Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Bimbingan Penerapan Tatsabbut Syaikh Bin Baz yang Menjadi Keteladanan

Tatsabbut adalah bagian dari ketelitian, tenang, serta tidak tergesa-gesa untuk meneliti ulang dan mencermati sesuatu berita. Syaikh Bin Baz rahimahullah sebagai sosok yang sarat dengan keteladanan membimbing kaum muslimin untuk bersikap tatsabbut serta jangan tergesa-gesa menilai atau bersikap.

Ketika suatu berita belum jelas, hal itu belum menjadi ilmu. Masih berupa dugaan yang lemah dan tidak menghasilkan keyakinan. Allah Ta’ala melarang kita mengikuti sesuatu yang kita belum tahu ilmunya.

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

Dan janganlah engkau mengikuti sesuatu yang engkau tidak memiliki ilmunya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban (Q.S al-Isra’ ayat 36)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy rahimahullah menyatakan:

ولا تتبع ما ليس لك به علم، بل تثبت في كل ما تقوله وتفعله

Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang engkau tidak memiliki ilmunya. Mestinya engkau bertatsabbut dalam segala apa yang engkau ucapkan dan perbuat… (Taisir Kariimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannaan 1/457)

Dalam tafsir al-Muyassar yang disusun sekelompok para Ulama, dinyatakan:

ولا تتبع -أيها الإنسان- ما لا تعلم، بل تأكَّد وتثبَّت. إن الإنسان مسؤول عما استعمَل فيه سمعه وبصره وفؤاده، فإذا استعمَلها في الخير نال الثواب، وإذا استعملها في الشر نال العقاب

Wahai manusia, janganlah engkau mengikuti sesuatu yang engkau tidak memiliki ilmunya. Mestinya, engkau pastikan dan bertatsabbut (teliti dan kaji lebih lanjut). Sesungguhnya manusia akan ditanya tentang penggunaan pendengaran, mata, dan hatinya. Jika ia gunakan dalam kebaikan, ia akan mendapat pahala. Jika ia gunakan dalam keburukan, ia akan mendapatkan siksaan (1/285)

Pada saat tersiar sebuah berita bahwa ada orang tertentu yang mencela sebagian Ulama, Syaikh Bin Baz rahimahullah menyatakan:

إئتني بنسخة منها وتثبت في الأمر أكثر

Bawakan kepadaku naskah (berita tertulis itu) dan hendaknya engkau bertatsabbut lebih banyak dalam perkara itu (Mawaqif Mudhi-ah fi Hayaati Ibn Baaz halaman 71).

Demikian kesaksian dari Abdurrahman bin Abdillah atTuwaijiry.

Secara penerapan, Syaikh Bin Baz apabila memberikan nasihat secara tertulis, apabila beliau menukil berita, beliau akan sebutkan tempat berita itu ditulis, misalkan majalah atau koran tertentu, kemudian disebutkan pula volume, tanggal, maupun halamannya. Demikian juga jika itu terdapat pada sebuah kitab atau buku. Menunjukkan bahwa hal itu sudah melalui penelitian dan kepastian bahwa apa yang dinukil memang terdapat di bagian tersebut. (al-Imam Ibn Baz Durus wa Mawaqif halaman 49).

Pernah ada seorang laki-laki masuk ke majelis Syaikh dan tercium darinya aroma rokok. Kemudian ada orang lain yang berkata kepada beliau: “Wahai Syaikh, orang ini perokok. Pakaiannya bau rokok”. Syaikh menjawab: Mungkin saja ia berkendara bersama perokok. Atau duduk di majelis yang di situ ada perokok. Di sini selain Syaikh mengajarkan untuk bertatsabbut dan tidak terburu-buru menilai, beliau juga mengajarkan agar kita mengedepankan persangkaan baik pada saudara kita sesama muslim.

Apabila Syaikh menjawab sebuah konsultasi misalkan pengaduan seorang suami tentang istrinya, atau sebaliknya, beliau sebelum menjawab akan menyatakan: Jika memang benar apa yang disampaikan…. Artinya, Syaikh memberi persyaratan bahwa arahan ini untuk kondisi jika memang benar itu yang terjadi. Karena Syaikh Bin Baz tidak mengambil keputusan dan bersikap hanya berdasarkan pengakuan satu pihak saja.

Sebagian contoh ini disebutkan dalam kitab al-Imam Ibn Baz Durus wa Mawaqif (halaman 43) yang ditaqdim Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad dan dianjurkan untuk disebarkan oleh Syaikh Sholih al-Fauzan.


Dikutip dari: Draft buku Syaikh Bin Baz Ulama Rabbaniy yang Menerangi dengan Mata Hati, Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan