Khotbah Jumat: Menapaki Bulan Sya’ban Dalam Balutan Syukur
Disampaikan oleh Abu Utsman Kharisman pada 8 Sya’ban 1443 H/ 11 Maret 2022 M
Di Masjid al-Fauzan Ma’had al I’tishom bisSunnah Sumberlele Kraksaan Probolinggo
Khotbah Pertama:
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…
Saat ini kita berada di permulaan bulan Sya’ban. Tidak sampai sebulan lagi insyaallah kita akan berjumpa dengan bulan Ramadhan.
Bagi yang masih memiliki tanggungan puasa Ramadhan di tahun lalu, segeralah menggantinya, sebelum masuk bulan Ramadhan berikutnya.
Bagi yang ingin memulai puasa sunnah Sya’ban, sebagian Ulama menganjurkan agar memulainya sebelum pertengahan bulan Sya’ban. Berdasarkan hadits:
إِذَا انْتَصَفَ شَعْبَانُ فَلَا تَصُومُوا
Jika telah masuk pertengahan Sya’ban, janganlah (mulai) berpuasa (sunnah)
(H.R Abu Dawud dan lainnya, dishahihkan Syaikh al-Albaniy)
Sahabat Nabi Usamah bin Zaid radhiyallahu anhuma pernah bertanya kepada Nabi shollallahu alaihi wasallam mengapa beliau banyak berpuasa sunnah di bulan Sya’ban. Nabi shollallahu alaihi wasallam menyatakan:
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Itu adalah bulan yang manusia banyak lalai. Ia berada di antara Rajab dan Ramadhan. Itu adalah bulan yang amalan-amalan diangkat menuju Tuhan semesta alam. Maka aku suka pada saat amalanku diangkat dalam keadaan berpuasa
(H.R anNasaai).
Baca Juga: Enam Poin Penting Seputar Sya’ban
Saudaraku kaum muslimin rahimakumullah…
Terkait dengan Nishfu Sya’ban atau pertengahan Sya’ban, tidak ada suatu amalan istimewa yang khusus untuk dilakukan di waktu tersebut, melainkan upaya kita untuk menjaga keimanan dan tauhid kita, serta jangan sampai memiliki perasaan hasad ataupun dendam pribadi kepada saudara kita sesama muslim. Jangan pula berbuat kebid’ahan. Agar kita mendapat ampunan dari Allah Azza Wa Jalla.
Dalam sebuah hadits dinyatakan:
إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِن
Sesungguhnya Allah benar-benar memandang (para makhluk-Nya) pada malam pertengahan Sya’ban kemudian Dia mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang yang musyrik atau musyahin
(H.R Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh al-Albaniy)
Musyahin diartikan oleh sebagian Ulama sebagai permusuhan pribadi, bukan permusuhan yang dibenarkan secara syar’i. Saling membenci saudaranya sesama orang yang beriman yang semestinya ia cintai karena Allah.
Musyahin juga diartikan oleh sebagian Ulama sebagai Ahlul Bid’ah. Di antara Ulama yang mengartikan demikian adalah al-Auza’iy, sebagaimana dinukil oleh as-Shon’aaniy dalam kitab atTanwiir syarh al-Jami’is Shoghir.
Baca Juga: Kesempatan Mengganti Tanggungan Puasa Bulan Ramadhan yang Lalu di Bulan Sya’ban ini
Maka, saudaraku kaum muslimin rahimakumullah… Apabila kita ingin mendapat ampunan Allah, tauhidkan Dia, jangan sekutukan dengan suatu apapun. Bersaudaralah dengan saudara kita sesama muslim karena Allah, dan janganlah melakukan kebid’ahan. Tinggalkan kebid’ahan apapun bentuknya. Baik berupa keyakinan maupun perbuatan dan ucapan.
أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْن. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ ولِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khotbah Kedua:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Saudaraku kaum muslimin, rahimakumullah…
Alhamdulillah, pengumuman resmi dari pemerintah Indonesia dalam waktu-waktu ini menunjukkan hal yang menggembirakan. Jumlah penderita Covid-19 terus menurun. Segala puji bagi Allah yang menganugerahkan kesehatan dan afiyat kepada kita. Kita berharap agar situasi semakin membaik.
Teruslah mengikuti arahan dan bimbingan waliyyul amr, pemerintah kita dalam penanganan Covid-19 maupun hal-hal lain untuk kemaslahatan bersama. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, taatilah Rasul, dan para pemimpin di antara kalian…
(Q.S anNisaa’ ayat 59)
Yang menjadi acuan kita adalah instruksi dan imbauan resmi yang dikeluarkan oleh institusi pemerintah yang berwenang. Seperti misalkan Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, atau Satgas Covid-19 yang ditunjuk oleh pemerintah. Kalaupun ada pelonggaran-pelonggaran, hal itu adalah berdasarkan bimbingan dari pemerintah. Kita semestinya tidak mendahului atau melanggar instruksi mereka.
Baca Juga: Adakah Sahabat Nabi Bernama Sya’ban?
Bagi yang belum vaksin Covid-19 atau belum lengkap dosis vaksinnya, segeralah divaksin secara lengkap, termasuk dengan booster. Sebagaimana itu merupakan harapan dan perintah dari Bapak Presiden Republik Indonesia, waliyyul amr kita. Kecuali, apabila kita memiliki udzur kesehatan berdasarkan pertimbangan ahli medis, sehingga kita tidak bisa mendapatkan vaksin. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ أَطَاعَ الْأَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِي
Barang siapa yang taat kepadaku, maka sungguh ia telah taat kepada Allah. Barang siapa yang taat kepada pemimpin, maka sungguh ia telah taat kepadaku
(H.R Ahmad)
Kemudian, di masa-masa sulit yang dialami oleh masyarakat, janganlah kita melakukan aksi-aksi ambil untung dengan merugikan pihak lain. Misalkan dengan melakukan aksi penimbunan bahan-bahan makanan pokok atau hal-hal yang dibutuhkan oleh banyak masyarakat.
Menimbun barang-barang yang dibutuhkan banyak orang, sehingga menyebabkan kemudaratan bagi masyarakat adalah sebuah dosa. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
لَا يَحْتَكِرُ إِلَّا خَاطِئٌ
Tidaklah orang yang melakukan perbuatan menimbun, melainkan ia berdosa
(H.R Muslim)
Di saat situasi sulit, sebagian pihak juga menumpuk kekayaan diri dengan menipu orang lain. Sungguh penipuan adalah perbuatan yang tercela. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّي
Barang siapa yang menipu, ia bukanlah golonganku
(H.R Muslim)
Korban-korban penipuan, tidak jarang adalah orang-orang yang tidak berpikir panjang. Terpedaya dan silau dengan gemerlap kekayaan dan kemewahan. Ingin kaya secara instan, tanpa bersusah payah. Padahal Allah Ta’ala memberikan bimbingan agar kita jangan silau dengan gemerlap kekayaan itu.
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى
Janganlah kedua matamu silau kepada orang-orang yang Kami beri berbagai nikmat duniawi. Itu adalah bunga kehidupan dunia. Agar Kami uji mereka dengannya. Sedangkan rezeki Rabbmu adalah lebih baik dan lebih kekal
(Q.S Thoha ayat 131)
Baca Juga: Larangan Puasa Berbicara dan Perintah Menaati Pemimpin dalam Hal yang Ma’ruf
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy rahimahullah menjelaskan bahwa rezeki dari Allah yang terbaik yang dimaksud dalam ayat itu adalah rezeki yang disegerakan di dunia berupa ilmu, iman, dan amal sholih. Demikian juga rezeki yang Allah sediakan nanti di surga-Nya.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الْأَخْلَاقِ وَالْأَعْمَالِ وَالْأَهْوَاءِ وَالْأَدْوَاءِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَأَجِرْنَا مِنْ مُضِلَّاتِ الْفِتَنِ مَا أَحْيَيْتَنَا
اللهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا… اللهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا… اللهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ فَاذْكُرُوا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يزِدْكُمْ، ولَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، والله يعلمُ مَا تَصْنَعُوْنَ