Para Sahabat Nabi Tidak Melakukan Amalan Itu Karena Mereka Berilmu
Umar bin Abdil Aziz rahimahullah (salah seorang Ulama Tabiin dan pemimpin yang adil di masanya, wafat tahun 101 Hijriyah) menulis surat kepada seseorang:
أَمَّا بَعْدُ أُوصِيكَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالاِقْتِصَادِ فِى أَمْرِهِ وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ نَبِيِّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَتَرْكِ مَا أَحْدَثَ الْمُحْدِثُونَ بَعْدَ مَا جَرَتْ بِهِ سُنَّتُهُ وَكُفُوا مُؤْنَتَهُ فَعَلَيْكَ بِلُزُومِ السُّنَّةِ فَإِنَّهَا لَكَ بِإِذْنِ اللَّهِ عِصْمَةٌ ثُمَّ اعْلَمْ أَنَّهُ لَمْ يَبْتَدِعِ النَّاسُ بِدْعَةً إِلاَّ قَدْ مَضَى قَبْلَهَا مَا هُوَ دَلِيلٌ عَلَيْهَا أَوْ عِبْرَةٌ فِيهَا فَإِنَّ السُّنَّةَ إِنَّمَا سَنَّهَا مَنْ قَدْ عَلِمَ مَا فِى خِلاَفِهَا …. مِنَ الْخَطَإِ وَالزَّلَلِ وَالْحُمْقِ وَالتَّعَمُّقِ فَارْضَ لِنَفْسِكَ مَا رَضِىَ بِهِ الْقَوْمُ لأَنْفُسِهِمْ فَإِنَّهُمْ عَلَى عِلْمٍ وَقَفُوا وَبِبَصَرٍ نَافِذٍ كَفَوْا وَلَهُمْ عَلَى كَشْفِ الأُمُورِ كَانُوا أَقْوَى وَبِفَضْلِ مَا كَانُوا فِيهِ أَوْلَى فَإِنْ كَانَ الْهُدَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ لَقَدْ سَبَقْتُمُوهُمْ إِلَيْهِ
Amma Ba’du. Aku wasiatkan kepadamu untuk bertakwa kepada Allah, sederhanalah (bersikaplah pertengahan) dalam menjalankan perintah-Nya. Ikutilah sunnah Nabi-Nya shollallahu alaihi wasallam. Tinggalkanlah perkara (bid’ah) yang diada-adakan oleh orang-orang belakangan setelah berlakunya sunnah beliau dan mereka telah dicukupi darinya. Wajib atas kalian berpegangteguh dengan sunnah. Karena (sunnah) itu, dengan izin Allah adalah penjagaan (dari kesesatan, pent). Kemudian, ketahuilah bahwasanya seseorang tidaklah melakukan suatu kebid’ahan kecuali telah berlangsung sebelumnya (penerapan sunnah) yang merupakan dalil (akan kebid’ahan itu), sekaligus sebagai pelajaran. Sesungguhnya sunnah itu telah dicontohkan oleh orang yang telah mengetahui bahwasanya menyelisihinya… adalah kesalahan, penyimpangan, kebodohan, dan termasuk memberat-beratkan diri. Ridhailah untuk dirimu sebagaimana yang diridhai oleh kaum (para Sahabat Nabi) untuk diri mereka. Karena mereka berhenti di atas ilmu dan dengan pandangan yang luas dan jernih mereka menahan diri. Padahal mereka lebih kuat (pandangannya) dalam menyingkap suatu perkara, dan kedudukan mereka lebih utama. Jika kalian memang berada di atas petunjuk, niscaya mereka telah mendahului kalian dalam hal itu…
(riwayat Abu Dawud dalam Sunannya)
Dalam surat Umar bin Abdil Aziz rahimahullah ini terdapat beberapa pelajaran yang berharga, di antaranya:
Pertama: Perintah untuk mengikuti sunnah Nabi shollallahu alaihi wasallam dan menjauhi kebid’ahan. Sunnah Nabi adalah penjagaan terhadap kesesatan.
Kedua: Rujukan kaum muslimin dalam Dien ini seharusnya adalah pemahaman dan pengamalan para Sahabat Nabi –semoga Allah meridhai mereka seluruhnya-.
Ketiga: Para Sahabat Nabi adalah orang-orang yang paling luas dan jernih pandangannya, paling berilmu, dan memiliki keutamaan yang lebih dibandingkan orang-orang setelahnya.
Keempat: Apabila suatu amalan tidak dilakukan oleh Sahabat Nabi padahal sangat memungkinkan untuk dilakukan di masa mereka, tidak ada halangan untuk mengerjakannya, ada pendorong untuk mengerjakannya, sesungguhnya mereka tidaklah mengerjakannya itu melainkan karena mengetahui bahwa hal tersebut memang seharusnya ditinggalkan. Mereka meninggalkannya di atas ilmu.
Kelima: Melakukan kebid’ahan dan menyelisihi sunnah adalah kesalahan, penyimpangan, kebodohan, dan hal yang memberat-beratkan diri.
Keenam: Jika sesuatu itu berada di atas petunjuk Allah, niscaya para Sahabat Nabi akan mendahului kita dalam meyakini atau menerapkannya.
Ditulis oleh: Abu Utsman Kharisman