Sibukkan Diri Dengan Ketaatan Kepada Allah dan Mengingat Allah Dari Waktu ke Waktu
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi:
يَا ابْنَ آدَمَ تَفَرَّغْ لِعِبَادَتِي أَمْلَأْ صَدْرَكَ غِنًى وَأَسُدَّ فَقْرَكَ وَإِلَّا تَفْعَلْ مَلَأْتُ يَدَيْكَ شُغْلًا وَلَمْ أَسُدَّ فَقْرَكَ
Wahai anak Adam, sibukkanlah dirimu dengan ibadah kepada-Ku, Aku akan penuhi dadamu dengan kecukupan, dan Aku penuhi kebutuhanmu. Jika tidak demikian, Aku akan penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan, dan tidak Aku penuhi kebutuhanmu (H.R atTirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al-Albaniy)
As-Shon’aniy rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan menyibukkan diri dengan ibadah artinya adalah lebih mendahulukan ibadah dibandingkan kepentingan-kepentingan duniawi dan (sibuk) mengerjakan apa yang Allah perintahkan, serta tidak terlalaikan dari mengingat Allah. Bukan artinya, selalu ibadah yang bermakna khusus saja dan tidak mengerjakan hal lainnya (disarikan dari atTanwir syarh al-Jami’ ash-Shoghir 3/410).
Artinya, seseorang jika sibuk untuk melakukan ketaatan kepada Allah, hatinya selalu mengingat Allah, Allah akan berikan kekayaan hati dan Allah penuhi kebutuhannya. Ia akan menjadi orang yang merasa cukup dengan yang ada. Tidak menjadi orang yang meminta-minta kepada orang lain. Namun, jika ia lebih banyak fokus pada urusan duniawinya, lupa mengingat Allah, atau mengingat Allah hanya sedikit, hatinya akan selalu merasa kurang. Tidak pernah merasa cukup. Bahkan menyeretnya untuk meminta-minta pada orang lain. Kebutuhannya tidak pernah terpenuhi. Selalu terasa kurang.
Baca Juga: Gugurnya Dosa Dengan Empat Kalimat Dzikir
Jadilah orang yang lebih mendahulukan ibadah dibandingkan kepentingan duniawi. Misalkan, saat terdengar kumandang adzan di masjid, bagi laki-laki segera bergegas untuk shalat berjamaah di masjid. Tinggalkan aktivitas duniawi lainnya.
Setelah selesai shalat, berpindahlah menuju ketaatan kepada Allah yang lain, baik menerima tamu, mencari nafkah untuk keluarga, beramar ma’ruf nahi munkar, memberikan nasihat, menolong orang yang kesusahan, mengajarkan kebaikan atau hal-hal bermanfaat, menjenguk orang sakit, mengiringi jenazah muslim, atau melakukan hal-hal yang mubah diniatkan sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah. Jangan lalai untuk tetap mengingat Allah Ta’ala.
Berpindahlah dari satu ketaatan kepada ketaatan berikutnya dalam mengisi waktu anda, diiringi dzikir mengingat Allah.
Hadits qudsi tersebut disampaikan oleh Syaikh Sholah Kantusy hafidzhahullah di sebagian muhadharah beliau, dalam Daurah Imam al-Muzani 1 di ma’had Minhajul Atsar Jember Jawa Timur Indonesia, Muharram 1444 H/ Agustus 2022 M – dengan tambahan penjelasan
Penulis: Abu Utsman Kharisman