Bagaimana Agar Tidak Terlewatkan Lailatul Qodr?
Nabi kita yang mulia, telah mewanti-wanti kita untuk jangan sampai melewatkan kesempatan emas mendulang kemuliaan Lailatul Qodr di setiap bulan Ramadhan. Barangsiapa yang mendapatkannya, maka ia telah mendapat kebaikan yang banyak. Sebaliknya, barangsiapa yang melewatkannya, maka ia telah terlewatkan dari kebaikan seluruhnya.
وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ
Di dalamnya (Ramadhan) terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barangsiapa yang terhalangi darinya, maka sungguh telah terhalangi kebaikan seluruhnya
(H.R Ibnu Majah, Ahmad, dishahihkan al-Albany)
Nabi shollallahu alaihi wasallam menyuruh kita untuk mencari Lailatul Qodr pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Terlebih pada malam ganjil. Ditekankan lagi pada malam ke-27 dan 29. Pada tiap tahun Lailatul Qodr berpindah dalam kisaran 10 hari terakhir Ramadhan itu (Fatwa Syaikh Bin Baz). Kadangkala pada 21, kadang 23, dan seterusnya. Bisa juga pada malam genap.
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Carilah Lailatul Qodr pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan
(H.R alBukhari no 1880 dan Muslim no 1998)
فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ فِي كُلِّ وِتْرٍ
Maka carilah ia (Lailatul Qodr) di 10 malam terakhir pada setiap (malam) ganjil
(H.R al-Bukhari dan Muslim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ إِنَّهَا لَيْلَةُ سَابِعَةٍ أَوْ تَاسِعَةٍ وَعِشْرِينَ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu bahwa Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda tentang Lailatul Qodr: sesungguhnya malam itu adalah malam ke-7 atau ke-9 pada (tanggal) dua puluh (Ramadhan)
(H.R Ahmad, atThoyalisiy, dihasankan sanadnya oleh al-Bushiry)
Idealnya, seseorang memperbanyak ibadah di malam-malam yang diperkirakan terdapat Lailatul Qodr: melakukan tarawih dan witir, memperbanyak baca alQuran, dzikir, istighfar, doa, i’tikaf di masjid, dan sebagainya.
Baca Juga: I’tikaf
Namun, batas minimal amalan apa yang bisa dikerjakan agar seseorang tidak terlewatkan dari Lailatul Qodr?
Seorang tabi’i (murid Sahabat Nabi) yang mulya, Said bin al-Musayyib pernah menyatakan:
مَنْ صَلَّى الْمَغْرِبَ وَالْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ، لَمْ يَفُتْهُ خَيْرُ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Barangsiapa yang sholat Maghrib dan Isya berjamaah, tidak akan terlewatkan dari kebaikan Lailatul Qodr
(riwayat Abdurrozzaq dan Ibnu Abi Syaibah, sanadnya shahih. Pendapat Said bin al-Musayyib tersebut juga disetujui oleh al-Imam asy-Syafii (atTaysiir bi syarhil Jaami’is Shoghir karya al-Munawi(2/826))
Minimal, jangan lewatkan sholat Maghrib dan Isya berjamaah. Bagi laki-laki, tempat sholat berjamaahnya adalah di masjid. Bagi para wanita, sholatnya lebih baik di rumah, namun jika seorang wanita ingin berjamaah di masjid sang suami tidak boleh melarangnya, selama tidak ada pelanggaran syar’i yang dilakukan.
Bisa juga seorang suami sholat berjamaah Maghrib di masjid, kemudian ia pulang ke rumah menjadi Imam sholat berjamaah Maghrib lagi (diniatkan sebagai sholat sunnah) bagi istrinya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Sahabat Nabi Muadz bin Jabal yang sholat Isya’ berjamaah bermakmum di belakang Nabi, kemudian ia pulang ke kampungnya dan menjadi Imam sholat Isya bagi kaumnya (hadits Jabir bin Abdillah riwayat Muslim no 711).
Lebih lengkap dan sempurna jika Subuhnya juga berjamaah. Karena barangsiapa yang sholat Isya’ berjamaah, maka seakan-akan ia melakukan qiyaamul lail setengah malam, dan barangsiapa yang kemudian sholat Subuhnya juga berjamaah, maka seakan-akan ia melakukan qiyaamul lail sepenuh malam.
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
Barangsiapa yang sholat Isya’ berjamaah, seakan-akan ia qiyaamul lail sepanjang separuh malam. Barangsiapa (diikuti dengan) sholat Subuh berjamaah, seakan-akan ia sholat malam pada seluruh bagian malam
(H.R Muslim no 1049 dari Utsman bin Affan)
Kadang kita melupakan hal yang lebih utama, dan mengejar sesuatu yang keutamaannya berada di bawahnya. Ada orang-orang yang mengejar sholat tarawih berjamaah, tapi sholat Isya’nya sendirian. Padahal, sholat Isya’ keutamaan dan pahalanya lebih besar dibandingkan sholat sunnah yang lain. Setiap amalan fardhu (wajib) pahalanya lebih besar dibandingkan amalan sunnah (nafilah).
Sebagaimana disebutkan dalam hadits Qudsi, Allah berfirman:
وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْه
Dan tidaklah hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dibandingkan hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya
(H.R al-Bukhari no 6021)
Pada malam-malam yang kita berharap dan memiliki dugaan kuat itu adalah Lailatul Qodr, disunnahkan juga memperbanyak membaca: Allahumma innaka ‘afuuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni, yang artinya: Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, yang menyukai pemberian maaf, maka maafkanlah aku. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Aisyah yang diriwayatkan atTirmidzi, anNasaai, Ibnu Majah, Ahmad.
Semoga Allah Subhaanahu Wa Ta’ala melimpahkan keberkahan Lailatul Qodr kepada kita semua…
Penulis:
Abu Utsman Kharisman