Gemblengan Guru, Meluruskan Kesalahan
Proses pendidikan yang baik terlahir dari sinergi harmonis antara orangtua dengan guru. Orangtua mensupport teguran guru terhadap anak didiknya. Bukan justru membela anaknya ketika memang salah.
Sholih bin Kaysaan adalah salah satu guru yang mendidik Umar bin Abdil Aziz. Suatu ketika, Umar bin Abdil Aziz terlambat sholat berjamaah di masjid. Karena pelayannya masih sibuk menyisir rambutnya.
“Apakah karena itu engkau terlambat datang sholat berjamaah di masjid? Sungguh hal yang tidak pantas”.
Sholih bin Kaysaan pun mengirim surat pada ayahnya. Tidak berapa lama, dikirimlah utusan. Tanpa banyak bicara utusan itupun menggundul rambut Umar bin Abdil Aziz sebagai hukuman (disarikan dari Siyaar A’laamin Nubalaa’ (5/116)).
Baca Juga: Orang Tua Harus Menjadi Teladan Bagi Anaknya dan Bersikap Adil Terhadap Mereka
Guru yang lain memberikan pelajaran berharga dalam hidup Umar bin Abdil Aziz. Sebutlah Ubaidullah bin Abdillah. Umar banyak berguru padanya. Suatu ketika, sang guru mendengar Umar bin Abdil Aziz mencela Ali bin Abi Tholib. Ubaidullah tidak tinggal diam. Tidak peduli anak pejabat, jika salah harus ditegur dan diluruskan. Ubaidullah menegurnya dengan keras:
مَتَى بَلَغَكَ أَنَّ اللهَ تَعَالَى سَخَطَ عَلَى أَهْلِ بَدْرٍ بَعْدَ أَنْ رَضِيَ عَنْهُمْ
Kapan sampai berita kepadamu bahwasanya Allah Ta’ala murka kepada Sahabat yang ikut dalam perang Badr setelah Dia ridha kepada mereka?!
Umar bin Abdil Aziz paham maksud gurunya. Ia pun bertobat dan menyatakan:
مَعْذِرَةً إِلَى اللَّهِ ثُمَّ إِلَيْكَ، وَاللَّهِ لَا أَعُودُ
Aku meminta maaf kepada Allah kemudian kepada anda. Demi Allah, saya tidak akan mengulanginya (al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir (12/679)).
Bahkan, nantinya Umar bin Abdil Aziz berani melakukan hal yang benar-benar berbeda dari dinasti Bani Umayyah sebelumnya. Pada Bani Umayyah, sudah menjadi kebiasaan mereka untuk mencela Ali bin Abi Tholib radhiyallahu anhu dalam setiap khotbah Jumat. Hingga kemudian hal itu diubah oleh Umar bin Abdil Aziz, beliau mengganti celaan terhadap Ali itu dengan membaca ayat:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ
Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada keadilan dan perbuatan baik… (Q.S anNahl ayat 90)
(al-Kaamil fit Taarikh karya Ibnul Atsir (2/364)).
Demikianlah dalam proses belajar, tidak mengapa ada kesalahan pada anak didik. Namun tugas guru tidak membiarkan kesalahan itu. Harus ada teguran dan nasihat agar kesalahan itu tidak berlarut-larut.
Baca Juga: Nasihat asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah bagi para wali santri
Seorang guru harus bersabar, kadangkala teguran dari dirinya yang merubah keadaan seorang anak didik, akan memberikan kebaikan yang besar dan terus menjadi teladan yang baik bagi umat setelahnya.
Diriwayatkan bahwa saat sudah dewasa namun belum menjadi khalifah Umar bin Abdil Aziz juga pernah ditegur dengan keras oleh Thowus bin Kaisaan karena gaya berjalannya yang menunjukkan kesombongan. Setelah teguran itu, Umar bin Abdil Aziz benar-benar berubah menjadi lebih baik.
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengisahkan:
وَنَظَرَ طَاوُسٌ إِلَى عُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ وَهُوَ يَخْتَالُ فِي مِشْيَتِهِ، وَذَلِكَ قَبْلَ أَنْ يُسْتَخْلَفَ، فَطَعَنَهُ طَاوُسٌ فِي جَنْبِهِ بِأُصْبُعِهِ، وَقَالَ: لَيْسَ هَذَا شَأْنُ مَنْ فِي بَطْنِهِ خَرْءٌ؟ فَقَالَ لَهُ كَالْمُعْتَذِرِ إِلَيْهِ: يَا عَمِّ، لَقَدْ ضُرِبَ كُلُّ عُضْوٍ مِنِّي عَلَى هَذِهِ الْمِشْيَةِ حَتَّى تَعَلَّمْتُهَا
Thowus memandang kepada Umar bin Abdil Aziz yang congkak dalam berjalannya. Hal itu sebelum beliau ditunjuk sebagai khalifah. Maka Thowus pun menusuk sisi tubuh Umar bin Abdil Aziz dengan jarinya, seraya berkata: Bukanlah demikian keadaan orang yang di perutnya ada kotoran. Maka Umar bin Abdil Aziz pun meminta maaf dan berkata: Wahai paman, sungguh seluruh tubuhku telah terbentuk (terbiasa) dengan gaya berjalan demikian ini, hingga aku belajar (dari anda untuk merubahnya) (Tafsir Ibn Katsir (6/346)).
Beruntung bagi Umar bin Abdil Aziz mendapat teguran dari Thowus terhadap cara berjalan yang congkak yang sebelumnya menjadi kebiasaannya. Thowus rahimahullah mengingatkan bahwa manusia tidak boleh bersikap sombong. Apakah pantas baginya bersikap sombong sedangkan ke mana-mana di perutnya tertampung kotoran sisa makanan?
Umar bin Abdil Aziz pun merasa sangat tersadar dengan teguran dan nasihat tersebut. Bahkan beliau berterima kasih pada Thowus bin Kaisan rahimahullah.
Baca Juga: Memberikan yang Terbaik Untuk Anak
Hal ini juga menunjukkan pentingnya nasihat dan teguran kepada saudara kita sesama muslim. Meski ia sudah dewasa. Apalagi jika kita dalam posisi terpandang di hadapannya, misalkan sebagai guru atau orang yang dianggap berilmu olehnya. Bisa jadi teguran kita itu akan sangat membekas dan menghasilkan perubahan yang baik pada orang tersebut.
Namun hendaknya penyampaian teguran dan nasihat itu haruslah disampaikan secara hikmah dengan memperhatikan situasi, kondisi, dan waktu yang sesuai.
Dikutip dari:
Draft naskah buku “Keteladanan Umar bin Abdil Aziz”, Abu Utsman Kharisman