Diutusnya Nabiyyur Rahmah
Salah satu sebutan untuk Nabi kita Muhammad shollallahu alaihi wasallam adalah Nabiyyur Rahmah, yaitu Nabi kasih sayang.
عَنْ أَبِى مُوسَى الأَشْعَرِىِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يُسَمِّى لَنَا نَفْسَهُ أَسْمَاءً فَقَالَ: أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَحْمَدُ وَالْمُقَفِّى وَالْحَاشِرُ وَنَبِىُّ التَّوْبَةِ وَنَبِىُّ الرَّحْمَةِ
Dari Abu Musa al-Asy’ariy ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam menyampaikan nama-nama diri beliau kepada kami. Beliau bersabda: Aku adalah Muhammad, Ahmad, al-Muqoffiiy (yang berada di akhir), al-Hasyir, Nabiyyut Taubah, dan Nabiyyur Rahmah
(H.R Muslim)
Diutusnya Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam adalah sebagai rahmat (kasih sayang) bagi semesta alam.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai kasih sayang bagi segenap alam
(Q.S al-Anbiyaa’ ayat 107)
Baca Juga: Apakah “Islam Rahmatan Lil ‘Alamin” itu?
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ
Wahai manusia, sesungguhnya aku adalah kasih sayang yang dihadiahkan (Allah kepada kalian)
(H.R Ibnu Sa’ad dalam atThobaqot dan lainnya)
Bagian dari kasih sayang itu, Allah tidaklah mengadzab suatu kaum ketika Nabi shollallahu alaihi wasallam masih berada di tengah-tengah mereka atau jika mereka masih senantiasa memohon ampunan kepada Allah.
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
Dan Allah sekali-kali tidaklah mengadzab mereka saat engkau berada di tengah-tengah mereka, dan Allah tidaklah mengadzab mereka selama mereka memohon ampunan
(Q.S al-Anfaal ayat 33)
Bagian dari kasih sayang itu, Nabi kita Muhammad shollallahu alaihi wasallam sangat bersemangat agar kita mendapat kebaikan. Beliau merasa sangat susah dan berat jika umatnya mengalami kesulitan dan penderitaan.
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rasul dari diri kalian sendiri yang terasa berat baginya hal yang menyusahkan kalian. Beliau sangat bersemangat agar kalian (mendapat kebaikan). Beliau pun sangat kasih dan sayang kepada orang-orang beriman
(Q.S atTaubah ayat 128)
Baca Juga: Menjadi Penyantun dengan Segera Berderma Meraih Kelapangan Dada
Saat berada di bulan Ramadhan, Nabi shollallahu alaihi wasallam pernah shalat malam sendirian. Ketika hal itu diketahui oleh sebagian Sahabat Nabi, mereka bergabung shalat malam bermakmum di belakang Nabi. Malam berikutnya semakin bertambah banyak orang yang bermakmum shalat malam bersama Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Namun di malam berikutnya beliau tidak keluar untuk shalat malam. Karena beliau khawatir akan diwajibkan shalat malam untuk umat beliau yang nantinya saat mereka mendapat kewajiban itu mereka tidak mampu melakukannya sehingga berdosa. Hal itu bagian dari kasih sayang Nabi kepada umatnya.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم خَرَجَ مِنْ جَوْفِ اللَّيْلِ فَصَلَّى فِى الْمَسْجِدِ فَصَلَّى رِجَالٌ بِصَلاَتِهِ فَأَصْبَحَ النَّاسُ يَتَحَدَّثُونَ بِذَلِكَ فَاجْتَمَعَ أَكْثَرُ مِنْهُمْ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِى اللَّيْلَةِ الثَّانِيَةِ فَصَلَّوْا بِصَلاَتِهِ فَأَصْبَحَ النَّاسُ يَذْكُرُونَ ذَلِكَ فَكَثُرَ أَهْلُ الْمَسْجِدِ مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ فَخَرَجَ فَصَلَّوْا بِصَلاَتِهِ فَلَمَّا كَانَتِ اللَّيْلَةُ الرَّابِعَةُ عَجَزَ الْمَسْجِدُ عَنْ أَهْلِهِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَطَفِقَ رِجَالٌ مِنْهُمْ يَقُولُونَ الصَّلاَةَ. فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حَتَّى خَرَجَ لِصَلاَةِ الْفَجْرِ فَلَمَّا قَضَى الْفَجْرَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ ثُمَّ تَشَهَّدَ فَقَالَ: أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّهُ لَمْ يَخْفَ عَلَىَّ شَأْنُكُمُ اللَّيْلَةَ وَلَكِنِّى خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ صَلاَةُ اللَّيْلِ فَتَعْجِزُوا عَنْهَا
Bahwa Rasulullah shollallahu alaihi wasallam keluar di waktu malam kemudian beliau shalat di masjid. Maka shalatlah sekelompok orang laki-laki bersama beliau. Pada pagi harinya manusia bercerita tentang hal itu. Sehingga pada malam kedua manusia berkumpul lebih banyak dan Nabi keluar menuju mereka shalat bersama mereka. Pada pagi harinya manusia bercerita tentang yang terjadi pada malam tersebut. Pada hari ketiga, orang yang berada di masjid menjadi lebih banyak lagi. Maka beliaupun keluar shalat bersama mereka. Pada malam keempat, masjid menjadi semakin penuh. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam tidak keluar menuju mereka. Ada sekelompok laki-laki yang berkata: shalat. Tapi Rasulullah shollallahu alaihi wasallam tidak keluar menuju mereka, hingga beliau keluar untuk shalat Subuh. Selesai shalat Subuh beliau menghadap manusia kemudian bertasyahhud dan bersabda: “Amma Ba’du: Sesungguhnya tadi malam tidaklah ada yang aku khawatirkan dari urusan kalian, akan tetapi aku takut shalat malam diwajibkan bagi kalian kemudian kalian merasa lemah untuk melakukannya (secara terus menerus sebagai kewajiban)”
(H.R Muslim dari Aisyah)
Nabi shollallahu alaihi wasallam tidak mau mendoakan keburukan kepada suatu kaum secara khusus. Pernah ada seseorang yang meminta agar Nabi mendoakan keburukan untuk Bani ‘Amir dan melaknat mereka, yang pada waktu itu masih musyrik, namun Nabi menolak. Beliau justru mendoakan hidayah untuk mereka. Kemudian beliau bersabda:
إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً
Sesungguhnya aku tidaklah diutus sebagai orang yang banyak melaknat. Sesungguhnya aku hanyalah diutus sebagai rahmat (kasih sayang)
(H.R Muslim)
atThibiy rahimahullah menyatakan:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُقَرِّبَ النَّاسَ إِلَى اللهِ تَعَالَى، وَإِلَى رَحْمَتِهِ، وَلَمْ أُبْعَثْ لِأُبْعِدَهُمْ عَنْهُ
Sesungguhnya aku hanyalah diutus untuk mendekatkan manusia kepada Allah Ta’ala dan rahmat-Nya. Aku bukan diutus untuk menjauhkan mereka dari-Nya
(al-Kaasyif ‘an Haqooiqis Sunan (12/3705) melalui al-Bahrul Muhiith ats-Tsajjaaj karya Syaikh Muhammad Adam al-Ityubiy (40/684))
Dikutip dari:
Buku “Islam Rahmatan Lil Alamin”, Abu Utsman Kharisman