Bantahan Ilmiah Terhadap UAS Terkait Dengan Takwil Ayat AlQuran dan Penisbatannya Kepada Al-Imam Al-Bukhari dan Malik (Bagian ke-2)
Bagian ke-2: Penjelasan tentang Penafsiran Ulama Salaf terkait Surah al-Qolam Ayat 42
Kutipan Ucapan UAS
Ustadz Abdul Shomad (UAS) menyatakan:
يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ
Pada hari itu betis Tuhan disingkapkanTahu betis? Betis pada hari itu hari kiamat betis disingkapkan.
Gimana antum memahami ayat itu ,Tuhan punya betis? betis nya disingkapkan? Makanya ahli tafsir mentawil ayat itu makna betis Tuhan disingkapkan artinya huruhara yang sangat mengerikan. Asyada-id perkara yang sangat mengerikan. Ini mereka takwil.
Tanggapan Ilmiah terhadap Pernyataan UAS tersebut
Para Ulama salaf berbeda pandang dalam menilai apakah ayat ke-42 dari surah al-Qolam itu adalah ayat tentang Sifat Allah atau bukan. Perbedaan pandang ini terjadi karena tidak secara tegas dinisbatkan kepada Allah. Pada ayat itu tidak disebutkan, misalkan dengan kalimat:
يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقِ اللهِ
Tidak secara tegas dinisbatkan kepada Allah. Karena bentuknya nakiroh bukan ma’rifat juga tidak diidhafahkan pada apapun. Sehingga, terjadilah perbedaan pandang dari para Sahabat Nabi. Sebagian Sahabat Nabi menilai bahwa ayat itu adalah tentang Sifat Allah. Sebagian Sahabat Nabi yang lain menilai bahwa itu penjelasan tentang kedahsyatan yang terjadi pada hari kiamat, bukan terkait dengan Sifat Allah.
Sahabat Nabi Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu menafsirkan bahwa yang dimaksud pada ayat itu adalah betis Allah. Hal ini sebagaimana riwayat Abdurrazzaq dalam Mushonnafnya:
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ ، فِي قَوْلِهِ تَعَالَى: {يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ} [القلم: 42] قَالَ: عَنْ سَاقِهِ ، يَعْنِي سَاقَهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
dari Ibnu Mas’ud tentang firman Allah Ta’ala (yang artinya): Pada hari disingkapkannya betis (Q.S al-Qolam ayat 42), Ibnu Mas’ud berkata: betis-Nya, yaitu betis Allah Tabaroka Wa Ta’ala (riwayat Abdurrazzaq dalam Mushonnafnya, nomor riwayat 3293)
Hal yang semakin menguatkan bahwa Sahabat Nabi Ibnu Mas’ud menafsirkan demikian, adalah sebagaimana disebutkan az-Zajjaaj dalam tafsirnya:
وَقَالَ ابْنُ مَسْعُودٍ: يَكْشِفُ الرَّحْمَنُ عَنْ سَاقِهِ
Ibnu Mas’ud berkata: arRahmaan menyingkap betis-Nya (Ma’aaniy al-Quraan wa I’roobuhu karya az-Zajjaaj 5/210)
Az-Zajjaaj ini adalah Abu Ishaq Ibrahim bin as-Sariyy bin Sahl –semoga Allah merahmatinya- (wafat tahun 316 Hijriyah) yang kitab tafsir yang beliau tulis adalah periwayatan dari Abdullah putra al-Imam Ahmad bin Hanbal dari ayahnya, yaitu al-Imam Ahmad. Sebagaimana beliau tegaskan ketika menafsirkan surah al-Ankabuut ayat 24.
Sedangkan Sahabat Nabi Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma menafsirkan kata:
يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ
Sebagai ungkapan kalimat dalam bahasa Arab yang menunjukkan kedahsyatan dan kengerian yang terjadi. Ibnu Abbas menafsirkannya dengan:
هَوَ الْأَمْرُ الشَّدِيْدُ الْمُفْظِعُ مِنَ الْهَوْلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
itu adalah perkara dahsyat yang mengerikan pada hari kiamat (riwayat Ibnu Jarir atThobariy dalam tafsirnya)
Bagaimana Sahabat Ibnu Abbas bisa menafsirkan demikian? Karena kata ساق dalam bahasa Arab tidak selalu bermakna betis. Bisa juga menjelaskan kedahsyatan. Sebagaimana ucapan penyair Arab terdahulu:
وَقَامَتِ الْحَرْبُ بِنَا عَلَى سَاقِ
Kami mengalami dahsyatnya pertempuran
Pendalilan Sahabat Ibnu Abbas dengan untaian bait syair Arab terdahulu itu juga diriwayatkan oleh Ibnu Jarir atThobariy dalam tafsirnya. Karena memang bahasa Arab diturunkan dalam bahasa Arab dengan penutur yang asli.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya Kami menurunkan Quran dengan bahasa Arab agar kalian memahaminya (Q.S Yusuf ayat 2)
Sehingga syair-syair Arab terdahulu bisa menjadi rujukan dalam mengungkap sebuah makna dalam bahasa Arab.
Apa yang dinyatakan oleh Sahabat Ibnu Abbas maupun Ulama salaf berikutnya yang semakna dengan penafsiran ini bukanlah penakwilan terhadap ayat Sifat, sebagaimana anggapan UAS. Kalaupun disebut takwil, maka maknanya adalah tafsir menyingkap makna dan memperjelas arti dari sebuah kalimat. Bukan memalingkan makna dzhahir ke makna yang menyelisihi dzhahir. Karena penafsiran Ibnu Abbas itu bukan dimaksudkan untuk mentakwil Sifat Allah, tapi menjelaskan seperti apa keadaan pada waktu itu. Silakan dilihat kembali penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin tentang pembagian 3 makna takwil dalam serial bantahan tulisan ini di bagian ke-1, yang menunjukkan bahwa takwil yang dilakukan Ibnu Abbas ini adalah makna takwil yang pertama, bukan makna takwil yang ketiga seperti yang dimaksudkan oleh UAS.
Apabila ayat ke-42 dari surah al-Qolam ini tidak secara tegas berbicara tentang Sifat Allah, jangan sampai kita menolak penetapan Sifat Allah dalam hadits-hadits yang shahih. Berikut ini adalah hadits yang shahih yang menggambarkan kengerian pada hari kiamat yang pada saat itu Allah menyingkap betis-Nya yang mulia hingga sujudlah setiap orang beriman, sedangkan orang-orang munafik saat berusaha sujud di waktu itu, tidak mampu sujud.
Disebutkan dalam hadits riwayat al-Bukhari dari Abu Said al-Khudriy, hadits yang panjang, dengan kalimat:
فَيَقُولُ: أَنَا رَبُّكُمْ، فَيَقُولُونَ: أَنْتَ رَبُّنَا، فَلاَ يُكَلِّمُهُ إِلَّا الأَنْبِيَاءُ، فَيَقُولُ: هَلْ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُ آيَةٌ تَعْرِفُونَهُ؟ فَيَقُولُونَ: السَّاقُ، فَيَكْشِفُ عَنْ سَاقِهِ، فَيَسْجُدُ لَهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ، وَيَبْقَى مَنْ كَانَ يَسْجُدُ لِلَّهِ رِيَاءً وَسُمْعَةً، فَيَذْهَبُ كَيْمَا يَسْجُدَ، فَيَعُودُ ظَهْرُهُ طَبَقًا وَاحِدًا
…Dia (Allah) berfirman: Aku adalah Rabb kalian. Mereka berkata: Engkau adalah Rabb kami. Tidak ada yang berbicara kepada-Nya kecuali para Nabi. Kemudian Allah berfirman: Apakah antara kalian dengan Dia terdapat tanda yang kalian mengenalinya? Mereka berkata: Betis. Kemudian Dia (Allah) menyingkap betis-Nya. Maka bersujudlah kepada-Nya setiap orang beriman. Tersisa orang yang dulu sujud kepada Allah karena ingin dilihat (manusia) dan ingin didengar. Ia berusaha untuk sujud tapi punggungnya kembali (kaku) bagaikan satu kesatuan (tidak bisa dilakukan sujud) (H.R al-Bukhari dalam Kitabul Iman)
Ternyata, dalam Shahih al-Bukhari, hadits semakna itu tidak hanya disebutkan sekali. Dalam Kitabut Tafsir Shahih al-Bukhari, juga disebutkan hadits:
يَكْشِفُ رَبُّنَا عَنْ سَاقِهِ، فَيَسْجُدُ لَهُ كُلُّ مُؤْمِنٍ وَمُؤْمِنَةٍ، فَيَبْقَى كُلُّ مَنْ كَانَ يَسْجُدُ فِي الدُّنْيَا رِيَاءً وَسُمْعَةً، فَيَذْهَبُ لِيَسْجُدَ، فَيَعُودُ ظَهْرُهُ طَبَقًا وَاحِدًا
Rabb kita menyingkap betis-Nya kemudian sujudlah setiap orang beriman baik laki-laki maupun wanita. Tersisa setiap orang yang saat di dunia sujud karena riya’ (ingin dilihat) dan sum’ah (didengar). Saat mereka hendak sujud, punggungnya kembali (kaku) bagaikan satu kesatuan (tidak bisa dilakukan sujud)(H.R al-Bukhari)
Maka, apabila seorang beriman meyakini bahwa Allah memiliki betis, hal itu karena berlandaskan dalil yang shahih, sebagaimana ditegaskan juga oleh Sahabat Nabi Abdullah bin Mas’ud. Orang beriman menetapkan sifat Allah bukan karena mereka mengada-ada. Tapi mereka menetapkan sebagaimana yang Allah dan Rasul-Nya tetapkan. Meyakini bahwa sifat Allah itu sesuai dengan kemuliaan dan kemahasempurnaan Allah. Tidak sama dengan makhluk-Nya. Tidak pula ditanyakan seperti apa kayfiyatnya. Itulah akidah dari Nabi, para Sahabat, dan Ulama Ahlussunnah Ahlul Hadits yang mengikuti mereka dengan baik.
Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan taufiq, pertolongan, dan ampunan kepada segenap kaum muslimin.
Penulis: Abu Utsman Kharisman