Bab Ke-21: Sikap Berlebihan Terhadap Kuburan Orang-Orang Sholeh Menyebabkan Kuburan Itu Menjadi Sesembahan Selain Allah (Bagian Ketiga)
SERIAL KAJIAN KITABUT TAUHID (Bag ke-76)
Dalil Kedua:
أَفَرَأَيْتُمُ اللَّاتَّ وَالْعُزَّى
Bagaimana pendapat kalian tentang Latta dan Uzza?
(Q.S an-Najm ayat 19)
Sahabat Nabi Ibnu Abbas radhiyallahu anhu menyatakan: Latta (asalnya) adalah seorang suka menumbuk tepung untuk jamaah haji (riwayat al-Bukhari dalam Shahihnya)
Mujahid –murid Ibnu Abbas- memberikan tambahan penjelasan:
كَانَ يَلُتُّ السَّوِيْقَ لِلْحَاجِّ، فَعُكِفَ عَلَى قَبْرِهِ
Latta adalah seseorang yang (kebiasaannya) menumbuk tepung untuk bagi jamaah haji, kemudian (setelah meninggal) kuburannya menjadi (tempat) i’tikaf (berdiam diri di dekatnya) (riwayat Ibnu Jarir dengan sanad yang shahih)
Baca bagian sebelumnya: Bab Ke-21: Sikap Berlebihan Terhadap Kuburan Orang-Orang Sholeh Menyebabkan Kuburan Itu Menjadi Sesembahan Selain Allah (Bagian Kedua)
Penjelasan:
Latta adalah sebutan bagi seorang yang baik hati, suka membuatkan adonan tepung untuk memberi makan para Jamaah haji di masa dulu. Kemudian, setelah meninggal, kuburannya diagungkan dan orang banyak beri’tikaf (berdiam diri dengan niatan ibadah) di kuburan tersebut. Seharusnya i’tikaf dilakukan di masjid, bukan di kuburan. Jadilah kuburan itu sebagai sesuatu yang disembah selain Allah.
Sejarah dalam kehidupan manusia menunjukkan bahwa pengagungan terhadap orang yang shalih bisa menyebabkan kuburannya disembah. Padahal, semestinya hal itu dijauhi. Peribadatan haruslah diberikan hanya kepada Allah Ta’ala semata.
Ada 2 qiro’ah dalam membaca kata Lata dalam ayat ini, yaitu:
Pertama, qiroah yang masyhur adalah huruf ta’nya tidak ditasydid. Berdasarkan qiroah ini, maknanya adalah berhala yang namanya diambil dari nama Allah, namun dirupakan dalam jenis wanita. Dianggap itu adalah anak perempuan Allah. Maha Suci Allah dari hal itu. Menurut Qotadah, berhala tersebut disembah oleh penduduk Thaif.
Kedua, qiroah Ibnu Abbas dan Mujahid, huruf ta’nya ditasydid. Makna qiroah yang kedua ini adalah sebagaimana penjelasan Ibnu Abbas dan Mujahid bahwa itu adalah kuburan orang shalih yang disembah. Keshalihan orang tersebut adalah karena ia semasa hidup suka membuat adonan tepung dan diberikan secara gratis kepada para jamaah haji. (disarikan dari Tafsir al-Baghowiy dan sebagian penjelasan Ibnu Jarir dalam Tafsirnya).
Ditulis oleh:
Abu Utsman Kharisman