Merasa Senantiasa Diawasi Allah
Syaikh Robi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah menyatakan:
Seorang muslim semestinya memiliki bagian perasaan malu, bagian perasaan takut, dan merasa diawasi Allah Tabaaroka Wa Ta’ala. Karena sesungguhnya Allah tidak menciptakan manusia untuk main-main. Tidaklah ada gerakan yang engkau lakukan, melainkan akan tercatat.
Demi Allah, kalau seandainya seseorang (merasa) dibuntuti mata-mata (Intel) negara, niscaya ia akan takut dan gemetar. Sebagian mereka selalu mengawasi dan berkata kepadamu: Sesungguhnya di tembok itu telah dipasang alat penyadap. Ia akan takut pada manusia. Namun tidak takut kepada Allah.
Hendaknya kita takut kepada Allah Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi, mengagungkan-Nya dengan sebenar-benarnya pengagungan. Hendaknya kita juga memuliakan para Malaikat mulia yg mencatat (amal). Mereka mengetahui apa yg kita perbuat dan menuliskannya secara rinci
Sumber: adz-Dzari’ah ilaa Bayaani Maqoshidisy Syari’ah (3/179)
Baca juga:
- Mengarahkan Naluri Insani pada Bimbingan Ilahi
- Pelajaran dari Kisah yang Diceritakan Abdah bin Abdirrahim
Naskah Asli dalam Bahasa Arab:
والمسلم ينبغي أن يكون عنده وازع الحياء ، ووازع الخوف والمراقبة لله تبارك وتعالى، فإنه ما خلق الناس عبثا، ما من حركة تتحركها إلا وتدون عليك، والله لو أن إنسانا تلاحقه عيون الدولة لتجدنه يخاف ويرتجف، وبعضهم يتحسس فيقول لك : في الجدران آذان، يخاف من الناس، لكن ما يخاف الله عز وجل، فينبغي أن نخاف الله سبحانه وتعالى، وأن نقدره حق قدره، وأن نحترم الملائكة الكرام الكاتبين الذين يعلمون ما نفعل، ويكتبونه بكل دقة
(الذريعة إلى بيان مقاصد الشريعة 3\179)
Penerjemah:
Abu Utsman Kharisman