Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Muslim Gemar Kerukunan, Cinta Perdamaian dan Mengikuti Bimbingan

Agama kita telah mengajarkan keramahan, cinta perdamaian dan amanah dalam memenuhi perjanjian. Itu semua Allah menjaganya dengan menjadikan arahan para pembimbing umat (para ulama) dari masa ke masa sebagai salah satu sebabnya.

Betapapun sengitnya permusuhan, seberapa culasnya sifat pihak musuh, umat Islam diajari untuk berusaha menjaga isi perjanjian sampai tahapan yang dibimbingkan. Ya, sampai tahapan yang dibimbingkan ulama, bukan ditakar dengan batas kesabaran masing-masing kita.

Siapa yang tidak kenal Yahudi dengan keculasannya? Saat muslimin masih terikat perjanjian damai dengan mereka, Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,

الَّذِينَ عَاهَدتَّ مِنْهُمْ ثُمَّ يَنقُضُونَ عَهْدَهُمْ فِي كُلِّ مَرَّةٍ وَهُمْ لَا يَتَّقُونَ (56) فَإِمَّا تَثْقَفَنَّهُمْ فِي الْحَرْبِ فَشَرِّدْ بِهِم مَّنْ خَلْفَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ (57) وَإِمَّا تَخَافَنَّ مِن قَوْمٍ خِيَانَةً فَانبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَىٰ سَوَاءٍ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ

“(Yaitu) orang-orang yang kalian telah mengikat perjanjian dari mereka, sesudah itu mereka mengkhianati janjinya pada setiap kalinya, dan mereka tidak takut (kepada Allah akan akibat-akibatnya). Jika kalian menemui mereka dalam peperangan, maka cerai beraikanlah orang-orang yang di belakang mereka dengan (menumpas) mereka, supaya mereka mengambil pelajaran. Dan jika kalian khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” (QS Al Anfal: 56-58)

Al Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah menukilkan, dari Al Walid bin Muslim rahimahullah bahwa beliau menjelaskan firman Allah:

فَانبِذْ إِلَيْهِمْ عَلَىٰ سَوَاءٍ ۚ

“Yaitu secara perlahan (bertahap).”

إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْخَائِنِينَ

“Yaitu, walaupun terhadap orang-orang kafir, juga tidak disukai (mengkhianati mereka).”

Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda,

الْمُؤْمِنُ مَأْلَفٌ، وَلَا خَيْرَ فِيمَنْ لَا يَأْلَفُ وَلَا يُؤْلَفُ

“Orang beriman itu suka rukun. Tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak rukun dan tidak bisa didamaikan.” (HR Ahmad dengan sanah hasan, dishahihkan Syaikh Al Albani rahimahullah)


Artikel yang semoga bermanfaat pula: Tetap Bersaudara dalam Perbedaan Pendapat yang Bisa Ditoleransi


Hanya Allah Yang Mahamampu Mempersatukan dan Menolong Para Hamba-Nya

Allah Ta’ala berfirman,

وَإِن يُرِيدُوا أَن يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللَّهُ ۚ هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ (62) وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَّا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (63)يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (64)

“Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin, dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun engkau membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya engkau tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Agung Hikmah-Nya. Wahai Nabi, cukuplah Allah (sebagai Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.” (QS Al Anfal: 62-63)

Dari Abul Ahwash dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu, “Aku telah mendengar beliau berkata (tentang Firman Allah):

لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَّا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ

“Walaupun engkau membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya engkau tidak akan bisa mempersatukan hati mereka.”

Beliau radhiyallahu anhu menafsirkan,

“Mereka (yang dimaksudkan) adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah.”

Dalam sebagian riwayat disebutkan,

“(Ayat ini) diturunkan tentang orang-orang yang saling mencintai karena Allah.”

(Diriwayatkan An Nasa-i dan Al Hakim dalam Al Mustadrak dan beliau menilai: shahih).

Sepatutnya sesama mukmin saling mencintai. Sikap mencintai sesama mukmin merupakan bentuk ketakwaan kepada Allah yang wajib dijunjung tinggi. Harus lebih dihargai dibandingkan harta rampasan perang yang halal sebagai hasil perjuangan seorang muslim.

Dialah Tabaroka waTa’ala yang telah berfirman pada ayat pertama surah Al Anfal tersebut,

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَنْفَالِ قُلِ الْأَنْفَالُ لِلَّهِ وَالرَّسُولِ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan perang. Katakanlah: “Harta rampasan perang diperuntukkan (pembagiannya sesuai aturan) Allah dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah hubungan antar sesama kalian, serta taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kalian benar-benar orang-orang yang beriman.”


Artikel yang semoga bermanfaat pula: Kerukunan dan Persatuan Lebih Diutamakan Dibandingkan Menerapkan Pendapat Pilihan Dalam Fiqh


Ulama Adalah Pahlawan Pemersatu Umat

Dari Jabir radhiyallahu anhu juga diriwayatkan hadits,

الْمُؤْمِنُ يَأْلَفُ وَيُؤْلَفُ، وَلَا خَيْرَ فِيمَنْ لَا يَأْلَفُ وَلَا يُؤْلَفُ، وَخَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Orang beriman itu ramah dan mudah dirukunkan. Tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak rukun dan tidak bisa didamaikan. Dan sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (Diriwayatkan Ath Thobaroni dalam Al Awsath, dan dishahihkan Syaikh Al Albani rahimahullah)

Demikianlah ulama, merekalah para pahlawan sejati yang paling bermanfaat bagi ummat dengan bimbingan ilmu dan nasehatnya.

Berapa banyak pertikaian dengan Taufiq Allah akhirnya mereka damaikan. Sekian banyak perselisihan mereka cegah dan kembali persatukan dengan inayah Allah semata. Sekiranya tidak ada selain hal itu yang menjadi jasa mereka bagi umat ini, sungguh hal tersebut sudah terlalu berharga untuk dilupakan.

Sehingga jika telah tersampaikan nasehat ulama, hendaklah kita bersegera mengambil manfaat darinya. Apabila telah diberikan bimbingan ulama, bersegaralah menjalankan arahan yang penuh manfaat bagi kita itu.

Bimbingan Ulama Adalah Keputusan Paling Adil

Percayalah saudaraku, tidak ada nasehat dari manusia manapun di masa kita yang lebih tulus dan adil dibandingkan nasehat dan bimbingan ulama.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits, bimbingan ulama merupakan putusan terbaik. Nabi shollallahu alaihi wasallam merekomendasikan bimbingan ulama dalam sabdanya;

يَحْمِلُ هَذَا اْلعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ، ينْفُوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الغَالِيْنَ وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِيْنَ وَتَأْوِيْلَ الجَاهِلِيْنَ

“Ilmu (agama) ini akan diemban kepada setiap generasi oleh orang-orang yang paling bertakwa (adil) pada tiap generasinya. Terhadap ilmu tersebut, mereka akan menangkal dari penyelewengan orang-orang yang berlebihan, dari kedustaan orang-orang yang berada di atas kebatilan, dan dari takwil orang-orang yang bodoh.” (HR Al Baihaqi dan dishahih Syaikh Al Albani dalam ta’liq beliau terhadap Al Misykah no. 248).

Sementara Allah Ta’ala juga telah berfirman,

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

“Sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah di antara para hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.’ (QS Fathir: 28)


Artikel yang Semoga Bermanfaat Pula: Saling Membantu Dalam Dosa dan Permusuhan Hanya Melahirkan Persatuan Semu


Mendamaikan Umat Merupakan Teladan Sayyid Pemuka Umat

Disebutkan dalam shahih Al Bukhori dari hadits Al Hasan bin Ali dari Abu Bakrah radhiyallahu anhum, beliau berkata,

“Sesungguhnya Rasulullah shollallahu alaihi wasallam pernah berkhutbah pada suatu hari, dan Al Hasan bin Ali radhiyallahu anhuma ketika itu menyertai beliau di atas mimbar. Dalam satu kesempatan beliau bergantian mengarahkan pandangannya sesekali ke arah Al Hasan dan ke arah hadirin, seraya bersabda:

إِنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ وَلَعَلَّ اللَّهَ تعالى أَنْ يُصْلِحَ بِهِ بَيْنَ فِئَتَيْنِ عَظِيمَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ

‘Sesungguhnya cucuku ini adalah sayyid (pemuka ummat), dan semoga Allah Ta’ala akan menjadikannya sebagai sosok yang mendamaikan pertikaian antara dua kelompok besar dari kalangan muslimin.’

Kemudian memang terjadi sebagaimana doa beliau sholawatullah wasalamuhu alaihi. Allah mendamaikan dengan sebab beliau, antara penduduk negeri Syam dengan penduduk Iraq, setelah peperangan yang telah terjadi dalam waktu yang cukup lama, dan pertempuran yang sangat mencekam’.”

Semoga kita ditolong oleh Allah dengan bersatu di atas kebenaran agama ini, dan diberikan kelapangan dada untuk mudah hidup rukun, cinta damai dan selalu mengikuti dengan ikhlas bimbingan para ulama pewaris para Nabi.

 

Penulis: Abu Abdirrohman Sofian

Tinggalkan Balasan