Ming 22 Rabiul awal 1447AH 14-9-2025AD

Begitu Besarnya Kecintaan Para Sahabat Terhadap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (Bagian ke-2)

Para Sahabat Menjadi Pagar Hidup Bagi Nabi Saat Melaksanakan Umrah

عَبْدُ اللَّهِ بْنَ أَبِي أَوْفَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، حِينَ اعْتَمَرَ فَطَافَ فَطُفْنَا مَعَهُ، وَصَلَّى وَصَلَّيْنَا مَعَهُ، وَسَعَى بَيْنَ الصَّفَا وَالمَرْوَةِ، فَكُنَّا نَسْتُرُهُ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ لاَ يُصِيبُهُ أَحَدٌ بِشَيْءٍ

Abdullah bin Abi Aufa -semoga Allah meridhainya- berkata: Kami pernah bersama Nabi shollallahu alaihi wasallam ketika umrah. Saat beliau thawaf, kami pun thawaf bersama beliau. Saat beliau shalat, kami shalat bersama beliau. Demikian juga saat sa’i antara Shofa dan Marwah. Kami membentengi beliau dari penduduk Makkah, jangan sampai ada seorang pun yang berbuat buruk pada beliau (H.R al-Bukhari Kitab al-Maghoziy Bab Ghozwah al-Hudaibiyyah)

Persaksian Anas Bahwa Tidak Ada Manusia yang Paling Dicintai Para Sahabat Dibandingkan Nabi shollallahu alaihi wasallam Tapi Para Sahabat Tidak Ada yang Berdiri dalam Rangka Menghormati Nabi

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: لَمْ يَكُنْ شَخْصٌ أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَكَانُوا إِذَا رَأَوْهُ لَمْ يَقُومُوا لِمَا يَعْلَمُونَ مِنْ كَرَاهِيَتِهِ لِذَلِكَ

Dari Anas ia berkata: Tidak ada seorang pun yang lebih dicintai oleh mereka (para Sahabat) dibandingkan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Namun mereka jika melihat beliau, tidaklah berdiri (menghormat) karena mereka tahu bahwa beliau membenci hal itu (H.R atTirmidzi Bab Maa Jaa-a Fi Karohiyati Qiyaamir Rojul Lir Rojul (Hadits tentang Dibencinya Berdiri untuk Seseorang), dishahihkan Syaikh al-Albaniy)

Para Sahabat tahu bahwa Nabi shollallahu alaihi wasallam tidak suka dihormati dengan berdiri. Nabi shollallahu alaihi wasallam tidak suka jika masuk ke suatu tempat kemudian orang-orang yang sebelumnya duduk, mereka berdiri di tempat masing-masing dalam rangka menghormat beliau. Hal ini sebagaimana hadits:

عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، قَالَ: خَرَجَ مُعَاوِيَةُ عَلَى ابْنِ الزُّبَيْرِ، وَابْنِ عَامِرٍ فَقَامَ ابْنُ عَامِرٍ وَجَلَسَ ابْنُ الزُّبَيْرِ فَقَالَ مُعَاوِيَةُ لِابْنِ عَامِرٍ: اجْلِسْ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَمْثُلَ لَهُ الرِّجَالُ قِيَامًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Dari Abu Mijlaz ia berkata: Muawiyah keluar menuju tempat Ibnuz Zubair dan Ibnu ‘Aamir. Kemudian Ibnu Aamir berdiri (untuk menghormati Muawiyah) namun Ibnuz Zubair duduk. Muawiyah berkata kepada Ibnu ‘Aamir duduklah, karena aku mendengar Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Barang siapa yang suka jika orang-orang berdiri menghormatnya, silakan ambil tempat duduknya di neraka (H.R Abu Dawud).

Kecintaan Abu Bakr pada Nabi yang Tidak Diragukan Lagi

Nabi shollallahu alaihi wasallam memastikan bahwa orang yang paling banyak jasanya pada beliau dalam harta maupun persahabatannya adalah Abu Bakr.

إِنَّ أَمَنَّ النَّاسِ عَلَيَّ فِي صُحْبَتِهِ وَمَالِهِ أَبُو بَكْرٍ، وَلَوْ كُنْتُ مُتَّخِذًا خَلِيلًا مِنْ أُمَّتِي لاَتَّخَذْتُ أَبَا بَكْرٍ

Sesungguhnya manusia yang paling berjasa kepadaku dalam persahabatannya dan hartanya adalah Abu Bakr. Kalau seandainya aku boleh menjadikan seseorang sebagai kholil (orang yang sangat dicintai begitu dekat) dari umatku, niscaya aku akan jadikan Abu Bakr sebagai kholil (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Said)

Abu Bakr as-Shiddiq radhiyallahu anhu lebih mendahulukan kecintaan kepada kerabat Rasul dibandingkan terhadap kerabat beliau sendiri.

فَتَكَلَّمَ أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَقَرَابَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحَبُّ إِلَيَّ أَنْ أَصِلَ مِنْ قَرَابَتِي

Abu Bakr berbicara dan berkata: Demi (Allah) yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sungguh kekerabatan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam lebih aku sukai untuk aku sambung (dengan kebaikan) dibandingkan kerabatku (H.R al-Bukhari dan Muslim)

Umar bin al-Khoththob radhiyallahu anhu menyatakan:

وَاللَّهِ لَلَيْلَةٌ مِنْ أَبِي بَكْرٍ خَيْرٌ مِنْ آلِ عُمَرَ، وَلَيَوْمٌ مِنْ أَبِي بَكْرٍ خَيْرٌ مِنْ آلِ عُمَرَ، لَقَدْ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم لِيَنْطَلِقَ إِلَى الْغَارِ وَمَعَهُ أَبُو بَكْرٍ، فَجَعَلَ يَمْشِي سَاعَةً بَيْنَ يَدَيْهِ، وَسَاعَةً خَلْفَهُ حَتَّى فَطِنَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم، فَقَالَ: «يَا أَبَا بَكْرٍ، مَا لَكَ تَمْشِي سَاعَةً بَيْنَ يَدَيْ ‌وَسَاعَةً ‌خَلْفِي؟» فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَذَكُرُ الطَّلَبَ فَأَمْشِي خَلْفَكَ، ثُمَّ أَذَكَرُ الرَّصْدَ، فَأَمْشِي بَيْنَ يَدَيْكَ، فَقَالَ: «يَا أَبَا بَكْرٍ، لَوْ كَانَ شَيْءٌ أَحْبَبْتَ أَنْ يَكُونَ بِكَ دُونِي؟» قَالَ: نَعَمْ، وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ، مَا كَانَتْ لِتَكُونَ مِنْ مُلِمَّةٍ إِلَّا أَنْ تَكُونَ بِي دُونَكَ، فَلَمَّا انْتَهَيَا إِلَى الْغَارِ، قَالَ أَبُو بَكْرٍ: مَكَانَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، حَتَّى أَسْتَبْرِئَ لَكَ الْغَارَ، فَدَخَلَ وَاسْتَبْرَأَهُ حَتَّى إِذَا كَانَ فِي أَعْلَاهُ ذَكَرَ أَنَّهُ لَمْ يَسْتَبْرِئِ الْحُجْرَةَ، فَقَالَ: مَكَانَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ، حَتَّى أَسْتَبْرِئَ الْحُجْرَةَ، فَدَخَلَ وَاسْتَبْرَأَ، ثُمَّ قَالَ: انْزِلْ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَنَزَلَ، فَقَالَ عُمَرُ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لِتِلْكَ اللَّيْلَةُ خَيْرٌ مِنْ آلِ عُمَرَ

Demi Allah, semalam waktu Abu Bakr lebih baik dari keluarga Umar. Sehari waktu Abu Bakr lebih baik dari keluarga Umar. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam keluar menuju gua (persembunyian) bersama Abu Bakr. Abu Bakr berjalan sesekali di depan Nabi dan sesekali di belakang beliau. Hingga Rasulullah shollallahu alaihi wasallam menyadari hal itu dan berkata: Wahai Abu Bakr, mengapa engkau sesekali berjalan di depanku dan sesekali berjalan di belakangku? Abu Bakr berkata: Wahai Rasulullah, saat aku mengingat bahwa kita dalam pengejaran, aku berjaga di belakang anda. Kemudian saat aku mengingat bahwa kita bisa saja dalam pengintaian, maka aku pun berjaga di depan anda. Nabi pun bersabda: Wahai Abu Bakr, apakah jika ada resiko tertentu, apakah engkau suka jika itu mengenaimu, bukan mengenaiku? Abu Bakr berkata: Ya. Demi (Allah) yang mengutus anda dengan membawa kebenaran. Apabila memang ada suatu hal yang tidak mengenakkan, biarlah itu terjadi padaku, bukan mengenai anda. Ketika keduanya sudah sampai di gua, Abu Bakr berkata: Tetaplah di tempat anda wahai Rasulullah, hingga aku amankan kondisi di dalam gua. Ketika sudah naik (keluar dari gua) Abu Bakr baru teringat bahwa ia belum mengamankan lubang-lubang di dalam gua. Ia pun berkata: Tetaplah di tempat anda, hingga aku amankan lubang-lubang itu. Abu Bakr pun masuk kemudian memastikan kondisinya aman. Kemudian ia berkata: Silakan anda masuk wahai Rasulullah, maka Rasul pun memasukinya. Umar pun berkata: Demi (Allah) yang jiwaku berada di Tangan-Nya, waktu di malam itu masih lebih baik dibandingkan keluarga Umar. (H.R al-Hakim dari Muhammad bin Sirin, dinilai shahih mursal oleh adz-Dzahabiy dan dikuatkan oleh riwayat Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq dari Abu Musa)

Umar Lebih Mendahulukan Orang yang Dicintai Rasul Dibandingkan Putranya Sendiri

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: لَمَّا فَرَضَ عُمَرُ لِأُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ ثَلَاثَةَ آلَافٍ، وَفَرَضَ لِي أَلْفَيْنِ وَخَمْسَ مِائَةٍ، فَقُلْتُ لَهُ: يَا أَبَتِ، لِمَ تَفْرِضُ لِأُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ ثَلَاثَةَ آلَافٍ، وَتَفْرِضُ لِي أَلْفَيْنِ وَخَمْسَ مِائَةٍ؟ وَاللَّهِ مَا شَهِدَ أُسَامَةُ مَشْهَدًا غِبْتُ عَنْهُ وَلَا شَهِدَ أَبُوهُ مَشْهَدًا غَابَ عَنْهُ أَبِي، قَالَ: صَدَقْتَ يَا بُنَيَّ، وَلَكِنِّي أَشْهَدُ لَأَبُوهُ كَانَ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَبِيكَ، وَلَهُوَ أَحَبُّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْكَ

Dari Ibnu Umar -semoga Allah meridhai keduanya- ia berkata: Ketika Umar memberikan kepada Usamah bin Zaid 3 ribu (dirham) dan memberikan kepadaku 2500 (dirham), aku berkata kepadanya: Wahai ayahanda, mengapa anda memberikan kepada Usamah bin Zaid 3000 sedangkan aku diberi 2500? Demi Allah, Usamah tidaklah mengikuti pertempuran yang tidak aku ikuti, ayahnya pun tidak mengikuti pertempuran yang ayahku tidak mengikutinya. Umar berkata: Engkau benar wahai anakku. Namun aku bersaksi bahwasanya ayahnya benar-benar lebih dicintai oleh Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dibandingkan ayahmu dan dia (Usamah) benar-benar lebih dicintai oleh Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dibandingkan engkau (H.R al-Hakim dalam al-Mustadrak, disepakati keshahihannya oleh adz-Dzahabiy)

Pernyataan Amr bin al-Ash

عَنِ ابْنِ شَمَاسَةَ الْمَهْرِىِّ قَالَ حَضَرْنَا عَمْرَو بْنَ الْعَاصِ وَهُوَ فِى سِيَاقَةِ الْمَوْتِ. فَبَكَى طَوِيلاً وَحَوَّلَ وَجْهَهُ إِلَى الْجِدَارِ فَجَعَلَ ابْنُهُ يَقُولُ يَا أَبَتَاهُ أَمَا بَشَّرَكَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِكَذَا أَمَا بَشَّرَكَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِكَذَا قَالَ فَأَقْبَلَ بِوَجْهِهِ. فَقَالَ إِنَّ أَفْضَلَ مَا نُعِدُّ شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ إِنِّى قَدْ كُنْتُ عَلَى أَطْبَاقٍ ثَلاَثٍ لَقَدْ رَأَيْتُنِى وَمَا أَحَدٌ أَشَدَّ بُغْضًا لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنِّى وَلاَ أَحَبَّ إِلَىَّ أَنْ أَكُونَ قَدِ اسْتَمْكَنْتُ مِنْهُ فَقَتَلْتُهُ فَلَوْ مُتُّ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ لَكُنْتُ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَلَمَّا جَعَلَ اللَّهُ الإِسْلاَمَ فِى قَلْبِى أَتَيْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقُلْتُ ابْسُطْ يَمِينَكَ فَلأُبَايِعْكَ. فَبَسَطَ يَمِينَهُ – قَالَ – فَقَبَضْتُ يَدِى. قَالَ « مَا لَكَ يَا عَمْرُو ». قَالَ قُلْتُ أَرَدْتُ أَنْ أَشْتَرِطَ. قَالَ « تَشْتَرِطُ بِمَاذَا ». قُلْتُ أَنْ يُغْفَرَ لِى. قَالَ « أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ الإِسْلاَمَ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ وَأَنَّ الْهِجْرَةَ تَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهَا وَأَنَّ الْحَجَّ يَهْدِمُ مَا كَانَ قَبْلَهُ ». وَمَا كَانَ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَىَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَلاَ أَجَلَّ فِى عَيْنِى مِنْهُ وَمَا كُنْتُ أُطِيقُ أَنْ أَمْلأَ عَيْنَىَّ مِنْهُ إِجْلاَلاً لَهُ وَلَوْ سُئِلْتُ أَنْ أَصِفَهُ مَا أَطَقْتُ لأَنِّى لَمْ أَكُنْ أَمْلأُ عَيْنَىَّ مِنْهُ وَلَوْ مُتُّ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ لَرَجَوْتُ أَنْ أَكُونَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ثُمَّ وَلِينَا أَشْيَاءَ مَا أَدْرِى مَا حَالِى فِيهَا فَإِذَا أَنَا مُتُّ فَلاَ تَصْحَبْنِى نَائِحَةٌ وَلاَ نَارٌ

Dari Ibnu Syamaasah al-Mahriy ia berkata: Kami berada di sisi ‘Amr bin al-‘Ash –semoga Allah meridhainya- pada saat beliau akan meninggal dunia. Ia menangis lama dan memalingkan wajahnya ke tembok. Anaknya berkata: Wahai ayahandaku, bukankah Rasulullah shollallahu alaihi wasallam telah memberikan kabar gembira kepadamu dengan ini, bukankah Rasulullah shollallahu alaihi wasallam telah memberikan kabar gembira kepadamu dengan ini.. kemudian ‘Amr bin al-Ash menghadapkan wajahnya. Ia berkata: Sesungguhnya (kebaikan) paling utama yang bisa dihitung adalah persaksian tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah. Aku telah berada pada 3 tahapan. Dulu aku adalah orang yang paling membenci Rasulullah shollallahu alaihi wasallam, dan pada waktu itu tidak ada hal yang paling aku cintai kecuali aku bisa membunuh beliau. Kalau seandainya aku mati dalam keadaaan seperti itu, niscaya aku termasuk penduduk anNaar (Neraka). Ketika Allah jadikan Islam dalam hatiku, aku mendatangi Nabi shollallahu alaihi wasalam kemudian aku berkata: Ulurkan tangan kanan anda, aku akan membaiat anda. Kemudian aku mengenggam tanganku. Nabi bertanya: Ada apa wahai ‘Amr? Aku berkata: Aku ingin meminta syarat (sebelum berbaiat). Nabi bertanya: Apa syaratnya? Aku berkata: Agar aku diampuni. Nabi menyatakan: Tidakkah engkau mengetahui bahwa Islam akan menghapuskan segala (kesalahan) yang dilakukan sebelumnya, hijrah menghapuskan (kesalahan) sebelumnya, haji menghapuskan (kesalahan) sebelumnya. Dan (setelah itu) tidak ada seorangpun yang lebih aku cintai dibandingkan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Tidak ada seorangpun yang lebih mulia dalam pandanganku dibandingkan beliau. Aku tidak mampu memenuhkan mataku dalam pandangan kemuliaan kepada beliau. Kalau aku diminta untuk menceritakan ciri-ciri beliau, aku tidak akan mampu karena aku tidak bisa memenuhkan mataku dengan kemulyaan kepada beliau. Jika aku mati saat itu dalam kondisi demikian, niscaya aku berharap aku termasuk penduduk Surga. Kemudian kami diamanahi kepemimpinan, aku tidak tahu bagaimana keadaanku di dalamnya. Jika aku meninggal, janganlah jenazahku diiringi oleh orang yang meratap dan api….(H.R Muslim)


Penulis: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan