Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Beberapa upaya untuk menjaga persaudaraan Islam di atas sunnah, di antaranya adalah:

1. Berdoa kepada Allah Taala karena Dialah Yang Maha Mampu untuk menyatukan hati manusia

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dan Dia (Allah) yang menyatukan hati mereka. Kalau seandainya engkau menginfakkan segala yang ada di bumi, engkau tidak akan mampu menyatukan hati mereka. Namun Allahlah yang menyatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Q.S al-Anfaal ayat 63)

2. Berusaha untuk senantiasa bertakwa kepada Allah Taala dan berakhlak mulia

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ الْفَمُ وَالْفَرْجُ

Dari Abu Hurairah semoga Allah meridhainya- ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga? Nabi bersabda: Takwa kepada Allah dan akhlak yang mulia. Nabi juga ditanya tentang apakah hal terbanyak yang memasukkan manusia ke dalam neraka? Beliau bersabda: Mulut dan kemaluan (H.R atTirmidzi)

اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan susullah sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah terhadap sesama manusia dengan akhlaq yang baik (H.R atTirmidzi)

Apakah akhlak mulia itu?

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ وَصَفَ حُسْنَ الْخُلُقِ فَقَالَ هُوَ بَسْطُ الْوَجْهِ وَبَذْلُ الْمَعْرُوفِ وَكَفُّ الْأَذَى

Dari Abdullah bin al-Mubarak bahwasanya beliau menjelaskan tentang akhlak yang baik, yaitu: Bermuka manis, memberikan kebaikan, dan menahan diri untuk tidak mengganggu (riwayat atTirmidzi dalam Sunannya)

3. Suka kebaikan terjadi pada saudaranya, sebagaimana ia suka kebaikan itu terjadi pada dirinya

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri (H.R alBukhari dan Muslim)

Seorang yang bersikap demikian, tidak akan hasad pada saudaranya sesama muslim.

4. Tidak memfasilitasi orang yang berghibah dan namimah (mengadudomba)

Ada seseorang memberitahu Wahb bin Munabbih seorang tabii- bahwa fulan telah mencela beliau. Maka Wahb bin Munabbih marah kepada orang yang menyampaikan hal itu, seraya berkata:

مَا وَجَدَ الشَّيْطَانُ رَسُولًا غَيْرَكَ

Setan tidak menemukan utusan lain selain engkau! (riwayat Abu Nuaim dalam Hilyatul Awliyaa’, dinukil oleh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah (9/305)).

Artinya, seorang yang menukil celaan orang lain kepada kita, ia telah melakukan perbuatan adudomba dan ia bagaikan utusan setan untuk membuat hubungan dua orang menjadi buruk dan renggang.

5. Tidak terburu-buru dalam menanggapi berita yang datang kepadanya

التَّأَنِّي مِنَ اللهِ وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ

Sikap sabar; cermat; teliti adalah dari Allah, sedangkan ketergesa-gesaan adalah dari setan (H.R al-Baihaqiy, Abu Yala, dan lainnya, dihasankan Syaikh al-Albaniy)

Termasuk jika info itu datang dari istri atau anaknya yang menjelek-jelekkan saudaranya sesama muslim.

6. Mengedepankan persangkaan baik kepada saudaranya sesama muslim yang secara dzhahir menampakkan keadilan

Abu Qilabah seorang tabii rahimahullah menyatakan:

إِذَا بَلَغَكَ عَنْ أَخِيْكَ شَيْءٌ تَكْرَهُهُ فَالْتَمِسْ لَهُ الْعُذْرَ جُهْدَكَ؛ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ لَهُ عُذْراً فَقُلْ فِي نَفْسِكَ: لَعَلَّ لِأَخِي عُذْراً لَا أَعْلَمُهُ

Jika sampai berita kepadamu tentang saudaramu sesuatu yang tidak engkau sukai, carilah udzur untuknya semampumu. Jika engkau tidak menemukan udzur baginya, ucapkan dalam dirimu: Bisa jadi saudaraku memiliki udzur yang tidak aku ketahui (riwayat Abu Nuaim dalam Hilyatul Awliyaa)

7. Tidak egois dan mudah memahami keadaan orang lain

 

Dikutip dari:
Buku “Rangkaian Nasihat untuk Muslimin Tanjungbalai 1443 H”, Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan