Ancaman Bagi Orang yang Bunuh Diri
Sesungguhnya kehidupan manusia di dunia adalah anugerah Allah. Kesempatan besar untuk beramal sholih menambang kebaikan sebanyak-banyaknya.
Setiap orang yang meninggal dunia, tidak ada lagi kesempatan untuk menambah amal. Ia sudah berada di tahapan pembalasan amal, bukan lagi kesempatan menambah amal.
Karena itu, orang yang terbunuh di dunia, nanti di akhirat akan berkata kepada Allah sambil membawa pembunuhnya: Wahai Tuhanku, dialah yang telah memutusku dari puasa dan sholatku.
يَقْعُدُ الْمَقْتُولُ بِالْجَادَّةِ , فَإِذَا مَرَّ بِهِ الْقَاتِلُ أَخَذَهُ فَقَالَ: يَا رَبِّ , هَذَا قَطَعَ عَلَيَّ صَوْمِي وَصَلَاتِي , قَالَ: فَيُعَذَّبُ الْقَاتِلُ وَالْآمِرُ بِهِ
Seseorang yang terbunuh akan duduk di tengah jalan. Jika lewat sang pembunuhnya, ia akan memegangnya dan berkata (di hadapan Allah): Wahai Tuhanku, orang ini yang telah memutus puasa dan sholatku. Maka kemudian diadzablah sang pembunuh dan orang yang menyuruhnya (untuk melakukan pembunuhan)(H.R at-Thobarony)
Orang yang sudah meninggal sangat berharap bisa hidup lagi untuk menambah ibadah, meski hanya sholat 2 rokaat saja.
Orang yang sudah meninggal, tidak akan bisa lagi melakukan amal ibadah apapun. Saat di alam barzakh dan mengetahui demikian besarnya manfaat amal ibadah yang bisa menyelamatkan dia, jika seandainya ia diberi kesempatan kembali ke dunia dan diberi pilihan: pertama kembali ke dunia untuk sholat dua rokaat sunnah, kemudian dimatikan lagi, atau kedua: kembali ke dunia untuk menikmati kenikmatan dunia dan seluruh isinya kemudian dimatikan lagi, maka ia pasti akan memilih yang pertama untuk sekedar bisa sholat sunnah dua rokaat saja.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِقَبْرٍ فَقَالَ : مَنْ صَاحِبُ هَذَا الْقَبْرِ ؟ فَقَالُوْا فُلَانٌ : فَقَالَ : رَكْعَتَانِ أَحَبُّ إِلَى هَذَا مِنْ بَقِيَّةِ دُنْيَاكُمْ رواه الطبراني
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu-: Sesungguhnya Rasulullah shollallahu alaihi wasallam melewati sebuah kubur kemudian bertanya: Siapa yang di kubur ini? Para Sahabat menjawab: Fulaan. Nabi bersabda: Dua rokaat (yang bisa dikerjakan olehnya) lebih ia sukai dibandingkan (seluruh) yang tersisa dari dunia kalian (H.R atThobarony, dinyatakan sanadnya hasan oleh al-Mundziri dan dinyatakan hasan shahih oleh al-Albaniy)
Dalam riwayat lain, Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:
رَكْعَتَانِ خَفِيْفَتَانِ مِمَّا تَحْقِرُوْنَ وَتَنَفَّلُوْنَ يَزِيْدُهَمَا هَذَا يُشِيْرُ إِلَى قَبْرِهِ فِي عَمَلِهِ أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنْ بَقِيَّةِ دُنْيَاكُمْ
Dua rokaat ringan yang kalian remehkan dan yang berupa sholat nafilah, yang bisa menambah amalan (sholih) bagi penghuni kubur ini (beliau menunjuk pada kuburan tersebut) lebih ia cintai dibandingkan dunia kalian yang masih tersisa (H.R Ibnul Mubarok dalam az-Zuhud, dishahihkan al-Albaniy dalam as-Shahihah)
Baca juga:
Seorang yang mati syahid terbunuh di jalan Allah, dan sudah masuk Jannah, ia ingin dihidupkan kembali, berperang lagi di jalan Allah dan terbunuh lagi, hingga 10 kali, karena demikian besar keutamaan yang didapatkan saat meninggal dalam keadaan demikian.
مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا الشَّهِيدُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنَ الْكَرَامَةِ
Tidak ada seorangpun yang masuk Jannah ingin kembali ke dunia padahal dia tidak punya apa-apa di dunia, kecuali orang yang mati syahid, ia berharap kembali ke dunia dan terbunuh (di jalan Allah) sepuluh kali, karena melihat besarnya kemulyaan yang didapatkan (H.R al-Bukhari dan Muslim)
Seorang muslim tidaklah boleh mengharapkan kematian karena kesempitan hidup di dunia yang ia alami. Karena bagi seorang mukmin, semakin panjang usianya, semakin bertambah kebaikan baginya. Kalaupun ia tergelincir pada dosa, bertambahnya usia adalah kesempatan untuk memperbanyak taubat.
وَلَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَزْدَادَ خَيْرًا وَإِمَّا مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعْتِبَ
Dan janganlah salah seorang dari kalian mengharapkan kematian. Bisa jadi ia adalah orang yang baik, sehingga bisa diharapkan bertambah kebaikannya. Kalau ia orang yang tidak baik, mungkin dia akan bertaubat(H.R alBukhari)
Dalam hadits lain disebutkan:
لَا يَزِيدُ الْمُؤْمِنَ عُمْرُهُ إِلَّا خَيْرًا
Tidaklah menambah usia seorang mukmin kecuali kebaikan (H.R Muslim)
Seseorang yang berusia lebih panjang, memiliki kesempatan untuk beramal lebih banyak dan lebih baik dibandingkan yang telah meninggal duluan. Bisa jadi orang yang meninggal lebih akhir akan mendapatkan tingkatan Surga yang lebih tinggi.
Sahabat Nabi Tholhah bin Ubaidillah pernah mengenal beberapa orang yang masuk Islam bersama. Satu orang paling rajin dan semangat dibandingkan yang lain. Ia ikut pertempuran dan langsung gugur dalam pertempuran pertama yang diikuti. Orang lain baru meninggal setahun berikutnya. Namun dalam mimpinya, Tholhah melihat orang yang paling akhir meninggal ternyata berada dalam posisi terdepan dibandingkan yang meninggal dulu.
Sebagian riwayat menyatakan bahwa orang yang terakhir meninggal, masuk ke Surga lebih dulu dibandingkan rekannya yang lebih dulu meninggal. Nabi shollallahu alaihi wasallam kemudian menjelaskan bahwa masa setahun lebih lama digunakan untuk bertasbih, bertakbir, ibadah kepada Allah. Itu yang membuatnya lebih unggul di akhirat nanti.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَدَّادٍ أَنَّ نَفَرًا مِنْ بَنِي عُذْرَةَ ثَلَاثَةً أَتَوْا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْلَمُوا قَالَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَكْفِنِيهِمْ قَالَ طَلْحَةُ أَنَا قَالَ فَكَانُوا عِنْدَ طَلْحَةَ فَبَعَثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْثًا فَخَرَجَ أَحَدُهُمْ فَاسْتُشْهِدَ قَالَ ثُمَّ بَعَثَ بَعْثًا فَخَرَجَ فِيهِمْ آخَرُ فَاسْتُشْهِدَ قَالَ ثُمَّ مَاتَ الثَّالِثُ عَلَى فِرَاشِهِ قَالَ طَلْحَةُ فَرَأَيْتُ هَؤُلَاءِ الثَّلَاثَةَ الَّذِينَ كَانُوا عِنْدِي فِي الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ الْمَيِّتَ عَلَى فِرَاشِهِ أَمَامَهُمْ وَرَأَيْتُ الَّذِي اسْتُشْهِدَ أَخِيرًا يَلِيهِ وَرَأَيْتُ الَّذِي اسْتُشْهِدَ أَوَّلَهُمْ آخِرَهُمْ قَالَ فَدَخَلَنِي مِنْ ذَلِكَ قَالَ فَأَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لَهُ قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَا أَنْكَرْتَ مِنْ ذَلِكَ لَيْسَ أَحَدٌ أَفْضَلَ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ مُؤْمِنٍ يُعَمَّرُ فِي الْإِسْلَامِ لِتَسْبِيحِهِ وَتَكْبِيرِهِ وَتَهْلِيلِهِ
Dari Abdullah bin Syaddaad ia menyatakan bahwa ada 3 orang dari Bani Udzrah yang mendatangi Nabi shollallahu alaihi wasallam kemudian mereka masuk Islam. Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: Siapakah yang akan menjamin mengurusi mereka? Tholhah berkata: Saya. Maka ketiga orang ini pun bersama Tholhah. Suatu ketika Nabi mengirim utusan (perang), salah seorang ada yang ikut bersama rombongan pasukan itu, kemudian ia mati syahid. Kemudian di waktu lain Nabi mengirim utusan (perang), ada satu orang lagi yang ikut, ia mati syahid. Kemudian orang yang ketiga meninggal di atas pembaringannya. Tholhah berkata: Aku melihat 3 orang ini berada bersamaku di Surga. Aku melihat orang yang meninggal di pembaringannya itu berada terdepan di antara ketiganya. Sedangkan yang mati syahid paling akhir tepat di belakangnya. Kemudian di belakangnya lagi paling akhir adalah orang yang mati syahid paling awal. Aku pun mendatangi Nabi shollallahu alaihi wasallam menceritakan hal itu. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Apa yang membuatmu aneh dari hal itu? Tidaklah ada seorang pun yang lebih utama di sisi Allah dibandingkan seorang beriman yang diberi umur panjang dalam Islam hingga ia lebih banyak bertasbih, bertakbir, dan bertahlil (H.R Ahmad, dihasankan Syaikh al-Albaniy dalam Silsilah as-Shahihah)
Dalam riwayat lain, disebutkan:
أَلَيْسَ قَدْ مَكَثَ هَذَا بَعْدَهُ سَنَةً قَالُوا بَلَى قَالَ وَأَدْرَكَ رَمَضَانَ فَصَامَ وَصَلَّى كَذَا وَكَذَا مِنْ سَجْدَةٍ فِي السَّنَةِ قَالُوا بَلَى قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَا بَيْنَهُمَا أَبْعَدُ مِمَّا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
Bukankah ia masih hidup dalam waktu setahun kemudian? Para Sahabat berkata: Ya. Nabi bersabda: dan ia mendapati Ramadhan, berpuasa, dan sholat demikian dan demikian dalam setahun? Para Sahabat berkata: Ya. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Tidaklah antara keduanya lebih jauh dibandingkan antara langit dan bumi (H.R Ibnu Majah, dishahihkan Syaikh al-Albaniy)
Hadits tersebut menunjukkan bahwa semakin lama hidup di dunia berarti semakin besar peluang menambah kebaikan, agar di Surga nanti semakin tinggi tingkatannya.
Baca juga:
Karena itu, hidup ini adalah anugerah yang sangat berharga. Harus disyukuri. Kalaupun seseorang tertimpa musibah, hendaknya bersikap sabar karena Allah dan mengharapkan pahala yang berlipat dari Allah. Janganlah mengharapkan kematian.
Jika seseorang tidak kuat dengan penderitaan yang dialaminya di dunia, seperti misalnya sakit yang amat sangat, Nabi memperbolehkan untuk berdoa dengan ucapan: Ya Allah hidupkanlah aku selama kehidupan itu lebih baik bagiku dan wafatkanlah aku jika sekiranya itu lebih baik bagiku.
لاَ يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ لِضُرٍّ نَزَلَ بِهِ فَإِنْ كَانَ لاَ بُدَّ مُتَمَنِّيًا فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ أَحْيِنِى مَا كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِى وَتَوَفَّنِى إِذَا كَانَتِ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِى
Janganlah sekali-kali salah seorang dari kalian mengangankan kematian karena musibah yang dideritanya. Jika ia harus mengangankan (kematian itu), hendaknya ia mengucapkan: Allaahumma Ahyinii maa kaanatil hayaatu khoyron lii wa tawaffaniy idzaa kaanatil wafaatu khoyron lii (Ya Allah, hidupkanlah aku selama kehidupan itu baik bagiku. Dan wafatkanlah aku jika kematian itu lebih baik bagiku)(H.R al-Bukhari dan Muslim dari Anas).
Jika mengharapkan kematian adalah terlarang, terlebih lagi perbuatan bunuh diri. Itu adalah dosa besar.
Allah Ta’ala berfirman:
…وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
Dan janganlah kalian membunuh diri kalian sendiri. Sesungguhnya Allah Maha Penyayang terhadap kalian…(Q.S anNisaa’ ayat 29)
Seorang muslim tidak boleh putus asa dari rahmat Allah, karena putus asa dari rahmat Allah adalah sifat orang-orang kafir.
وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
…dan janganlah kalian putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang putus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir (Q.S Yusuf: 87)
Seseorang yang bunuh diri, akan diadzab di akhirat dengan cara dan alat yang digunakan dalam bunuh diri di dunia.
وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَيْءٍ فِي الدُّنْيَا عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu di dunia, akan diadzab dengan sesuatu itu pada hari kiamat (H.R alBukhari no 5587)
Dalam hadits yang lain juga disebutkan:
مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيهِ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ تَحَسَّى سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَسُمُّهُ فِي يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَجَأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا
Barangsiapa yang menjatuhkan diri dari gunung sehingga membunuh dirinya, ia akan berada di Neraka Jahannam dengan menjatuhkan dirinya (seperti itu) demikian seterusnya. Barangsiapa yang menenggak racun sehingga membunuh dirinya maka racun itu akan berada di tangannya, akan ia tenggak di Neraka Jahannam, demikian seterusnya. Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan potongan besi, maka potongan besi itu akan berada di tangannya, ia tusukkan pada perutnya di Neraka Jahannam demikian seterusnya (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Huraiah, lafadz sesuai riwayat al-Bukhari)
Demikian pula dalam hadits berikut:
الَّذِي يَخْنُقُ نَفْسَهُ يَخْنُقُهَا فِي النَّارِ وَالَّذِي يَطْعُنُهَا يَطْعُنُهَا فِي النَّارِ
Orang yang mencekik dirinya sendiri (gantung diri) maka ia akan mencekik dirinya di Neraka, dan orang yang menusuk dirinya akan menusuk dirinya di Neraka (H.R al-Bukhari dari Abu Hurairah)
Dikutip dari buku “Surga yang Dirindukan, Neraka yang Ditakutkan”, Abu Utsman Kharisman, penerbit atTuqa Yogya