Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Mengedepankan Persangkaan Baik terhadap Seorang Muslim yang Dzhahirnya Menampakkan Keadilan

KHOTBAH JUMAT 2 SYAWAL 1442 H MASJID AL-FAUZAN MA’HAD AL I’TISHOM

Disampaikan oleh Abu Utsman Kharisman

 

Khotbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَي نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…

Kita baru saja melewati bulan Ramadhan. Bulan penuh ampunan dan keberkahan. Besar harapan kita semoga Allah Azza Wa Jalla memperpanjang usia kita dalam ketaatan kepada-Nya, sehingga kita masih bisa beribadah di bulan Ramadhan tahun depan.

Semoga kita termasuk orang-orang yang keluar dari Ramadhan dalam keadaan diampuni.

Saudaraku…

Meski bulan Ramadhan baru berakhir, namun jalan kehidupan untuk terus beribadah kepada Allah tidaklah berhenti.

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

Dan teruslah beribadah kepada Rabbmu hingga datang kematian (Q.S al-Hijr ayat 9)

Dialah Allah Sang Maha Pengampun, yang ampunan-Nya tidak hanya di bulan Ramadhan. Teruslah banyak beristighfar dan seringlah bertobat kepada-Nya, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang banyak bertobat.

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang banyak bertobat dan Dia mencintai orang-orang yang mensucikan dirinya (Q.S al-Baqoroh ayat 222)

Semoga kita termasuk orang-orang yang banyak bertobat kepada Allah dengan pertobatan yang sesungguhnya (taubatan nasuha).

Bagaimana tobat yang baik dan benar?

Pertama: Tinggalkanlah perbuatan dosa itu

Kedua: Sesali dosa dan kesalahan tersebut

Ketiga: Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi selamanya

Keempat: Apabila dosa itu terkait dengan hak hamba Allah, kembalikanlah hak itu atau minta dihalalkan, meminta maaf kepadanya.

Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…

Semoga Allah Ta’ala membimbing kita menjadi hamba yang lebih baik dari sebelumnya. Selain kita harus memperbaiki ibadah kepada Allah, kita juga harus memperbaiki hubungan baik kita dengan sesama manusia dan saudara kita sesama muslim.

Persaudaraan kita dalam Islam ini adalah anugerah dan nikmat dari Allah. Janganlah kita merusakkannya.

Di antara hal-hal yang merusak ukhuwah Islam adalah mudah berprasangka buruk kepada saudaranya yang secara asal baik. Jangan mudah menerima berita-berita yang tidak jelas tentang saudara kita. Jangan mudah terprovokasi dengan isu-isu yang beredar tentang dia saat kita belum ada kesempatan untuk meneliti dan mengkaji secara langsung kepada sumbernya. Jangan langsung memvonis buruk kepadanya atau berprasangka buruk terhadapnya.

Allah Azza Wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ

Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Sesungguhnya sebagian persangkaan (buruk) itu adalah dosa (Q.S al-Hujurat ayat 12)

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

إيَّاكُمْ وَالظَّنَّ؛ فإنَّ الظنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ

Hati-hatilah kalian dari berprasangka, sesungguhnya prasangka itu adalah berita yang paling dusta (H.R al-Bukhari dan Muslim)

Bakr bin Abdillah al-Muzani rahimahullah menyatakan:

إِيَّاكَ مِنَ الْكَلَامِ مَا إِنْ أَصَبْتَ فِيْهِ لَمْ تُؤْجَرْ، وَإِنْ أَخْطَأْتَ فِيْهِ أَثِمْتَ، وَهُوَ سُوْءُ الظَّنِّ بِأَخِيْكَ

Berhati-hatilah dari ucapan yang jika engkau benar, engkau tidak berpahala. Jika engkau salah, engkau berdosa, yaitu buruk sangka terhadap saudaramu (Tahdzibut Tahdzib)

Abu Qilabah rahimahullah menyatakan:

إِذَا بَلَغَكَ عَنْ أَخِيْكَ شَيْءٌ تَكْرَهُهُ فَالْتَمِسْ لَهُ الْعُذْرَ جُهْدَكَ؛ فَإِنْ لَمْ تَجِدْ لَهُ عُذْراً فَقُلْ فِي نَفْسِكَ: لَعَلَّ لِأَخِي عُذْراً لَا أَعْلَمُهُ

Jika telah sampai berita kepadamu tentang saudaramu sesuatu yang tidak engkau sukai, carilah udzur untuknya semampumu. Jika engkau tidak mendapatkan udzur baginya, katakanlah dalam dirimu: Bisa jadi saudaraku memiliki udzur yang tidak aku ketahui (Riwayat Abu Nuaim dalam Hilyatul Awliyaa’)

 

أَقُوْلُ مَا سَمِعْتُمْ فَأَسْتَغْفِرُوا للهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم


Artikel terkait:

Kedepankan Prasangka Baik pada Saudaramu Ahlussunnah yang Secara Dzahir Bersikap Adil

Hak Saudara Muslim

Agama adalah An-Nashiihah


Khotbah Kedua

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَاهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَي نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
وَقَالَ اللهُ تَعَالَى يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَا يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ

Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullaah…

Allah Azza Wa Jalla melarang kita menukil berita-berita yang tidak jelas, baik sumber maupun kebenarannya, yang justru mendiskreditkan saudara kita sesama muslim. Allah mengingatkan hal itu sebagai dosa yang tidak boleh dianggap remeh.

إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيم

Ketika kalian menukil isu itu dengan lisan kalian dan kalian ucapkan dengan mulut kalian sesuatu yang kalian tidak memiliki ilmu tentangnya. Kalian menyangka itu ringan, padahal di sisi Allah adalah suatu hal yang sangat besar (Q.S anNuur ayat 15)

Apalagi di masa kita saat ini, media sosial melalui whatsapp ataupun telegram begitu mudah diakses. Siapa saja bisa membuat channel tanpa harus diketahui jati dirinya. Sangat rentan bagi seseorang menyebar berita yang seakan-akan benar, padahal dusta dan tidak sesuai kenyataan.

Ketika ada berita miring terhadap saudara kita padahal kita tahu ia adalah seorang mukmin dan Ahlussunnah yang baik, kedepankanlah prasangka baik terhadapnya. Pada saat berkembang isu negatif terhadap Sahabat Nabi Shofwan bin al-Muatthol radhiyallahu anhu dan Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu anha, terdapat teladan dari Sahabat Nabi Abu Ayyub Kholid bin Zaid al-Anshariy untuk menepis dugaan itu. Ibunda kaum beriman, Aisyah radhiyallahu anha telah dituduh melakukan perbuatan zina -wal iyaadzu billaah-

Ummu Ayyub, istri Abu Ayyub berkata:

أَلَا تَسْمَعُ مَا يَقُولُ النَّاسُ فِي عَائِشَةَ

Tidakkah engkau mendengar orang-orang berbicara tentang Aisyah?

Abu Ayyub berkata:

بَلَى، وَذَلِكَ الْكَذِبُ، أَفَكُنْتِ يَا أُمَّ أَيُّوبَ فَاعِلَةً ذَلِكَ ؟

Ya (aku mendengarnya). Berita itu dusta. Apakah engkau wahai Ummu Ayyub akan melakukan perbuatan yang dituduhkan kepada Aisyah itu?

Ummu Ayyub berkata: Tidak, demi Allah.

Abu Ayyub pun berkata:

فَعَائِشَةُ وَاللَّهِ خَيْرٌ مِنْكِ

Maka Aisyah, demi Allah lebih baik darimu

Artinya, jika perbuatan itu tidak mungkin engkau lakukan, Aisyah yang lebih baik darimu jelas-jelas lebih tidak mungkin lagi melakukan perbuatan yang dituduhkan itu. Kisah percakapan Ummu Ayyub dengan Abu Ayyub tersebut terdapat dalam Tafsir Ibnu Katsir melalui 2 jalur riwayat yang saling menguatkan.

Demikian juga Usamah bin Zaid radhiyallahu anhu berkata kepada Nabi saat beliau bermusyawarah dengannya. Usamah bin Zaid berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ هُمْ أَهْلُكَ وَلاَ نَعْلَمُ إِلاَّ خَيْرًا

Wahai Rasulullah, mereka adalah keluarga anda dan kami tidak mengetahui tentangnya kecuali kebaikan (H.R Muslim)

Ucapan Usamah bin Zaid itu didasari oleh prasangka baik kepada istri Nabi saat masih belum jelas duduk permasalahannya. Jika belum jelas permasalahannya, sampaikanlah bahwa kita tidak mengetahui tentang orang yang dibicarakan itu kecuali kebaikan.

Allah Azza Taala kemudian membersihkan Shofwan dan Aisyah radhiyallahu anhum dari dugaan maupun tuduhan dusta itu dengan diturunkannya ayat-ayat yang suci. Sekaligus pelajaran berharga bagi kaum beriman dalam menghadapi kejadian-kejadian serupa di masa mendatang. Hendaknya mereka mengedepankan baik sangka kepada sesama saudaranya muslim yang sebelumnya dikenal baik.

Allah Azza Wa Jalla berfirman:

لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَذَا إِفْكٌ مُبِينٌ

Mengapa saat kalian mendengar (dugaan atau tuduhan itu) orang-orang beriman laki dan wanita tidak berbaik sangka terhadap diri mereka sendiri dan berkata: Ini adalah kedustaan yang nyata?! (Q.S anNuur ayat 12)

Apabila telah jelas bagi kita kenyataannya dan memang saudara kita itu telah terdzhalimi dengan berita-berita dusta atau penggiringan opini untuk menjelek-jelekkan dia, maka belalah saudara kita itu sesuai kemampuan kita. Sebagaimana Nabi shollallahu alaihi wasallam melakukan pembelaan terhadap sebagian pihak, di antaranya terhadap Kholid bin al-Walid.

Ketika Kholid bin al-Walid diduga tidak mau membayar zakat, Nabi shollallahu alaihi wasallam menepis tudingan itu. Beliau bersabda:

وَأَمَّا خَالِدٌ فَإِنَّكُمْ تَظْلِمُونَ خَالِدًا قَدْ احْتَبَسَ أَدْرَاعَهُ وَأَعْتُدَهُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

Adapun Kholid, sesungguhnya kalian telah mendzhalimi Kholid. Ia telah menahan baju perang dan perlengkapannya di jalan Allah (H.R al-Bukhari dan Muslim)

Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah menyatakan:

(Di antara pelajaran penting dari hadits ini adalah) membela orang yang tidak layak dituduh berdosa. Karena Rasul shollallahu alaihi wasallam membela Kholid bin al-Walid radhiyallahu anhu dan ini adalah perkara yang wajib. Wajib bagi setiap muslim untuk membela kehormatan saudaranya muslim. Jika ia mendengar seseorang berbicara tentangnya yang tidak layak, wajib baginya untuk membela dan menjelaskan kebenaran (Fathu Dzil Jalaali wal Ikram syarh Bulughil Maram (10/315)).

Semoga Allah Azza Wa Jalla senantiasa membimbing kita untuk berakhlaq dengan tuntunan al-Quran dan Sunnah Nabi shollallahu alaihi wasallam. Semoga Allah Ta’ala senantiasa mempersatukan kita di atas tauhid dan sunnah.

 

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَات إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَات

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا… اللهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا… اللهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ

Tinggalkan Balasan