Syarat-Syarat Terkabulnya Doa
Syaikh Ubaid al-Jabiriy rahimahullah menyatakan:
Hendaknya setiap muslim mengetahui bahwasanya terkabulnya doa itu memiliki syarat-syarat, di antaranya:
Pertama: Mengikhlaskan doa (permintaan) hanya kepada Allah Azza Wa Jalla
Kedua: Yakin akan terkabulnya doa itu
Ketiga: Bukan dalam doa yang mengandung dosa atau memutuskan silaturrahmi.
Misalkan, seperti ucapan seseorang ketika berdoa terkait kerabatnya: “Ya Allah, jangan dekatkan aku dengan dia selamanya”. Ini adalah permintaan agar terputus silaturrahmi.
Sedangkan doa yang mengandung dosa, seperti ucapan seseorang: ”Ya Allah, berilah ia ujian dengan terjadinya perbuatan keji pada keluarganya”. Semoga Allah menjauhkan kita dari hal itu. Ini adalah dosa yang besar. Apakah dosa pada keluarga orang itu hingga sampai didoakan seperti itu?
Keempat: Tidak tergesa-gesa. Hendaknya ia berdoa dan bersabar. Allah lah yang akan mengokohkan perkara-Nya. Dia yang akan menetapkan hukum sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Ketergesa-gesaan itu dijelaskan oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam seperti ucapan seseorang: “Aku telah berdoa kepada Allah tetapi tidak dikabulkan” (sebagaimana dalam hadits riwayat al-Bukhari, pen).
Kelima: Tidak bersikap melampaui batas dalam doanya. Seperti misalkan ucapan seseorang: “Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadamu suatu kedudukan di surga yang tidak bisa dicapai oleh siapapun dari makhluk-Mu”. Apakah dia menginginkan dengan doanya itu agar kedudukannya lebih tinggi dibandingkan para Nabi dan Rasul?! Nabi shollallahu alaihi wasallam telah melarang dari bersikap melampaui batas dalam berdoa.
Keenam: Mendapatkan makanan, minuman, pakaian, maupun tempat tinggal yang baik.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ، فَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا، إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ} [المؤمنون: 51] وَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} [البقرة: 172] ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟
Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah adalah Yang Maha Baik, tidak menerima kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman sebagaimana dia perintahkan kepada para Rasul dalam firman-Nya (yang artinya): “Wahai para Rasul, makanlah dari yang baik-baik dan beramal sholihlah. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kalian perbuat”(Q.S al-Mu’minun ayat 51). Dan Dia (Allah) juga berfirman (yang artinya): “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki kalian yang baik” (Q.S al-Baqoroh ayat 172). Kemudian Nabi menyebutkan seorang laki-laki yang menempuh perjalanan panjang, rambutnya kusut dan berdebu. Ia tengadahkan tangannya ke langit seraya berkata: Wahai Rabbku, wahai Rabbku. Namun makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi asupan gizi dari yang haram, maka bagaimana bisa dikabulkan doanya? (H.R Muslim, pen)
Ini adalah sebagian syarat-syarat terkabulkannya doa.
Sebagaimana doa memiliki syarat-syarat, ada pula adab-adab dalam berdoa. Di antaranya:
(Pertama): Merasa hina dan rendah di hadapan Allah Azza Wa Jalla serta merasa sangat membutuhkan Allah.
(Kedua): Mengangkat kedua telapak tangan
(Ketiga): Menghadap ke arah kiblat
Doa juga memiliki waktu-waktu yang berpeluang besar dikabulkannya, di antaranya adalah antara adzan dan iqomah, saat safar (perjalanan jauh), ketika turun hujan, di saat sujud, dan pada sepertiga malam yang terakhir.
Sumber: Ithaaful Uquul bi Syarhi Tsalatsatil Ushul halaman 80-83
Penerjemah: Abu Utsman Kharisman