Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

KHOTBAH JUMAT

Disampaikan di masjid al-Fauzan Ma’had Al I’tishom Sumberlele Kraksaan Probolinggo, 20 Rabiul Awwal 1442 H/6 Nov 2020 M


Khotbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ،يُحْيِ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ،وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْبَشِيْرُ النَّذِيْرُ وَالسِّرَاجُ الْمُنِيْرُ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدَّيْنِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…

Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menganugerahkan kepada kita nikmat yang sangat besar. Nikmat Islam dan Sunnah. Petunjuk Islam dan Sunnah ini seharusnya merekatkan kita dalam ikatan ukhuwwah yang menghantarkan kita masuk ke dalam Jannah.

Sebagaimana nikmat ukhuwwah imaniyyah ini Allah berikan kepada para Sahabat Nabi ridhwanullahi ‘alaihim ‘ajmain….

Dulu, kaum Anshar Aus dan Khazraj saling bermusuhan. Begitu kuat permusuhan itu, bahkan diwariskan. Untuk saling membenci dan memusuhi. Seakan-akan tidak akan hilang permusuhan itu.

Namun kemudian Allah menyatukan mereka dengan ajaran Islam. Rasul shollallahu alaihi wasallam mempersaudarakan mereka. Maka Allah ingatkan nikmat ini dalam firman-Nya:

وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا

…dan ingatlah nikmat Allah kepada kalian. Ketika kalian saling bermusuhan. Kemudian Allah satukan hati kalian sehingga dengan nikmat-Nya kalian menjadi bersaudara. Kalianpun sudah berada di jurang neraka, kemudian Allah selamatkan kalian darinya… (Q.S Ali Imran ayat 103)

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam pun mengingatkan kaum Anshar akan nikmat tersebut setelah beliau membagi-bagikan harta rampasan perang Hunain:

يَا مَعْشَرَ الْأَنْصَارِ أَلَمْ أَجِدْكُمْ ضُلَّالًا فَهَدَاكُمْ اللَّهُ بِي وَكُنْتُمْ مُتَفَرِّقِينَ فَأَلَّفَكُمْ اللَّهُ بِي

Wahai sekalian kaum Anshar, bukankah aku dulu mendapati kalian dalam keadaan sesat, kemudian Allah berikan hidayah kepada kalian dengan sebabku. Bukankah dulunya kalian terpecah belah, kemudian Allah satukan kalian dengan sebabku… (H.R al-Bukhari dan Muslim)

Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…

Pengetahuan kita tentang tauhid dan sunnah, serta ajaran Nabi yang murni, seharusnya justru merekatkan kita. Menyatukan kita. Mempersaudarakan kita.

Berpegangteguhlah dengan tali Allah yaitu alQuran, Sunnah Nabi, dan pemahaman para Sahabat beliau. Janganlah berpecah belah.

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا

Berpegangteguhlah dengan tali Allah seluruhnya, janganlah kalian berpecah belah… (Q.S Ali Imran ayat 103)

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Taatilah Allah dan Rasul-Nya, janganlah kalian saling berselisih. (Jika kalian berselisih) kalian akan menjadi lemah dan hilang kekuatan kalian. Bersabarlah, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar (Q.S al-Anfaal ayat 46)

Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…

Allah Azza Wa Jalla juga mengisahkan dalam alQuran bahwa seluruh ikatan pertemanan dan persahabatan untuk selain Allah pada hari kiamat akan berubah menjadi permusuhan. Hanya ikatan baik antar orang-orang bertakwa sajalah yang tidak akan berganti menjadi permusuhan pada hari kiamat:

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

Setiap pertemanan dan persahabatan pada hari itu (hari kiamat) akan berubah menjadi permusuhan kecuali orang-orang yang bertakwa (Q.S az-Zukhruf ayat 67)

Salah satu dari 7 golongan yang akan Allah naungi pada hari kiamat, di hari tidak ada naungan kecuali naungan dari-Nya adalah dua orang yang saling mencintai karena Allah, bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah.

…وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ…

…dan dua orang laki-laki yang saling mencintai karena Allah, berkumpul dalam kecintaan karena Allah dan berpisah juga karena-Nya… (H.R al-Bukhari dari Abu Hurairah)

AnNawawiy rahimahullah menjelaskan makna hadits itu:

كَانَ سَبَبُ اجْتِمَاعِهِمَا حُبَّ اللهِ وَاسْتَمَرَّا عَلَى ذَلِكَ حَتَّى تَفَرَّقَا مِنْ مَجْلِسِهِمَا وَهُمَا صَادِقَانِ فِي حُبِّ كُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا صَاحِبِهِ لِلَّهِ تَعَالَى حَالَ اجْتِمَاعِهِمَا وَافْتِرَاقِهِمَا

Penyebab berkumpulnya kedua orang itu adalah karena cinta kepada Allah. Hal itu terus berlangsung hingga keduanya berpisah dari majelis. Dalam keadaan, keduanya benar-benar jujur mencintai rekannya karena Allah Ta’ala pada saat berkumpul maupun pada saat berpisah. (al-Minhaj syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaaj (7/121))


Baca Pula:
Kedua Orang yang Saling Mencintai Karena Allah Bertemu dan Berpisah Karena Allah


Sesungguhnya keimanan dan saling mencintai karena Allah akan menghantarkan seseorang menuju al-Jannah. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا

Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak akan sempurna keimanannya hingga saling mencintai… (H.R Muslim)

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjadikan kita bersaudara dalam Islam dilandasi oleh kecintaan karena Allah dan semoga persaudaraan itu menghantarkan kita menuju al-Jannah atau surga-Nya.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Baca Pula:
Tiga Etika Dasar Pergaulan


Khotbah Kedua

الْحَمْدُ للهِ عَلَى فَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ فِي رُبُوْبِيِّتِهِ وَإِلَهِيَّتِهِ وَأَسْمَاءِهِ وَصِفَاتِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا
قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…

Pada khotbah yang pertama kita telah membahas tentang keutamaan menjalin ukhuwwah karena Allah. Bagaimana cara mewujudkan ukhuwwah (persaudaraan) karena Allah itu?

Semua solusi dan arahannya ada dalam alQuran dan Sunnah Nabi shollallahu alaihi wasallam. Jika kita menerapkan semua bimbingan alQuran dan Sunnah, kita akan menjadi orang yang bertakwa, dan kita akan bisa mewujudkan ukhuwwah karena Allah. Hanya Allah semata yang bisa memberikan taufiq kepada hal itu.

Cintailah saudaramu karena Allah. Ketika ia adalah orang yang bertakwa, komitmen di atas sunnah. Cintailah ia karena perilaku dan manhajnya itu.

Doakan kebaikan untuk saudaramu. Bahkan doa yang dipanjatkan kepada Allah tanpa sepengetahuannya adalah doa yang mustajab.

Cintailah kebaikan pada saudaramu sebagaimana engkau suka kebaikan itu ada pada dirimu. Dengan demikian, engkau tidak akan memiliki sifat hasad, iri, dan dengki atas kebaikan yang ada pada saudaramu. Sesungguhnya mencintai kebaikan pada saudara kita sebagaimana kita suka kebaikan itu ada pada diri kita adalah termasuk sifat yang akan menghantarkan seseorang menuju al-Jannah.

Dalam sebuah hadits, Nabi shollallahu alaihi wasallam menyatakan kepada Yazid bin Asad:

أَتُحِبُّ الْجَنَّةَ قَالَ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ فَأَحِبَّ لِأَخِيكَ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ

Apakah engkau senang (masuk) surga? Yazid menyatakan: Ya. Nabi bersabda: Maka cintailah untuk saudaramu sebagaimana engkau cinta (hal itu terjadi) kepada dirimu. (H.R Ahmad, dishahihkan oleh alHakim dan disepakati oleh adz-Dzahaby)

Ukhuwaah imaniyyah dilandasi oleh sikap saling memberi nasihat. Nasihat adalah penyampaian yang dilandasi ketulusan ingin kebaikan untuk saudaranya. Tidak ada tendensi untuk menjatuhkan atau melecehkannya.

Sebagai pihak yang memberi nasihat, sampaikan nasihat itu dengan ikhlas. Karena Allah. Sampaikan dengan penyampaian yang baik dan hikmah. Dengan memperhatikan situasi dan keadaan yang tepat. Di waktu yang tepat. Sampaikan tanpa harus diketahui oleh pihak lain. Pastikan bahwa nasihat yang engkau sampaikan berdasarkan alQuran dan Sunnah dengan pemahaman para Sahabat Nabi.

Apabila masalah yang dibahas adalah masalah ijtihadiyyah, karena tidak adanya nash tegas dalam masalah itu, namun engkau memandang sesuatu yang menurutmu baik, sampaikan argumenmu dengan baik. Namun jangan memaksa bahwa itu harus diterima. Bahkan mungkin dalam majelis munashohah itu terbuka sisi pandang lain yang memiliki kekuatan dan kebaikan.

Dari sisi pihak yang dinasihati, sadarilah itikad baik dari saudaramu yang menginginkan kebaikan pada dirimu. Cermatilah dengan baik masukan-masukan dan saran dari saudaramu. Uraikan pula dengan penyampaian yang baik. Dengan penyampaian yang baik dan beradab.


Artikel Menarik Lainnya:


Saudaraku…

Seorang muslim yang secara dzhahir nampak sebagai pribadi yang adil, harus dikedepankan husnudzdzhon (baik sangka) terhadapnya. Jangan menerima berita-berita keburukan tentang dia dari sumber-sumber yang tidak jelas.

Kedepankan persangkaan yang baik untuk saudaramu Ahlussunnah. Terapkan tabayyun mengklarifikasi berita kepada pihak yang berwenang secara langsung. Sesungguhnya Allah Ta’ala membenci ucapan katanya dan katanya, yang tidak jelas sumber informasinya.

إِنَّ اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلَاثًا قِيلَ وَقَالَ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ وَكَثْرَةَ السُّؤَال

Sesungguhnya Allah membenci untuk kalian tiga hal: Ungkapan katanya dan katanya, menyia-nyiakan harta, dan banyak bertanya. (H.R al-Bukhari dan Muslim)

Janganlah pula engkau umbar aib dan keburukan saudaramu kepada pihak-pihak yang tidak memiliki kewenangan untuk menyampaikan nasihat atau perbaikan. Apalagi jika seandainya saudaramu itu telah bertobat dari kesalahan-kesalahan tersebut.

Seorang muslim lainnya, apabila melihat saudaranya berselisih, hendaknya berusaha untuk mendamaikan. Atau setidaknya mengurangi dampak perselisihan itu. Janganlah berpihak untuk mendukung satu pihak sampai benar-benar paham permasalahan. Jika kita tidak mampu untuk mendamaikan secara langsung, diamlah dan banyak berdoa kepada Allah Ta’ala.


Baca Pula:


Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala menguatkan ukhuwwah kita karena Allah dan semoga hal itu menghantarkan kita menuju al-Jannah.

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَات
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الْأَخْلَاقِ وَالْأَعْمَالِ وَالْأَهْوَاءِ وَالْأَدْوَاءِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَأَجِرْنَا مِنْ مُضِلَّاتِ الْفِتَنِ مَا أَحْيَيْتَنَا
اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْوَبَاءَ وَالْفِتَنَ
اللهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا… اللهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا… اللهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا…
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ

 

Disampaikan oleh:
Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan