Rab 26 Safar 1447AH 20-8-2025AD

Doa Berlindung dari Kekafiran, Kefakiran, dan Adzab Kubur

Disunnahkan untuk berdoa kepada Allah meminta perlindungan dari kekafiran, kefakiran, dan adzab kubur sebanyak 3 kali di pagi hari dan sore hari berdasarkan hadits:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ، وَالْفَقْرِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ تُعِيدُهَا ثَلَاثًا حِينَ تُصْبِحُ، وَثَلَاثًا حِينَ تُمْسِي، فَتَدْعُو بِهِنَّ

ALLAAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MINAL KUFRI WAL FAQRI ALLAAHUMMA INNI A’UDZU BIKA MIN ‘ADZABIL QOBRI LAA ILAAHA ILLAA ANTA (Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur. Tidak ada sembahan yang benar kecuali Engkau). Diulangi 3 kali pada saat pagi dan 3 kali pada saat sore, berdoa dengannya (H.R Abu Dawud dan al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad dari Abu Bakrah, dinilai sanadnya hasan oleh Syaikh al-Albaniy)

Disunnahkan juga membaca doa kepada Allah meminta perlindungan dari kekafiran, kefakiran, dan adzab kubur itu saat di penghujung shalat. Dalam kaidah Ibnul Qoyyim rahimahullah doa semacam ini dibaca sebelum salam.

عَنْ مُسْلِمِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ، قَالَ: كَانَ أَبِي يَقُولُ فِي دُبُرِ الصَّلَاةِ: «اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، وَعَذَابِ الْقَبْرِ» ، فَكُنْتُ أَقُولُهُنَّ، فَقَالَ أَبِي: أَيْ بُنَيَّ، عَمَّنْ أَخَذْتَ هَذَا؟ قُلْتُ عَنْكَ، قَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُهُنَّ فِي دُبُرِ الصَّلَاةِ

Dari Muslim bin Abi Bakrah ia berkata: Ayah saya biasa mengucapkan di penghujung shalatnya: ALLAAHUMMA INNII A’UDZU BIKA MINAL KUFRI WAL FAQRI WA ADZAABIL QOBRI (Ya Allah, sesungguhnya aku meminta perlindungan kepada-Mu dari kekafiran, kefakiran, dan adzab kubur). Aku pun mengucapkan demikian. Kemudian ayahku (Abu Bakrah) bertanya: Wahai Ananda, dari siapa engkau mengambil (sunnah) bacaan itu? Aku berkata: Dari anda. Kemudian beliau berkata: Sesungguhnya Rasulullah shollallahu alaihi wasallam biasa mengucapkan hal itu di akhir shalat (H.R an-Nasaai, dinilai sanadnya shahih oleh Syaikh al-Albaniy)

Sebagian Ulama seperti an-Nasaai dan Ibnu Hajar al-Asqolaaniy menilai bahwa doa tersebut dibaca setelah salam. Sebagaimana penjelasan Syaikh Muhammad bin Ali bin Adam al-Ityubiy dalam Dzakhirotul Uqba fi Syarhil Mujtabaa.

Wallaahu A’lam.


Oleh: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan