islam di seluruh dunia.

Sejarah Penggunaan Penanggalan Hijriah

Awalnya tidak ada penanggalan tahunan yang digunakan di dalam Islam. Barulah (ditetapkan penanggalan tahunan) pada masa pemerintahan Umar bin alKhoththob radhiyallahu anhu di tahun ketiga atau keempat dari masa kepemimpinan beliau.

Ketika itu Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu anhu menulis surat kepada Umar yang menyebutkan bahwa surat-surat yang sampai kepada dirinya tidak ada penanggalannya. Lantas Umar mengumpulkan para sahabat untuk bermusyawarah terkait hal tersebut.

Maka diusulkan kepada Umar beberapa usulan. Sebagian sehabat mengusulkan untuk menggunakan kalender atau penanggalan bangsa Persia terhadap raja-rajanya yakni setiap ada raja yang meninggal mereka memulai penanggalan dengan masa kepemimpinan raja baru setelahnya. Akan tetapi sebagian sahabat tidak menyetujuinya.

Sebagian lagi mengusulkan untuk berpatokan dengan kalender bangsa Romawi namun para sahabat tidak setuju juga.

Yang lainnya lagi mengusulkan untuk menentukan penanggalan berdasarkan dengan tahun kelahiran Nabi ﷺ.

Dan sebagian yang lainnya mengusulkan dimulai dari awal beliau diutus menjadi nabi.

Ada juga yang mengusulkan dimulainya dari waktu hijrahnya Nabi ﷺ ke Madinah.

Umar pun berkata: Hijrah merupakan pembeda antara yang haq dan yang batil, maka buatlah penanggalan dengannya dan mulailah hitungan tanggalnya dari hijrahnya Nabi ﷺ.

Maka mereka pun sepakat dengan keputusan itu.


Artikel bermanfaat lainnya: Komitmen Berpegang Teguh dengan Manhaj Salaf Meskipun Manusia Menjauhinya


Kenapa Tahun Hijriah Dimulai dari Bulan al Muharram?

Lalu para sahabat melanjutkan musyawarahnya, kalau begitu dari bulan apa dimulainya awal tahun?

Sebagian mengatakan dimulai dari bulan Ramadhan saja. Karena Ramadhan merupakan bulan diturunkannya alQuran.

Sebagian lagi mengatakan dari Rabi’ul Awwal karena bulan ini merupakan bulan kedatangan Nabi ﷺ ke Madinah untuk berhijrah.

Akhirnya Umar, Utsman, dan Ali radhiyallahu anhum memilih permulaan tahun dimulai dari bulan al Muharam karena bulan al Muharram merupakan bulan haram setelah Dzulhijjah, dimana pada bulan Dzulhijjah kaum muslimin baru saja menunaikan ibadah haji sekaligus menunjukan kesempurnaan pelaksanaan rukun islam yang terakhir (maka dimulailah awal bulan hijriyah dengan al muharram -pen).

Pada bulan al Muharam ini pula terjadi bai’at kaum Anshor kepada Nabi ﷺ. Demikian pula tekad untuk berhijrah sebenarnya telah ada sejak bulan al Muharram. Sehingga awal tahun hijriyah di dalam Islam dimulai pada bulan al Muharram yang dimuliakan.


Artikel bermanfaat lainnya: Mengikuti Manhaj Salaf dalam Beragama


Berpatokan dengan Penanggalan Hijriah Merupakan Sunnah

Wahai kaum muslimin, termasuk hal yang sangat disayangkan, mayoritas kaum muslimin sekarang mengganti penanggalan hijriah yang Islami dengan penanggalan masehinya kaum nashara yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan agama Islam.

Walaupun sebagian mereka beranggapan memiliki udzur yang bisa dijadikan alasan yakni tatkala kaum Nashara menjajah dan menguasai negara muslim kemudian memerintahkan untuk meninggalkan penanggalan hijriah.

Akan tetapi sekarang apa alasan bagi mereka untuk tetap menggunakan penanggalan masehinya orang nashara?! Sungguh Allah telah menghilangkan intimidasi, kedzaliman, dan sikap semena-mena para penjajah dari negeri-negeri kaum muslimin.

Sungguh kalian telah mendengar (di dalam khutabah ini) bahwa para sahabat membenci penggunaan penanggalan bangsa Persia dan Romawi.

Kalender Hijriah Berlaku untuk Orang Arab dan Non Arab

Wahai kaum muslimin, sesungguhnya kita sekarang akan memasuki tahun baru hijriah. Bulan-bulannya ditentukan menggunakan acuan peredaran bulan atau rukyatul hilal (bulan yang baru muncul). Sebagaimana yang Allah sebutkan dalam alQuran,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

“Sesungguhnya jumlah bulan-bulan di sisi Allah ada dua belas bulan di dalam al Quran pada hari Allah menciptakan langit-langit dan bumi. Diantaranya ada empat bulan haram.”
(QS atTaubah : 36)

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ

“Manusia bertanya kepadamu tentang hilal. Katakanlah itu merupakan waktu-waktu manusia menunaikan haji.”
(QS al-Baqoroh: 189)

Waktu-waktu tersebut ditentukan untuk manusia semuanya tanpa pengkhususan. Sama saja untuk bangsa arab dan ‘ajam (selain arab). Karena tanda-tanda masuknya bulan baru bisa dilihat dengan indra setiap orang yang memperhatikan waktu masuk dan keluarnya. Maka di manapun ia melihat hilal pada awal malam maka itu menunjukkan awal masuk bulan baru dan keluar dari bulan sebelumnya.

Istilah Nama-Nama Bulan Hijriah adalah Istilah yang Pasti Secara Akal dan Syariat

Tidak sebagaimana bulan-bulan yang digunakan orang-orang Eropa. Penyebutan nama-nama bulannya saja penuh keraguan yang tidak didasari dalam landasan syariat maupun akal, tidak pula indra. Bahkan itu merupakan penamaan bulan yang berbeda-beda.

Sebagiannya tiga puluh satu hari sebagiannya dua puluh delapan dan sebagian lainnya antara keduanya (yakni 29 dan 30 hari). Tidak diketahui sebab yang pasti tentang jumlah perbedaan hari dalam tiap bulannya (tidak pula penyebutan nama-namanya) secara akal. Hanya sekedar nukilan dari pendeta dan rahib-rahib mereka.

Seorang Muslim Harus Bangga dengan Kalender Hijriah

ﻓﺘﺄﻣﻞ ﺃﻳﻬﺎ اﻟﻤﺴﻠﻢ ﻛﻴﻒ ﻳﻌﺎﺭﺽ ﺭﺟﺎﻝ ﺩﻳﻦ اﻟﻴﻬﻮﺩ ﻭاﻟﻨﺼﺎﺭﻯ ﻓﻲ ﺗﻐﻴﻴﺮ ﺃﺷﻬﺮ ﻭﻫﻤﻴﺔ ﻣﺨﺘﻠﻔﺔ ﺇﻟﻰ اﺻﻄﻼﺡ ﺃﺿﺒﻂ ﻷﻧﻬﻢ ﻳﻌﻠﻤﻮﻥ ﻣﺎ ﻟﺬﻟﻚ ﻣﻦ ﺧﻄﺮ ﻭﺭﺟﺎﻝ ﺩﻳﻦ اﻹﺳﻼﻡ ﺳﺎﻛﺘﻮﻥ ﺑﻞ ﻣﻘﺮﻭﻥ ﻟﺘﻐﻴﻴﺮ اﻟﺘﻮﻗﻴﺖ ﺑﺎﻟﺸﻬﻮﺭ اﻹﺳﻼﻣﻴﺔ ﺑﻞ اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﺔ اﻟﺘﻲ ﺟﻌﻠﻬﺎ اﻟﻠﻪ ﻟﻌﺒﺎﺩﻩ ﺣﻴﺚ ﻋﺪﻝ ﻋﻨﻬﺎ اﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﺃﻛﺜﺮﻫﻢ ﺇﻟﻰ اﻟﺘﻮﻗﻴﺖ ﺑﺎﻟﺸﻬﻮﺭ اﻹﻓﺮﻧﺠﻴﺔ ﻭﻗﺪ ﺳﺌﻞ اﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﺭﺣﻤﻪ اﻟﻠﻪ ﻓﻘﻴﻞ ﻟﻪ ﺇﻥ اﻟﻔﺮﺱ ﺃﻳﺎﻣﺎ ﻭﺷﻬﻮﺭا ﻳﺴﻤﻮﻧﻬﺎ ﺑﺄﺳﻤﺎء ﻻ ﺗﻌﺮﻑ ﻓﻜﺮﻩ ﺫﻟﻚ ﺃﺷﺪ اﻟﻜﺮاﻫﺔ ﻭﺭﻭﻱ ﻋﻦ ﻣﺠﺎﻫﺪ ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻳﻜﺮﻩ ﺃﻥ ﻳﻘﺎﻝ ﺁﺫاﺭﻣﺎﻩ.

Maka perhatikanlah wahai seorang muslim, bagaimana mungkin para pemuka Yahudi dan Nashara akan membantah dan menyanggah pengaruh agama Yahudi dan Nashara dengan mengganti penanggalan bulan-bulan yang masih banyak keraguannya dan perbedaan kepada istilah yang sudah pasti (kalender hijriah). Karena mereka mengetahui hal itu berisiko membahayakan (diri mereka).

Sementara para tokoh agama Islam malah mendiamkannya dan justru menyetujui penggantian penanggalan hijriyah dengan kalender masehi!

Bahkan dunia yang Allah tetapkan untuk hamba-Nya, yang mayoritasnya penduduknya muslim pun meninggalkan penanggalan hijriyah dan menggantinya dengan penanggalan masehi.

Padahal pernah disampaikan kepada Imam Ahmad, bahwa bangsa Persia mempunyai hari-hari dan bulan-bulan yang mereka namakan dengan nama-nama yang tidak dikenal, maka al-Imam Ahmad pun sangat membencinya (tidak menyukai penyebutan nama-nama tersebut).

Dan diriwayatkan dari Mujahid bahwasanya beliau membenci jika disebut Adzaramah (penyebutan untuk bulan Maret, salah satu nama bulan masehi -pen).


Artikel Bermanfaat Lainnya: Nasihat Bagi yang Masih Mencukupkan Penggunaan Kalender Masehi


Bagaimana Kita Menyikapi Masuknya Tahun Baru?

Wahai kaum muslimin, sesungguhnya kita pada hari-hari ini memasuki tahun baru hijriah. Bukan termasuk sunnah menjadikannya sebagai perayaan ketika memasukinya atau membiasakan diri mengucakan selamat ketika memasuki tahun baru.

Bukanlah suatu kegembiraan dengan panjangnya umur akan tetapi kegembiraan yang hakiki adalah ketika seseorang berada di dalam ketaatan terhadap Allah pada masa-masa yang telah berlalu.

Panjangnya umur akan menjadi lebih baik bagi seseorang yang dulunya berada di atas ketaatan kepada Rabbnya dan akan berakibat jelek bagi siapa yang dahulu bermaksiat kepada Allah dan enggan dari ketaatan. Sebab sejelek-jelek manusia adalah siapa yang panjang umurnya akan tetapi jelek amalannya.

Sesungguhnya wajib bagi kita untuk menyambut hari demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun dengan ketaatan kepada Rabb kita.

Introspeksilah diri-diri kita. Perbaikilah apa yang kurang dari amal-amal kita. Jaga dan tunaikan hak orang-orang yang berada dalam tanggungan kita, dari keluarga, istri, anak-anak baik laki-laki maupun perempuan, serta para kerabat.

Maka bertakwalah kepada Allah wahai hamba-hamba Allah. Tunaikan tanggung jawab kalian dengan sungguh-sungguh, di mana kalian akan dimintai pertanggungjawabannya pada hari kiamat.

يَأَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

“Wahai orang-orang yang beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu”
(QS at Tahrim: 6)

Sumber kutipan:
Kitab ad-Dhiya’ al-Lami’ (9/703)

Penerjemah:
Abu Abdil Karim Ubaidullah

Catatan: Sub judul dari penerjemah

Tinggalkan Balasan