Khotbah Iedul Adha 1439 H: Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan
KHOTBAH IEDUL ADHA
DISAMPAIKAN OLEH ABU UTSMAN KHARISMAN DI BESUKI SITUBONDO JAWA TIMUR
10 DZULHIJJAH 1439 H/ 22 AGUSTUS 2018 M
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ :{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ }, وَقَالَ الله عَزَّ جَلَّ: } وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا{ وَقَالَ الله عَزَّ جَلَّ } يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا () يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا () }. أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّار
Saudaraku kaum muslimin wal muslimat rahimakumullaah…
Bersyukurlah kepada Allah atas segala nikmat yang Allah limpahkan kepada kita. Salah satu nikmat terbesar itu adalah nikmat hidayah di atas Islam dan nikmat hidayah di atas Sunnah.
Baca Juga:
Terhindar dari Kebid’ahan dan Paham yang Menyimpang Adalah Suatu Anugerah yang Sangat Besar
Salah satu sunnah Nabi Muhammad shollallahu alaihi wa sallam di hari ini adalah melaksanakan sholat Iedul Adha 2 rokaat kemudian melakukan ibadah kurban bagi yang mampu dan berkelapangan.
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا نَبْدَأُ فِي يَوْمِنَا هَذَا أَنْ نُصَلِّيَ ثُمَّ نَرْجِعَ فَنَنْحَرَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ أَصَابَ سُنَّتَنَا
Sesungguhnya pertama kali yang kita mulai pada hari kita ini adalah sholat, kemudian kita kembali untuk menyembelih kurban. Barangsiapa yang melakukan hal itu, maka ia telah tepat sesuai dengan sunnah kami (H.R al-Bukhari dari Sahabat al-Baraa’ bin Aazib)
Begitu banyak limpahan anugerah dan kebaikan Allah berikan kepada Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam dan umat beliau. Sebagai perwujudan syukur itulah kita melakukan sholat karena Allah dan beribadah kurban hanya untuk-Nya.
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1) فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2)
Sesungguhnya Kami berikan kepadamu kebaikan yang sangat banyak. Maka sholatlah untuk Rabbmu dan berkurbanlah (Q.S al-Kautsar ayat 1 dan 2)
Baca Juga:
Apakah Berkurban adalah Keharusan bagi yang Mampu?
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Ibadah sholat Ied dan penyembelihan kurban adalah ibadah jama’i. Bukan ibadah yang dilakukan sendiri-sendiri.
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam memerintahkan agar kita berpuasa maupun menyembelih kurban bersama-sama kaum muslimin yang lain.
الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالْأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ
Puasa adalah saat kalian sama-sama berpuasa, iedul fithri kalian adalah saat kalian sama-sama melakukan Iedul Fithri, dan Iedul Adha (hari penyembelihan kurban kalian) adalah saat kalian sama-sama melakukan kurban (H.R atTirmidzi dari Abu Hurairah)
Sebagian Ulama menjelaskan bahwa itu artinya kita melakukan puasa maupun sholat Iedul Adha dan penyembelihan kurban bersama pemerintah muslim di wilayah kita.
Saudaraku kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah…
Salah satu nikmat yang dirasakan oleh bangsa Indonesia adalah kemerdekaan. Para pendiri negara ini juga mengakui bahwasanya kemerdekaan bangsa Indonesia diraih atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Sebagaimana hal itu tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Kemerdekaan bagi bangsa Indonesia adalah rahmat Allah yang bersifat umum. Rahmat-Nya bersifat umum tersebut akan diberikan kepada semua pihak. Baik beriman maupun tidak beriman.
Dalam alQuran Allah Ta’ala menjelaskan siapa saja orang-orang yang akan tetap mendapatkan rahmat-Nya. Rahmat Allah ada yang bersifat umum, menyeluruh bagi semua makhluk-Nya. Ada pula rahmatNya yang khusus, yang hanya diberikan kepada pihak-pihak tertentu.
Jika kita menginginkan langgengnya rahmat Allah di dunia dan di akhirat, jadilah orang yang beriman, bertakwa, dan meneladani Rasulullah shollallahu alaihi wasallam.
Allah Ta’ala berfirman:
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآَيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ (156) الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ وَيَضَعُ عَنْهُمْ إِصْرَهُمْ وَالْأَغْلَالَ الَّتِي كَانَتْ عَلَيْهِمْ فَالَّذِينَ آَمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan rahmat-Ku (yang umum) meliputi segala sesuatu. Aku akan tetapkan rahmat-Ku (yang khusus) untuk orang-orang yang bertakwa, menunaikan zakat, dan beriman terhadap ayat-ayat Kami. Yaitu orang-orang yang mengikuti Rasul Nabi yang ummi, yang mereka dapatkan (keterangannya) tertulis di sisi mereka dalam Taurat dan Injil, yang Nabi itu memerintahkan mereka kepada yang ma’ruf dan mencegah mereka dari kemunkaran. Nabi itu menghalalkan hal-hal yang baik untuk mereka, dan mengharamkan hal-hal yang buruk bagi mereka. Nabi itu telah menghilangkan beban dan belenggu yang sebelumnya menjerat mereka. Maka orang yang beriman terhadap beliau, memuliakannya, dan menolongnya, serta mengikuti cahaya yang diturunkan bersama beliau (yaitu al-Quran), mereka itu adalah orang-orang yang beruntung (Q.S al-A’raaf ayat 156-157)
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ
Sesungguhnya pada tanggal 10 Dzulhijjah yang merupakan Hari Haji Terbesar (Yawmul Hajjil Akbar) Allah Ta’ala mengumumkan sikap berlepas diri dari kaum musyrikin dan perbuatan kesyirikan mereka.
وَأَذَانٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى النَّاسِ يَوْمَ الْحَجِّ الْأَكْبَرِ أَنَّ اللَّهَ بَرِيءٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولُهُ فَإِنْ تُبْتُمْ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَإِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ غَيْرُ مُعْجِزِي اللَّهِ وَبَشِّرِ الَّذِينَ كَفَرُوا بِعَذَابٍ أَلِيم
Dan pengumuman dari Allah dan Rasul-Nya kepada manusia pada hari Haji yang Terbesar (10 Dzulhijjah; yawmun nahr) bahwasanya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri terhadap kaum musyrikin. Jika kalian (wahai musyrikin) bertaubat, maka itu baik bagi kalian. Jika kalian berpaling, ketahuilah bahwasanya kalian tidak bisa melemahkan Allah. dan berikanlah kabar gembira bagi orang-orang kafir dengan adzab yang pedih (Q.S atTaubah ayat 3)
Baca Juga:
Cinta Tanah Air yang Benar
Maka saudaraku kaum muslimin wal muslimat…
Jauhilah kesyirikan. Isilah kemerdekaan ini dengan tauhid, beribadah dan berdoa hanya kepada Allah Ta’ala semata.
Jauhi pula berbagai kebid’ahan yang dilarang oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam. Berbagai macam pelaku kebid’ahan akan mendapatkan kemurkaan dari Allah dan kehinaan di dunia sebelum di akhirat. Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُفْتَرِينَ
Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan patung anak lembu sebagai sesembahan, akan mendapatkan kemurkaan dari Rabb mereka dan kehinaan dalam kehidupan dunia, demikianlah Kami memberikan balasan bagi setiap orang yang mengada-adakan sesuatu yang baru (dalam Dien) (Q.S al-A’raaf ayat 152)
Al-Imam Sufyan bin Uyainah –salah seorang guru dari al-Imam asy-Syafi’i- rahimahullah berdalil dengan ayat ini bahwa setiap ahlul bid’ah akan mendapatkan kehinaan (Tafsir Ibnu Katsir (3/478)). Karena Allah mengancam siapa saja yang mengada-adakan hal yang baru dalam Dien, akan mendapatkan balasan tersebut, yaitu kemurkaan Allah dan kehinaan dalam kehidupan dunia.
Baca Juga:
Balasan Para Pembuat Kedustaan dan Pengusung Kebid’ahan
Saudaraku…
Jauhilah pula berbagai macam kemaksiatan.
Jangan dengarkan musik dan nyanyian. Karena itu dilarang dalam alQuran dan hadits Nabi maupun ucapan para Sahabat Nabi.
Allah Ta’ala berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ
Dan di antara manusia, ada yang membeli lahwal hadits untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa ilmu, dan dia menjadikannya sebagai senda gurau. Mereka itu akan mendapatkan adzab yang menghinakan (Q.S Luqman ayat 6)
Sahabat Nabi Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu bersumpah bahwa makna lahwal hadits dalam ayat itu adalah : nyanyian. Demikian juga Sahabat Ibnu Abbas menafsirkan lahwal hadits sebagai nyanyian dan semisalnya. Penafsiran para Sahabat ini bisa dilihat dalam Tafsir atThobariy.
Nabi shollallahu alaihi wasallam menjelaskan bahwa uang yang digunakan untuk membeli nyanyian dan musik maupun penghasilan yang didapatkan dari bernyanyi dan bermusik adalah haram:
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ بَيْعِ الْمُغَنِّيَاتِ وَعَنْ شِرَائِهِنَّ وَعَنْ كَسْبِهِنَّ وَعَنْ أَكْلِ أَثْمَانِهِنَّ
Dari Abu Umamah –semoga Allah meridhainya- ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam melarang dari menjual budak penyanyi. Beliau melarang pula dari membelinya, penghasilan darinya, dan memakan harga akibat perbuatannya (H.R Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh al-Albaniy)
Saudaraku…
Jauhilah berbagai macam kemaksiatan. Baik dalam bentuk dosa besar maupun dosa kecil.
Isilah waktu dengan hal-hal yang bermanfaat, baik bagi kehidupan duniawi anda maupun akhirat.
Bersemangatlah untuk banyak membaca alQuran serta mendatabburi maknanya. Janganlah lalai dari berdzikir mengingat Allah Ta’ala. Bersemangatlah untuk mempelajari ilmu, mengamalkan ilmu, dan mendakwahkan ilmu alQuran dan Sunnah dengan pemahaman para Sahabat Nabi dengan hikmah, kepada saudara-saudara kita kaum muslimin yang lain.
Pada kesempatan ini, saya ingin memberikan nasihat kepada kaum muslimat…
Bertakwalah kalian kepada Allah. Lakukan sholat 5 waktu, puasa Ramadhan, beserta kewajiban pribadi muslimah lainnya. Taatilah suami anda dalam hal yang ma’ruf.
إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ
Jika seorang wanita sholat 5 waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, akan diserukan kepadanya: Masuklah ke dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau kehendaki (H.R Ahmad, atThobarony, dishahihkan Ibnu Hibban dan al-Albany)
Nabi menganjurkan para wanita untuk banyak bershodaqoh dan banyak memohon ampunan kepada Allah (beristighfar). Karena mereka penghuni Neraka yang terbanyak.
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ وَأَكْثِرْنَ الِاسْتِغْفَارَ فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ أَهْلِ النَّار
Wahai sekalian para wanita. Bershodaqohlah kalian dan perbanyaklah istighfar. Karena aku melihat kalian adalah penghuni Neraka yang terbanyak (H.R al-Bukhari dan Muslim, lafadz sesuai riwayat Muslim)
Seorang Sahabat wanita bertanya: Mengapa demikian wahai Rasulullah. Mengapa wanita menjadi penghuni Neraka yang terbanyak?
Nabi shollallahu alaihi wasallam menjelaskan:
تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ
(karena mereka kaum wanita) banyak mencerca dan banyak kufur terhadap suami (H.R al-Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain, Nabi menyatakan:
تُكْثِرْنَ الشَّكَاةَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ
(karena mereka kaum wanita) banyak mengeluh dan banyak kufur terhadap suami (H.R Muslim)
Dua hal utama yang menjerumuskan banyak kaum wanita: Tidak bisa menjaga omongan dan ucapan. Banyak mencerca. Banyak memaki dan menjelek-jelekkan. Juga seringkali melupakan kebaikan orang lain terutama suami. Tidak mudah bersyukur. Sering kufur. Banyak mengeluh dan mengeluh.
Maka saudariku, hati-hatilah dari 2 hal utama ini.
Jaga lisan anda. Kadangkala ada seorang wanita yang rajin beribadah, taat pada suaminya. Tapi ketika marah, ia tidak mampu menjaga lisannya. Ia bahkan seringkali melaknat anak-anaknya. Memaki dan mencerca mereka dengan kata-kata yang buruk.
Baca Juga:
Menjaga Agar Tidak Menyakiti Orang Lain Adalah Termasuk Keislaman yang Paling Utama
Hati-hati saudariku, bertakwalah kepada Allah….
Dari ucapan, kaum wanita banyak menimbulkan fitnah. Pergunjingan, adu domba sesama muslim dan muslimah. Tidak sedikit persaudaraan retak karena ucapan. Suami terseret istrinya untuk memusuhi saudaranya karena ucapan istrinya.
Jadilah sang penebar kedamaian dan kebaikan di manapun anda berada. Janganlah jadi penebar fitnah dan permusuhan.
Wahai saudariku, ucapkanlah ucapan yang baik atau diam.
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ucapkanlah ucapan yang baik atau diam (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Bersyukurlah saudariku…bersyukurlah….dan bersyukurlah….
Ingat-ingat selalu nikmat Allah atas kalian. Lihatlah pada saudara kalian yang kondisinya di bawah kalian dalam hal duniawi. Agar kalian semakin bersyukur kepada Allah.
انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ
Lihatlah kepada orang yang di bawah kalian. Jangan melihat pada orang yang di atas kalian. Hal itu akan membuat kalian tidak meremehkan nikmat Allah terhadap kalian (H.R Muslim dari Abu Hurairah)
Sebagian istri merasa tinggi di hadapan suaminya. Ia memandang rendah suaminya dan meremehkannya. Ini adalah dosa besar.
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
لاَ يَنْظُرُ اللَّهُ إِلَى امَرَأَةٍ لاَ تَشْكُرُ زَوْجَهَا وَهِيَ لا تَسْتَغْنِي عَنْهُ
Allah tidak akan melihat kepada seorang wanita yang tidak bersyukur terhadap suaminya padahal ia masih membutuhkannya (H.R anNasaai, al-Bazzaar, dishahihkan Syaikh al-Albaniy)
Demikian besarnya hak seorang suami terhadap istrinya, disebutkan dalam sebuah hadits:
حَقُّ الزَّوْجِ عَلَى زَوْجَتِهِ لَوْ كَانَتْ بِهِ قرْحَةٌ فَلَحِسَتْهَا أَوِ انْتَثَرَ مِنْخَرَاهُ صَدِيْدًا أَوْ دَمًا ثُمَّ ابْتَلَعَتْهُ مَا أَدَّتْ حَقَّهُ
Hak suami atas istrinya adalah: jika pada tubuh suami tersebut ada luka kemudian sang istri menjilatnya atau keluar nanah atau darah yang keluar dari rongga hidung suami kemudian istri menelannya, hal itu belumlah menunaikan hak suami (H.R al-Bazzar, Ibn Abi Syaibah, dishahihkan al-Hakim dan al-Albany)
Semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’ala senantiasa melindungi dan memberikan taufiq serta pertolongan kepada segenap kaum muslimin….
اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ، اللَّهُمَّ انْصُرْنَا عَلَى أَعْدَائِنَا وَأَصْلِحْ أُمُوْرَنَا وَاهْدِ وُلَاتَنَا لِمَا فِيْهِ الْخَيْر وَالصَّلاَح فِي دِيْنِنَا وَدُنْيَاكَ إِنَّكَ جَوَّادٌ كَرِيْمٌ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ