Ringkasan Panduan dan Dalil Shalat Jenazah
Secara ringkas, poin-poin penting pelaksanaan sholat jenazah adalah sebagai berikut:
- Jumlah takbir 4 kali, boleh lebih dari itu hingga 9 kali, terlebih untuk jenazah orang alim atau yang memiliki keutamaan dalam Islam.
- Setelah takbiratul ihram, membaca alFatihah.
- Mengangkat kedua tangan setiap kali takbir seperti yang dilakukan Sahabat Nabi Ibnu Umar.
- Setelah takbir ke-2 membaca sholawat kepada Nabi, diutamakan sholawat yang diajarkan Nabi dalam tahiyyat sholat (Ibrahimiyyah).
- Setelah takbir ke-3 membaca doa untuk kaum muslimin secara umum dan doa untuk mayit secara khusus sebagaimana bacaan yang diajarkan Nabi.
- Setelah takbir ke-4 dan seterusnya (untuk sholat jenazah yang takbirnya lebih dari 4) boleh membaca doa untuk mayit lagi.
- Mengucapkan salam dua kali (menoleh ke kanan dan kiri), dan boleh juga hanya sekali ke arah kanan saja.
- Jika jenazahnya adalah laki-laki, Imam berdiri sejajar kepala jenazah. Jika jenazahnya perempuan, Imam berdiri di tengah jenazah.
Baca Juga: Hukum Ucapan Berkabung Saat Kematian Orang Kafir dan Hukum Mendoakannya
Berikut ini adalah penyebutan beberapa dalil terkait poin-poin di atas:
Jumlah Takbir Sholat Jenazah
عَنْ عَبْدِ اَلرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى قَالَ: – كَانَ زَيْدُ بْنُ أَرْقَمَ يُكَبِّرُ عَلَى جَنَائِزِنَا أَرْبَعًا, وَإِنَّهُ كَبَّرَ عَلَى جَنَازَةٍ خَمْسًا, فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ: كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يُكَبِّرُهَا – رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abdurrahman bin Abi Laila beliau berkata: Adalah Zaid bin Arqam radhiyallaahu anhu bertakbir terhadap jenazah-jenazah kami 4 kali, dan ia pernah bertakbir 5 kali terhadap satu jenazah, kemudian aku bertanya kepadanya. Ia mengatakan: Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam (pernah) bertakbir demikian.
(Hadits riwayat Muslim)عَنْ عَلِيٍّ رضي الله عنه – أَنَّهُ كَبَّرَ عَلَى سَهْلِ بْنِ حُنَيْفٍ سِتًّا, وَقَالَ: إِنَّهُ بَدْرِيٌّ – رَوَاهُ سَعِيدُ بْنُ مَنْصُورٍ.وَأَصْلُهُ فِي “اَلْبُخَارِيِّ
Dari Ali radhiyallahu anhu bahwasanya ia bertakbir terhadap jenazah Sahl bin Hunaif sebanyak 6 kali dan berkata: sesungguhnya ia adalah Sahabat yang ikut perang Badr.
(Hadits riwayat Said bin Manshur dan asalnya di riwayat alBukhari, (dishahihkan oleh al-Burqany))
Baca Juga: Apakah Disyariatkan Membacakan Yasin Kepada Orang Yang Akan Meninggal Dunia?
Doa dalam Sholat Jenazah
عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ – رضي الله عنه – قَالَ: – صَلَّى رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – عَلَى جَنَازَةٍ، فَحَفِظْتُ مِنْ دُعَائِهِ: “اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ, وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ, وَاعْفُ عَنْهُ, وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ, وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ, وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ, وَنَقِّهِ مِنَالْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اَلْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ, وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ, وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ, وَأَدْخِلْهُ اَلْجَنَّةَ, وَقِهِ فِتْنَةَ اَلْقَبْرِ وَعَذَابَ اَلنَّارِ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Auf bin Malik radhiyallahu anhu: Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam sholat terhadap jenazah kemudian aku hafal dari doanya (artinya): Ya Allah ampunilah dia, dan rahmatilah ia, dan berikan ia afiat, dan maafkan dia, mulyakan tempat tinggalnya, luaskan tempat masuknya, dan cucilah ia dengan air, salju,dan embun. dan bersihkan ia dari dosa sebagaimana terbersihkan kotoran putih dari noda. Dan gantikan kampung yang lebih baik dari kampungnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya. Masukkan ia ke dalam surga, dan lindungi dia dari fitnah kubur dan adzab neraka.
(Hadits riwayat Muslim)عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: – كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا صَلَّى عَلَى جَنَازَةٍ يَقُولُ: “اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا, وَمَيِّتِنَا, وَشَاهِدِنَا, وَغَائِبِنَا, وَصَغِيرِنَا, وَكَبِيرِنَا, وَذَكَرِنَا, وَأُنْثَانَا, اَللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى اَلْإِسْلَامِ, وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى اَلْإِيمَانِ, اَللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ, وَلَا تُضِلَّنَا بَعْدَهُ – رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah shollallaahu alaihi wasallam jika sholat jenazah berdoa: Ya Allah, ampuni orang yang hidup di antara kami, orang yang meninggal, orang yang hadir, yang tidak hadir, anak kecil, orang dewasa, laki, maupun perempuan. Ya Allah, siapa yang Engkau hidupkan di antara kami, hidupkan dalam Islam. Barangsiapa yang Engkau wafatkan, wafatkanlah dalam keimanan. Ya Allah janganlah Engkau haramkan untuk kami pahalanya, dan jangan Engkau sesatkan kami sepeninggalnya.
(Hadits riwayat Muslim)
Baca Juga: Meninggal di atas Kebid’ahan yang Belum Sampai Taraf Kafir
Kaifiyat (Tata Cara) Pelaksanaan Sholat Jenazah
عَنِ الْمُطَّلِب قَالَ قَامَ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِي اللهُ عَنْهُمَا يُصَلِّي عَلَى جَنَازَةٍ ، فَكَبَّرَ ثُمَّ افْتَتَحَ أُمَّ الْقُرْآن رَافِعًا بِهَا صَوْتَهُ ، ثُمَّ صَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَكَبَّرَ فَأَخْلَصَ لِلْمَيِّتِ الدُّعَاءَ ، ثُمَّ كَبَّرَ ، وَدَعَا لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ ، فَقَالَ : « يَا أَيُّهَا النَّاسُ ، إِنِّي وَاللهِ مَا رَفَعْتُ صَوْتِي بِالْقِرَاءَةِ إِلَّا لِتَعْلَمُوْا أَنَّهَا سُنَّةٌ
Dari al-Muththolib beliau berkata: Ibnu Abbas berdiri untuk sholat jenazah kemudian beliau bertakbir beliau mulai dengan al-Fatihah dengan mengeraskan suaranya. Kemudian bersholawat kepada Nabi shollallahu alaihi wasallam kemudian bertakbir mengikhlaskan doa untuk mayit kemudian bertakbir kemudian berdoa untuk orang-orang beriman laki-laki dan wanita. Kemudian beliau menghadap manusia dan berkata: Wahai sekalian manusia, sesungguhnya demi Allah, tidaklah aku keraskan suara dalam membaca kecuali agar kalian mengetahui bahwa itu adalah sunnah.
(H.R Ahmad bin Mani’, dinukil secara lengkap sanadnya oleh al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaany dalam al-Mathoolibul ‘Aaliyah, dengan sanad yang hasan)عَنْ أَبِي أُمَامَةَ بن سَهْلٍ أَنَّهُ أخبره رَجُلٌ من أَصْحَابِ النبي صلى اللَّهُ عليه وسلمأَنَّ السُّنَّةَ في الصَّلَاةِ على الْجِنَازَةِ أَنْ يُكَبِّرَ الْإِمَامُ ثُمَّ يَقْرَأَ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ بَعْدَ التَّكْبِيرَةِ الْأُولَى سِرًّا في نَفْسِهِ ثُمَّ يصلى على النبي صلى اللَّهُ عليه وسلم وَيُخْلِصَ الدُّعَاءَ لِلْمَيِّتِ في التَّكْبِيرَاتِ لَا يَقْرَأَ في شَيْءٍ مِنْهُنَّ ثُمَّ يُسَلِّمُ سِرًّا في نَفْسِهِ
Dari Abu Umamah bin Sahl bahwasanya telah mengkhabarkan kepadanya salah seorang Sahabat Nabi bahwa Sunnah dalam sholat jenazah adalah Imam bertakbir kemudian membaca alFatihah tidak dikeraskan setelah takbir pertama kemudian bersholawat kepada Nabi (setelah takbir ke-2), dan mengikhlaskan doa untuk mayit setelah takbir-takbir (berikutnya), tidak membaca suatu surat (selain alFatihah) kemudian salam tidak dikeraskan.
(H.R asy-Syafi’i dalam al-Umm (1/270) dan atThobarony dalam Musnad asy-Syamiyyiin. Riwayat asy-Syafii mengandung kelemahan karena adanya perawi Muthorrif bin Maazin, sedangkan riwayat atThobarony para perawinya terpercaya namun mursal. Namun kedua riwayat ini bisa saling menguatkan)
Baca Juga: Seorang yang Meninggal dengan Membawa Tanggungan Kewajiban Puasa
Posisi Imam Sholat Jenazah
عَنْ أَبِي غَالِبٍ قَالَ صَلَّيْتُ مَعَ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَلَى جَنَازَةِ رَجُلٍ فَقَامَ حِيَالَ رَأْسِهِ ثُمَّ جَاءُوا بِجَنَازَةِ امْرَأَةٍ مِنْ قُرَيْشٍ فَقَالُوا يَا أَبَا حَمْزَةَ صَلِّ عَلَيْهَا فَقَامَ حِيَالَ وَسَطِ السَّرِيرِ فَقَالَ لَهُ الْعَلَاءُ بْنُ زِيَادٍ هَكَذَا رَأَيْتَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ عَلَى الْجَنَازَةِ مُقَامَكَ مِنْهَا وَمِنَ الرَّجُلِ مُقَامَكَ مِنْهُ قَالَ نَعَمْ فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ احْفَظُوا
Dari Abu Gholib beliau berkata: Aku sholat jenazah bersama Anas bin Malik terhadap jenazah seorang laki-laki, kemudian beliau berdiri sejajar dengan kepala (mayit). Kemudian didatangkan jenazah wanita dari Quraisy kemudian manusia berkata: Wahai Abu Hamzah, sholatkanlah jenazah itu. Maka beliau berdiri sejajar tengah pembaringan. Kemudian al-Alaa’ bin Ziyaad berkata: Apakah demikian anda melihat Nabi shollallahu alaihi wasallam berdiri di jenazah laki dan wanita seperti posisi berdiri anda? Anas berkata: Ya. Ketika selesai, beliau berkata: Hafalkanlah.
(H.R atTirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan al-Albany)عَنْ سَمُرَةَ بْنِ جُنْدُبٍ – رضي الله عنه – قَالَ: – صَلَّيْتُ وَرَاءَ اَلنَّبِيِّ – صلى الله عليه وسلم – عَلَى امْرَأَةٍ مَاتَتْ فِي نِفَاسِهَا, فَقَامَ وَسْطَهَا – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Dari Samurah bin Jundab radhiyallahu anhu ia berkata: Aku sholat di belakang Rasulullah shollallaahu alaihi wasallam yang menyolati wanita yang meninggal dalam keadaan nifas, Nabi sholat (pada posisi) tengah jenazah itu.
(Muttafaqun alaih)
Dikutip dari buku “Fiqh Bersuci dan Sholat” dengan penyesuaian, penulis Abu Utsman Kharisman, penerbit Cahaya Sunnah Bandung