Kisah Turunnya Hidangan Dari Langit
AlQuran mengisahkan peristiwa turunnya hidangan dari langit. Saat sebagian Hawariyyun meminta kepada Nabi Isa sehingga Nabi Isa pun berdoa kepada Allah.
إِذْ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ هَلْ يَسْتَطِيعُ رَبُّكَ أَنْ يُنَزِّلَ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ قَالَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (112) قَالُوا نُرِيدُ أَنْ نَأْكُلَ مِنْهَا وَتَطْمَئِنَّ قُلُوبُنَا وَنَعْلَمَ أَنْ قَدْ صَدَقْتَنَا وَنَكُونَ عَلَيْهَا مِنَ الشَّاهِدِينَ (113) قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنْزِلْ عَلَيْنَا مَائِدَةً مِنَ السَّمَاءِ تَكُونُ لَنَا عِيدًا لِأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِنْكَ وَارْزُقْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ (114) قَالَ اللَّهُ إِنِّي مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ فَمَنْ يَكْفُرْ بَعْدُ مِنْكُمْ فَإِنِّي أُعَذِّبُهُ عَذَابًا لَا أُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ (115)
(Ingatlah) ketika para pengikut setia Isa berkata, “Wahai Isa putra Maryam, sanggupkah (bersediakah) Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?” Isa menjawab, “Bertakwalah kepada Allah jika kamu orang-orang mukmin.” Mereka berkata, “Kami ingin makan darinya (hidangan itu) dan agar tenteram hati kami serta agar kami yakin bahwa engkau telah berkata benar kepada kami, dan atasnya (hidangan itu) kami termasuk orang-orang yang menjadi saksi.”Isa putra Maryam berdoa, “Ya Allah Tuhan kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang sekarang bersama kami maupun yang datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu. Berilah kami rezeki. Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki. Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku akan menurunkannya (hidangan itu) kepadamu. Siapa yang kufur di antaramu setelah (turun hidangan) itu, sesungguhnya Aku akan mengazabnya dengan azab yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara (manusia) seluruh alam (Q.S al-Maidah ayat 112-115)
Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam bersabda:
نَزَلَتِ الْمَائِدَةُ مِنَ السَّمَاءِ عَلَيْهَا خُبْزٌ وَلَحْمٌ، وَأُمِرُوا أَنْ لَا يَخُونُوا وَلَا يَرْفَعُوا لِغَدٍ، فَخَانُوا وَادَّخَرُوا وَرَفَعُوا، فَمُسِخُوا قِرَدَةً وَخَنَازِيرَ
Hidangan turun dari langit berupa roti dan daging. Dan mereka diperintah agar jangan berkhianat (dengan menyimpan makanan untuk persediaan keesokan hari, pen) sehingga jika mereka tidak berkhianat, hidangan itu tidak akan diangkat keesokannya. Namun mereka berkhianat dan menyimpannya. Sehingga hidangan itu pun terangkat dan mereka (yang berkhianat) diubah wujudnya menjadi kera dan babi (H.R Ibnu Abi Hatim dalam tafsirnya dari Ammar bin Yasir)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan kesimpulan dan rangkuman kisah itu dalam kitab Qoshoshul Anbiya’ sebagai berikut:
Sesungguhnya Isa alaihissalam memerintahkan kepada para Hawariyyun untuk berpuasa selama 30 hari. Ketika mereka telah menyelesaikannya, mereka meminta Isa untuk menurunkan hidangan dari langit agar bisa mereka makan dan agar hati mereka merasa tenteram bahwa Allah telah menerima puasa mereka.
Maka (Nabi) Isa pun memenuhi harapan mereka. Agar turunnya hidangan itu menjadi hari raya saat berbuka yang mencukupi mereka baik yang awal hingga akhir, baik yang kaya maupun fakir.
(Nabi) Isa alaihissalam menasihati mereka dan memberikan peringatan kepada mereka agar bersyukur dan menunaikan syarat-syarat syukur itu. Namun mereka menolak dan tetap bersikeras ingin meminta hal itu dari Rabb mereka Azza Wa Jalla (Yang Maha Mulia).
Ketika mereka (Bani Israil) tetap meminta hal itu, maka (Nabi Isa) bangkit menuju tempat shalatnya dan memakai tenunan kasar dari bulu dan berdiri meluruskan kedua kakinya dan menundukkan kepala. Kedua air mata beliau mengalir. Merendahkan diri di hadapan Allah dengan berdoa dan meminta agar permintaan (Bani Israil itu) dikabulkan.
Kemudian Allah Ta’ala menurunkan hidangan dari langit, orang-orang menyaksikan hidangan itu berada di antara 2 awan. Berangsur-angsur turun secara perlahan. Setiap kali semakin mendekat, Isa meminta kepada Rabbnya Azza Wa Jalla untuk menjadikan hidangan itu sebagai rahmat bukan siksaan, menjadi keberkahan dan keselamatan.
Teruslah hidangan itu turun hingga berhenti di hadapan Isa alaihissalam.
Hidangan itu tertutup semacam kain. Isa pun menyingkap penutup itu seraya berkata: “Dengan Nama Allah sebaik-baik pemberi rezeki”. Ternyata hidangan itu berupa 7 ikan dan 7 roti. Ada yang menyatakan: beserta cuka. Ada yang menyatakan: delima dan buah-buahan lain. Semerbak aromanya sangat kuat. (Saat) Allah Ta’ala berfirman: Jadilah (hidangan), maka terciptalah hidangan itu.
Nabi Isa pun memerintahkan mereka untuk memakan darinya. Mereka berkata: Kami tidak akan makan hingga anda makan terlebih dahulu. Nabi Isa menyatakan: Kalianlah yang memulai memintanya. Namun mereka menolak untuk memulai memakannya.
Nabi Isa memerintahkan kepada orang-orang yang fakir, berkebutuhan, yang sakit, dan yang cacat untuk makan. Jumlah mereka sekitar 1300-an orang. Mereka pun memakannya. Setiap orang yang memiliki penyakit atau cacat sembuh (setelah memakannya). Maka orang-orang yang tidak mau memakan sebelumnya menyesal setelah melihat keadaan orang-orang yang memakannya menjadi membaik.
Kemudian dikatakan bahwasanya hidangan itu akan turun setiap hari sekali. Manusia akan memakan darinya. Orang yang terakhir makan akan memakan seperti yang dimakan orang paling awal. Hingga dikatakan bahwa yang ikut makan sejumlah 7 ribu orang.
Hidangan itu turun setiap hari. Sebagaimana unta (Nabi) Sholih, yang diminum susunya setiap hari.
Kemudian Allah memerintahkan kepada Isa agar yang diberi makan dari hidangan itu hanya orang-orang fakir atau yang berkebutuhan saja. Tidak melibatkan orang-orang kaya.
Hal itu dirasa berat oleh banyak manusia saat itu. Orang-orang munafik pun mulai berkomentar. Hingga hidangan itu terangkat secara keseluruhan (tidak turun lagi), dan orang-orang yang berkomentar (buruk) diubah bentuknya menjadi babi.
Demikian kisah itu disebutkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitab Qoshoshul Anbiyaa’.
Kalau Nabi Isa diminta oleh para Hawariyyun untuk menampakkan keajaiban bagi mereka, Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam pernah juga diminta oleh orang-orang musyrikin Quraisy untuk mengubah bukit Shofa menjadi emas. Apabila berhasil, mereka mengaku akan mengikuti Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam.
Saat Nabi meminta kepada Allah, turun Malaikat Jibril dengan menyampaikan wahyu dari Allah bahwa Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam diberi 2 pilihan. Kalau Nabi mau, Allah akan jadikan bukit Shofa emas dan yang tetap kafir akan mendapatkan siksaan sangat pedih yang tidak pernah ada siksaan itu di alam. Pilihan kedua, Allah akan buka pintu tobat. Ternyata Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam memilih yang kedua.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَتْ قُرَيْشٌ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُصْبِحْ لَنَا الصَّفَا ذَهَبَةً ، فَإِنْ أَصْبَحَتْ ذَهَبَةً اتَّبَعْنَاكَ، وَعَرَفْنَا أَنَّ مَا قُلْتَ كَمَا قُلْتَ: فَسَأَلَ رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ، فَقَالَ: إِنْ شِئْتَ أَصْبَحَتْ لَهُمْ هَذِهِ الصَّفَا ذَهَبَةً، فَمَنْ كَفَرَ مِنْهُمْ بَعْدَ ذَلِكَ، عَذَّبْتُهُ عَذَابًا لَا أُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ، وَإِنْ شِئْتَ، فَتَحْنَا لَهُمْ أَبْوَابَ التَّوْبَةِ، قَالَ: ” يَا رَبِّ، لَا، بَلِ افْتَحْ لَهُمْ أَبْوَابَ التَّوْبَةِ
Dari Ibnu Abbas ia berkata: Orang-orang Quraisy berkata kepada Nabi shollallahu alaihi wasallam: Doakanlah untuk kami kepada Rabbmu agar bukit Shofa menjadi emas. Jika ia menjadi emas, kami akan mengikuti engkau dan kami tahu bahwasanya apa yang engkau katakan adalah kebenaran. Maka Nabi pun meminta kepada Rabbnya Azza Wa Jalla. Datanglah Jibril dan berkata: Jika engkau mau, bukit Shofa akan menjadi emas untuk mereka. Siapa yang kafir di antara mereka setelah itu, Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah diterima siapapun sebelumnya di alam semesta. Jika engkau mau, kami akan bukakan untuk mereka pintu tobat. Nabi berkata: Wahai Rabbku, tidak. Bukakanlah pintu tobat untuk mereka (H.R Ahmad, sanadnya shahih sesuai syarat Muslim)
Penulis: Abu Utsman Kharisman