Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Pertanyaan:

Sebuah surat dikrimkan dari salah seorang pendengar, dia menuliskan inisial namanya dengan B D Sh A. Dia menanyakan dalam suratnya:

“Saya mendengar dari salah seorang syaikh, bahwa minyak menghalangi (sampainya) air wudhu’ pada kulit. Sedangkan saya ketika memasak terkadang beberapa tetes minyak jatuh di rambut saya dan beberapa bagian anggota wudhu. Jadi apakah saya perlu mencuci bagian ini dengan sabun saat berwudhu? Ataukah saya diharuskan mencuci anggota badan yang terkena itu dengan sabun ketika berwudhu maupun saat mandi, sehingga air bisa mencapai (kulit) anggota badan itu?

Begitu pula seperti ketika saya menggunakan sebagian jenis minyak untuk pengobatan bagian rambut, apakah yang semestinya saya lakukan? Saya mengaharapkan pencerahan.”

Jawaban Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah:

“Baik, sebelum menjawab pertanyaan ini, saya ingin menjelaskan bahwa Allah Azza WaJalla telah berfirman dalam Kitab-Nya yang Jelas:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُؤُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْن

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (QS. Al Maidah: 6)

Adapun perintah untuk membasuh bagian-bagian ini dan mengusap bagian yang diperbolehkan pengusapannya, menuntut tindakan menghilangkan materi yang dapat mencegah air mencapai bagian tubuh tersebut. Karena jika ada sesuatu yang menghalangi air dari mencapai bagiannya, belumlah teranggap membasuhnya.


Artikel yang semoga bermanfaat pula:


Maka berdasarkan itu kami mengatakan: Jika seseorang menggunakan minyak pada beberapa bagian anggota wudhu di badannya, maka (pilihan baginya) antara dia melenyapkan seluruh lapisan minyak tersebut, jika ada lapisan keraknya, sehingga dia harus menghilangkannya sebelum dia mensucikan bagian tubuhnya.

Apabila minyak masih tersisa begitu pula masih ada lapisan keraknya, maka selama tujuan tersampaikannya air ke permukaan kulit masih terhalang, saat seperti ini tidak sah bersucinya.

Adapun jika minyak tersebut tidak menimbulkan lapisan kerak, pengaruhnya hanya ada sebagian sisanya pada anggota tubuh yang bersih, kondisi yang demikian tidaklah mengganggu (sahnya wudhu).

Hanya saja dalam situasi semcam ini, perlu ditekankan agar (minimalnya) dia menggosok anggota badannya dengan tangannya.

Karena biasanya minyak akan terpisah dari air. Sehingga bisa saja air belum mengenai semua bagian anggota badan yang perlu disucikan.

Jadi (kesimpulannya) kepada penanya kami menyatakan:

Apabila minyak jenis olahan maupun alami yang masih ada di bagian anggota tubuh anda yang perlu disucikan memiliki sifat kental (padat) menimbulkan kerak yang menghalangi sampainya air (ke permukaan kulit) maka tidak bisa tidak anda harus menghilangkannya sebelum bersuci.

Namun jika (sisa) minyak tersebut tidak menimbulkan kerak, sesungguhnya tidak mengapa bagi anda untuk (langsung) bersuci, walaupun anda tidak mencucinya dengan sabun. Tapi hendaklah anda menggosokkan tangan pada bagian anggota badan tatkala anda membasuhnya, supaya air tidak terpisah darinya. Demikianlah.

Teks Arab:

هل تمنع قطرات الزيت من وصول الماء للبشرة عند الوضوء؟

السؤال

رسالة وصلت من مستمع للبرنامج رمز لاسمه بـ. د ص أ يقول في رسالته: سمعت من أحد الشيوخ أن الزيت حائل على البشرة عند الوضوء، وأنا أحياناً عندما أعمل بالطبخ تتساقط بعض قطرات الزيت على شعري وأعضاء الوضوء، فهل عند الوضوء لا بد من غسل هذه الأعضاء بالصابون، أو الاغتسال حتى يصل الماء إليها، كما أني أضع بعض الزيت على شعري كعلاج له، ماذا أفعل أرجو إفادة؟

الجواب

الشيخ: نعم. قبل الإجابة على هذا السؤال أود أن أبين بأن الله عز وجل قال في كتابه المبين: ﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُؤُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْن﴾. والأمر بغسل هذه الأعضاء ومسح ما يسمح منها يستلزم إزالة ما يمنع وصول الماء إليها؛ لأنه إذا وجد ما يمنع وصول الماء إليها لم يكن غسلها، وبناء على ذلك نقول: إن الإنسان إذا استعمل الدهن في اعضاء طهارته، فإما أن يبغى الدهن كاملاً له جرم فحينئذ لا بد أن يزيل ذلك قبل أن يطهر أعضاءه، وإن بقي الدهن هكذا جرماً فإنه بحيث يمنع وصول الماء إلى البشرة وحينئذ لا تصح الطهارة. أما إذا كان الدهن ليس له جرم وإنما أثره باقي على أعضاء الطاهرة فإنه لا يضر، ولكن في هذه الحال يتأكد أن يمر الإنسان يده على العضو؛ لأن العادة أن الدهن يتمايز معه الماء فربما لا يصيب جميع أعضاء جميع العضو الذي يطهره، فالسائل إذاً نقول له: إن كان هذا الدهن أو الزيت الذي يكون على اعضاء طهارتك جامد له جرم يمنع وصول الماء فلا بد من إزالته قبل أن تتطهر، وإن لم يكن له جرم فإنه لا حرج عليك أن تتطهر وإن لم تغسله بالصابون، لكن أمرّ يدك على العضو عند غسله لئلا ينزلق الماء عنه. نعم.

Sumber:
https://binothaimeen.net/content/8929

 

Diterjemahkan oleh Abu Abdirrohman Sofian

Tinggalkan Balasan