Puasa yang Haram Dilakukan
1️⃣Puasa hari Ied (Iedul Fithri dan Iedul Adha).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ صِيَامِ يَوْمَيْنِ يَوْمِ الْأَضْحَى وَيَوْمِ الْفِطْرِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu: Bahwa Rasulullah shollallahu alaihi wasallam melarang dari puasa dua hari: Hari (Iedul) Adha dan Iedul Fithri
(H.R Muslim, juga diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri)
2️⃣Puasa hari-hari tasyriq (tanggal 11,12, dan 13 Dzulhijjah)
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
Hari-hari Tasyriq adalah hari-hari makan dan minum
(H.R Muslim)
3️⃣Puasa hari syak (hari yang meragukan). Saat tertutup mendung sehingga tidak bisa melihat hilal pada 30 Sya’ban.
عَنْ صِلَةَ بْنِ زُفَرَ قَالَ كُنَّا عِنْدَ عَمَّارٍ فِي الْيَوْمِ الَّذِي يُشَكُّ فِيهِ فَأُتِيَ بِشَاةٍ فَتَنَحَّى بَعْضُ الْقَوْمِ فَقَالَ عَمَّارٌ مَنْ صَامَ هَذَا الْيَوْمَ فَقَدْ عَصَى أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Dari Shilah bin Zufar beliau berkata: kami pernah di sisi Ammar (bin Yasir)-seorang Sahabat Nabi- pada suatu hari yang meragukan (syak), kemudian didatangkan (daging) kambing, sedangkan sebagian orang menyingkir (tidak mau memakannya). Ammar berkata: Barangsiapa yang berpuasa pada hari ini maka sungguh ia telah bermaksiat kepada Abul Qosim (Muhammad) shollallahu alaihi wasallam
(H.R Abu Dawud, atTirmidzi, anNasaai, Ibnu Majah, dishahihkan Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan al-Albany)
4️⃣Puasa wanita haid dan nifas
Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:
أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ
Bukankah seorang wanita jika ia haid tidak boleh sholat dan puasa
(H.R al-Bukhari no 293)
Aisyah radhiyallahu anha berkata:
كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلَا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ
Dulu kami mengalami hal itu (haid dan nifas), maka kami diperintah (oleh Nabi) untuk mengganti puasa, tapi tidak diperintah untuk mengganti sholat
(H.R Muslim no 508)
5️⃣Puasa sunnah seorang wanita tanpa seijin suaminya saat suaminya tidak safar.
لَا يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلَّا بِإِذْنِهِ
Tidak halal bagi seorang wanita berpuasa (sunnah) sedangkan suaminya ada (tidak safar) kecuali dengan idzinnya
(H.R al-Bukhari no 4796)
Dikutip dari:
Buku “Ramadhan Bertabur Berkah”, Abu Utsman Kharisman, penerbit Pena Hikmah Yogya