Khotbah Jumat: Menorehkan Jejak Indah Kehidupan Dalam Ibadah dan Kebaikan
Disampaikan oleh Abu Utsman Kharisman pada Jumat, 11 Sya’ban 1444 H/ 3 Maret 2023 M di masjid Nawawi Pondok Kelor Paiton Probolinggo
Khotbah Pertama:
الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَاهُ
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
Saudaraku, kaum muslimin, rahimakumullah…
Sesungguhnya kita hidup di dunia ini dengan tujuan untuk menghamba, mengabdi, dan beribadah hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah (hanya) kepada-Ku (Q.S adz-Dzaariyaat ayat 56)
Semestinya, perjalanan hidup kita hingga helaan nafas terakhir kita nanti, menggoreskan catatan indah hidup yang penuh perjuangan ibadah, menorehkan jejak kebaikan dalam kehidupan.
Semua amal kita akan tercatat, dan kita akan melihatnya kembali. Kita akan melihat lagi catatan amal baik kita. Juga keburukan yang pernah kita lakukan. Semua tercatat dengan rapi, detail, dan tidak ada yang terluputkan.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
Barang siapa yang berbuat kebaikan meski seberat seekor semut kecil, pasti akan melihatnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu perbuatan buruk meski seberat seekor semut kecil, ia pasti akan melihatnya (Q.S az-Zalzalah ayat 7-8)
Sahabat Nabi Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhuma berkata:
لَيْسَ مُؤْمِنٌ وَلَا كَافِرٌ عَمِلَ خَيْرًا وَلَا شَرًّا فِي الدُّنْيَا، إِلَّا أَتَاهُ اللَّهُ إِيَّاهُ. فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيُرِيهِ حَسَنَاتِهِ وَسَيِّئَاتِهِ، فَيَغْفِرُ اللَّهُ لَهُ سَيِّئَاتِهِ. وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيَرُدُّ حَسَنَاتِهِ، وَيُعَذِّبُهُ بِسَيِّئَاتِهِ
Tidaklah ada seorang yang beriman ataupun kafir melakukan perbuatan baik atau perbuatan buruk di dunia, kecuali Allah akan datangkan (catatan) perbuatan itu padanya. Adapun orang beriman, Allah akan tunjukkan perbuatan-perbuatan baik maupun perbuatan buruknya. Kemudian Allah mengampuni keburukan-keburukannya. Sedangkan orang kafir, Allah tolak kebaikan-kebaikannya (di akhirat) dan Allah menyiksanya karena perbuatan-perbuatan buruknya (riwayat atThobariy dalam tafsirnya).
Karena itulah, Nabi kita shollallahu alaihi wasallam melarang kita menganggap remeh suatu perbuatan baik meskipun kecil. Lakukanlah, jika itu yang bisa anda kerjakan. Karena sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan, kita akan melihatnya nanti dan bersyukur karena kita pernah melakukan kebaikan itu saat kita masih hidup di dunia.
Jangan remehkan kebaikan, meskipun sekedar tersenyum dengan wajah cerah di hadapan saudara kita sesama muslim.
لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
Janganlah sekali-kali engkau meremehkan perbuatan baik, meskipun itu hanyalah dalam bentuk menemui saudaramu dengan wajah yang berseri-seri (H.R Muslim dari Abu Dzar)
Nabi juga menyuruh kita untuk berlindung dari neraka, meskipun dengan bersedekah dalam jumlah yang sedikit, yaitu separuh kurma. Kalaupun tidak ada yang bisa disedekahkan, setidaknya dengan mengucapkan kata-kata yang baik.
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقَّةِ تَمْرَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ شِقَّةَ تَمْرَةٍ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
Berlindunglah kalian dari neraka, meskipun dengan bersedekah hanya separuh kurma. Barang siapa yang tidak mendapatkan meski separuh kurma, hendaknya ia berkata dengan kata-kata yang baik (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Adi bin Hatim)
Bumi yang kita pijak, akan menjadi saksi bagi aktivitas kita di atasnya. Apakah aktivitas yang baik atau buruk. Aktivitas ketaatan ataupun kemaksiatan.
يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا
Pada hari itu (hari kiamat) bumi akan menceritakan berita-beritanya (Q.S az-Zalzalah ayat 4).
Yaitu berita tentang apa saja aktivitas yang dilakukan manusia di atasnya. Berupa kebaikan ataupun keburukan.
Sesungguhnya setiap langkah kaki kita ke masjid akan tercatat dan terekam. Allah Ta’ala berfirman:
وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ
…dan Kami mencatat apa yang mereka perbuat serta jejak-jejak langkah mereka… (Q.S Yasin ayat 12)
Di masa Nabi shollallahu alaihi wasallam ada seorang Sahabat yang menurut penilaian Ubay bin Kaab adalah orang terjauh dari masjid. Namun, tidak pernah sekalipun ketinggalan shalat berjamaah di masjid. Ada sebagian orang yang menyarankan padanya: Tidakkah sebaiknya engkau membeli seekor keledai, yang menjadi tungganganmu. Orang itu menolak, ia lebih memilih tetap berjalan kaki meskipun jauh rumahnya dari masjid. Karena ia berharap langkah kaki saat berangkat menuju masjid maupun pulang dari masjid, semuanya tercatat sebagai pahala. Sahabat Nabi tersebut menyatakan:
مَا يَسُرُّنِي أَنَّ مَنْزِلِي إِلَى جَنْبِ الْمَسْجِدِ، إِنِّي أُرِيدُ أَنْ يُكْتَبَ لِي مَمْشَايَ إِلَى الْمَسْجِدِ، وَرُجُوعِي إِذَا رَجَعْتُ إِلَى أَهْلِي
Aku tidak suka rumahku berdampingan dengan masjid. Sesungguhnya aku ingin jejak langkahku menuju masjid dan kepulanganku dari masjid ke tempat keluargaku tercatat sebagai pahala
Mengetahui hal itu, Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:
قَدْ جَمَعَ اللهُ لَكَ ذَلِكَ كُلَّهُ
Allah telah menggabungkan bagimu pahala untuk itu semua (baik saat berangkat menuju masjid, ataupun pulang dari masjid, langkah kakimu tercatat sebagai pahala) (H.R Muslim)
Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan taufiq kepada kita agar ayunan langkah kaki kita menorehkan jejak-jejak kebaikan yang tetap tercatat dan tersimpan menjadi balasan kebaikan bagi kita di dunia dan di akhirat.
أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ، فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Khotbah Kedua:
ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبۡدِهِ ٱلۡكِتَٰبَ وَلَمۡ يَجۡعَل لَّهُۥ عِوَجَا. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ
قَالَ اللهُ تَعَالَى:يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡ وَٱخۡشَوۡاْ يَوۡمٗا لَّا يَجۡزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِۦ وَلَا مَوۡلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِۦ شَيۡـًٔاۚ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ
Saudaraku, kaum muslimin, rahimakumullah…
Torehkan jejak kebaikan dalam kehidupan kita. Contohkan teladan yang baik. Ajarkan ilmu yang bermanfaat. Agar kebaikan dan ilmu itu akan menjadi sebab kita masih terus mendapat limpahan pahala meski kita sudah meninggal dunia.
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ وَعِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُو لَهُ
Jika seseorang meninggal dunia, terputuslah amalannya kecuali 3 hal: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya (H.R Muslim)
Suatu tanaman yang kita tanam dengan ikhlas karena Allah, berharap memberikan maslahat bagi manusia yang lain, akan menghasilkan pahala sedekah bagi kita meski kita telah meninggal dunia. Meski kita seandainya belum pernah merasakan hasilnya langsung saat masih hidup di dunia.
فَلَا يَغْرِسُ الْمُسْلِمُ غَرْسًا فَيَأْكُلَ مِنْهُ إِنْسَانٌ وَلَا دَابَّةٌ وَلَا طَيْرٌ إِلَّا كَانَ لَهُ صَدَقَةً إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman yang dimakan bagiannya oleh manusia, hewan melata, atau burung kecuali akan menjadi sedekah baginya hingga hari kiamat (H.R Muslim)
Berbuat baiklah kepada tetangga kita. Baik tetangga yang masih ada hubungan kekerabatan, maupun tidak memiliki hubungan kekerabatan. Muliakan tetangga, jangan mendzhalimi mereka. Baik tetangga itu muslim atau bukan muslim.
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ
Dan beribadahlah hanya kepada Allah, janganlah menyekutukan-Nya dengan suatu apapun. Berbuat baiklah kepada kedua orangtua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang memiliki hubungan kekerabatan maupun tidak, berbuat baiklah pula kepada pasangan atau teman sejawat, Ibnus Sabil (para musafir yang kehabisan bekal), maupun hamba sahaya kalian…(Q.S anNisaa’ ayat 36)
Saudaraku kaum muslimin…
Sebaik apapun perbuatan seseorang di dunia, apabila ia tidak mentauhidkan Allah dan tidak beriman, akan sirna kebaikan itu. Tidak akan menjadi tabungan pahala baginya di akhirat. Kebaikan itu hanya bermanfaat saat ia masih hidup di dunia saja.
Ibunda kaum beriman, Aisyah radhiyallahu anha pernah bertanya kepada Nabi shollallahu alaihi wasallam tentang seseorang yang bernama Abdullah bin Jud’aan atau dipanggil Ibnu Jud’aan. Ia dikenal dermawan dan suka menolong saat hidupnya. Aisyah bertanya apakah kebaikannya saat ia masih hidup akan bermanfaat baginya setelah ia meninggal, Nabi menjawab: Tidak. Karena ia tidak beriman akan hari kebangkitan setelah kematian. Karena ia meninggal tidak di atas tauhid dan keimanan yang benar.
عَنْ عَائِشَةَ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، ابْنُ جُدْعَانَ كَانَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ يَصِلُ الرَّحِمَ، وَيُطْعِمُ الْمِسْكِينَ، فَهَلْ ذَاكَ نَافِعُهُ؟ قَالَ: لَا يَنْفَعُهُ، إِنَّهُ لَمْ يَقُلْ يَوْمًا: رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ
Dari Aisyah –semoga Allah meridhainya- ia menyatakan: aku berkata: Wahai Rasulullah, Ibnu Jud’aan di masa Jahiliyyah suka menyambung silaturrahmi, memberi makan orang miskin, apakah hal itu bermanfaat bagi dia? Nabi bersabda: Tidak bermanfaat baginya. Karena ia tidak pernah sekalipun menyatakan: Wahai Rabbku, ampunilah dosa-dosaku pada hari pembalasan (H.R Muslim)
Maka kebaikan sebanyak apapun jika tidak didasari tauhid dan keimanan yang benar, akan sia-sia serta tidak memberikan manfaat ketika orangnya sudah meninggal dunia. Itulah pentingnya kita mempelajari tauhid dan akidah serta mempelajari bahaya kesyirikan dan bahaya kekafiran dengan pembelajaran yang benar, secara ilmiyah, berdasarkan dasar alQuran dan hadits Nabi dengan penjelasan para Ulama Ahlussunnah.
Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita mampu menorehkan kebaikan dan ibadah dalam perjalanan hidup kita didasari dengan tauhid serta akidah yang benar sesuai bimbingan Nabi shollallahu alaihi wasallam serta diridhai oleh Allah Azza Wa Jalla.
اللهم اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللهم أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا، اللهم أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا، اللهم أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنَا
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ
وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِينَ