Sen 5 Dzulkaidah 1445AH 13-5-2024AD

Untuk memahami apakah yang dimaksud dengan “Islam Rahmatan Lil ‘Alamin” itu, kita akan mengurai kata-kata atau frase yang menyusun kalimat tersebut. Kita urai menjadi 3 bagian besar, yaitu Islam, Rahmatan, dan Lil ‘Alamin.

Islam

Islam adalah agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam. Memiliki pokok-pokok dan prinsip yang sama dalam ketauhidan dan akidah dengan ajaran para Rasul sebelumnya. Semua Rasul mengajarkan umatnya untuk beribadah hanya kepada Allah semata, mentauhidkan Dia, dan meninggalkan peribadatan kepada selain-Nya.

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan tidaklah Kami mengutus seorang Rasul pun sebelummu kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada sembahan yang benar kecuali Aku (Allah), maka beribadahlah hanya kepada-Ku
(Q.S al-Anbiyaa’ ayat 25)


Baca Juga: Keimanan Dalam Hati Bisa Menjadi Usang Layaknya Baju


Di dalam ayat yang lain, Allah Azza Wa Jalla berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Dan sungguh Kami telah mengutus Rasul pada setiap umat agar mereka beribadah (hanya) kepada Allah dan menjauhi thaghut…
(Q.S an-Nahl ayat 36)

Apakah yang dimaksud dengan thaghut? Umar bin al-Khoththob radhiyallahu anhu mendefinisikan thaghut adalah setan. Sedangkan al-Imam Malik (guru al-Imam asy-Syafi’i) mendefinisikan thaghut sebagai segala sesuatu yang disembah selain Allah. Sebagian saudara kita ada yang keliru dalam menganggap pemerintah muslim sebagai thaghut. Kekeliruan itu haruslah diluruskan dengan ilmu dan hikmah.

Meski secara pokok-pokok agama sama, namun syariat pada ajaran Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam berbeda dengan syariat Nabi-Nabi sebelumnya. Seperti bagaimana mengatur hubungan pernikahan, bagaimana tata cara shalat, zakat, puasa, dan sisi-sisi syariat yang lainnya.

Syariat dalam Islam adalah syariat yang paling sempurna. Menyempurnakan syariat-syariat yang diberlakukan para Nabi pada umat-umat sebelumnya.


Baca Juga: Penjelasan Tentang Unsur-Unsur Keimanan


Rahmatan

Kata berikutnya adalah Rahmatan. Maknanya adalah kasih sayang yang dilandasi ketulusan mengharapkan kebaikan. Kasih sayang berarti tidak menginginkan pihak yang dikasihi mendapatkan kesengsaraan dan penderitaan. Kalaupun harus mengalami hal yang menyakitkan, itu untuk kemaslahatan yang lebih besar. Sebagai contoh, orangtua tidak berharap anaknya menderita atau mengalami sakit. Namun, ketika sang anak mengalami sakit yang parah dan harus dioperasi, bagian dari kasih sayang itu adalah merelakan pelaksanaan operasi untuk kemaslahatan yang lebih besar. Bahkan, jika terpaksa ada amputasi terhadap suatu anggota tubuh, itu dilakukan agar tidak berakibat fatal pada anaknya. Mengorbankan sebagian kecil dari anggota tubuh untuk keberlangsungan anggota-anggota tubuh yang lain.

Sebagai contoh lain, Nabi Khodhir merusak perahu yang dalam kondisi baik, dengan tujuan agar perahu itu tidak dirampas raja yang dzhalim. Kalau perahunya dalam kondisi baik, perahu itu akan dirampas, sehingga tidak bisa dimanfaatkan oleh pemiliknya. Tapi kalau dirusak sedikit, tidak jadi dirampas, dan nanti masih bisa diperbaiki serta dimanfaatkan kembali.

أَمَّا السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ فَأَرَدْتُ أَنْ أَعِيبَهَا وَكَانَ وَرَاءَهُمْ مَلِكٌ يَأْخُذُ كُلَّ سَفِينَةٍ غَصْبًا

Adapun perahu itu adalah milik orang-orang miskin yang bekerja di lautan. Maka aku ingin merusakkannya, karena di depan mereka ada raja yang merampas setiap perahu (yang masih baik kondisinya)
(Q.S al-Kahfi ayat 79)


Baca Juga: Nabi Adalah Manusia Paling Berjasa


Lil ‘Alamin

Sedangkan “Lil ‘Alamin” artinya adalah untuk semesta alam. Seluruh makhluk.

Al-‘Alamin bermakna seluruh makhluk. Sebagaimana dalam firman Allah Ta’ala:

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Segala puji bagi Allah Rabb (Pencipta; Penguasa; Pengatur) seluruh makhluk
(Q.S al-Fatihah ayat 2)

Para ahli tafsir ada yang mengartikan al-‘Alamin adalah seluruh makhluk. Ada pula yang mengartikan manusia dan jin.

Bagaimanapun, penyebaran dan penerapan ilmu Islam yang benar, yang bersumber dari al-Quran dan hadits yang shahih sebagaimana dipahami para Sahabat Nabi adalah kemaslahatan yang besar bagi seluruh alam semesta. Karena itu, seluruh makhluk bahkan termasuk ikan di lautan akan memintakan ampunan kepada Allah bagi orang-orang yang menuntut ilmu dan mengajarkan ilmu yang diwariskan para Nabi.

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانِ فِي الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

Barang siapa yang menempuh suatu perjalanan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan jalan baginya menuju surga. Sesungguhnya para Malaikat benar-benar meletakkan sayap-sayapnya sebagai bentuk keridhaan terhadap para penuntut ilmu. Sesungguhnya penuntut ilmu akan dimintakan ampunan oleh (semua makhluk) yang ada di langit dan di bumi bahkan sekalipun ikan yang ada di laut. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibandingkan orang ahli ibadah seperti keutamaan bulan atas seluruh bintang. Sesungguhnya para Ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya para Nabi tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham. Para Nabi hanyalah mewariskan ilmu. Barang siapa yang mengambil bagian ilmu tersebut, ia telah mengambil bagian yang banyak berlimpah
(H.R Ibnu Majah dari Abud Dardaa’)

Ilmu yang dimaksud adalah ilmu agama yang bersumber dari al-Quran dan hadits Nabi. Karena itulah yang diwariskan oleh para Nabi. Sedangkan ilmu-ilmu duniawi seperti sains dan teknologi, secara asalnya adalah mubah, menjadi baik jika dipergunakan untuk kebaikan.

Suatu hari, ada sebagian pihak yang membandingkan antara orang berilmu agama dengan orang ahli ibadah. Nabi shollallahu alaihi wasallam kemudian menjelaskan lebih utamanya orang yang berilmu agama yang benar. Beliau juga menjelaskan bahwa orang-orang yang mengajarkan kebaikan (alQuran, hadits) dengan pemahaman yang benar akan didoakan oleh seluruh makhluk di langit maupun di bumi, bahkan termasuk semut di sarangnya.

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ ذُكِرَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَانِ أَحَدُهُمَا عَابِدٌ وَالْآخَرُ عَالِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ

Dari Abu Umamah al-Bahiliy –semoga Allah meridhainya- ia berkata: Disebutkan kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam dua orang laki-laki. Salah satunya adalah ahli ibadah, sedangkan seorang lainnya adalah orang yang berilmu. Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Keutamaan orang yang berilmu dibandingkan orang ahli ibadah adalah seperti keutamaan aku dibandingkan orang yang paling rendah di antara kalian (para Sahabat Nabi). Kemudian Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya Allah dan para Malaikat maupun penduduk langit dan bumi hingga semut di sarangnya benar-benar bersholawat untuk para pengajar kebaikan untuk manusia
(H.R atTirmidzi)

Insyaallah rincian konsep “Islam Rahmatan Lil ‘Alamin” yang sesuai bimbingan alQuran dan hadits Nabi shollallahu alaihi wasallam akan dikupas pada bab-bab selanjutnya. Semoga Allah Azza Wa Jalla memberikan taufiq dan pertolongan.

 

Dikutip dari:
Draft naskah buku “Islam Rahmatan Lil Alamin”, Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan