Ibadah Dengan Puncak Kecintaan dan Perendahan Diri di Hadapan Allah
Syaikh Sulaiman bin Abdillah bin Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullah menyatakan:
Lafadz ibadah mengandung (makna) kesempurnaan perendahan diri (disertai dengan) kesempurnaan kecintaan. Seorang yang beribadah (menghamba) harus mencintai sesembahan yang diibadahinya dengan kesempurnaan cinta. Harus pula disertai kesempurnaan perendahan diri. Keduanya (kesempurnaan cinta dan kesempurnaan perendahan diri) tidaklah boleh dipersembahkan kecuali untuk Allah semata.
Hal itu mengandung kesempurnaan perasaan cinta, perendahan diri, pemuliaan, tawakkal, dan berdoa dalam hal yang tidak ada yang mampu kecuali oleh Allah. (Seluruh) jiwa membutuhkan Allah. Karena Dialah sesembahan yang dicintainya. Dialah puncak harapan dan tujuan. Dialah Rabb dan Sang Penciptanya.
Barang siapa yang beriman bahwasanya Allah adalah Rabb segala sesuatu dan Sang Penciptanya, namun dia tidak beribadah kepada Allah semata, padahal semestinya ia menjadikan Allah yang paling dicintai dibandingkan selain-Nya, paling ditakuti dibandingkan selain-Nya, paling diagungkan dibandingkan selain-Nya, paling diharapkan dibandingkan selain-Nya, namun justru menyamakan Allah dengan sebagian makhluk-Nya dalam kecintaan. Sehingga ia mencintai makhluk itu seperti kecintaannya kepada Allah. Takut kepada makhluk itu seperti perasaan takutnya kepada Allah. Berharap kepada makhluk itu seperti pengharapan ia kepada Allah. Berdoa kepada makhluk itu dalam hal yang tidak mampu melakukannya kecuali oleh Allah, maka ia adalah seorang musyrik yang tidak diampuni (dosanya) oleh Allah (jika ia tidak bertobat sebelum meninggal, pen) . Meskipun orang itu bersikap menjaga kehormatan dirinya dalam makanan, pernikahan, serta memiliki sifat penyantun lagi pemberani. (Meskipun ia memiliki perangai dan akhlak lain yang mulia, pen).
Sumber: atTaudhih an Tauhidil Khollaaq fi Jawaabi Ahlil Iraaq wa Tadzkiratu Ulil Albaab fi Thoriqoti asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab (1/350)
Naskah Asli dalam Bahasa Arab
قال الشيخ سليمان بن عبد الله بن محمد بن عبد الوهاب رحمه الله تعالى
ولفظ العبادة يتضمن كمال الذل بكمال الحب، فلا بد أن يكون العابد محبأً للإله المعبود كمال الحب، ولابد أن يكون ذليلاً كمال الذل، وهما لا يصلحان إلاَّ لله وحده، فهو الإله المستحق للعبادة الذي لا يستحقها إلاَّ هو، وذلك يتضمن كمال الحب والذل والإجلال والتوكل والدعاء بما لا يقدر عليه إلاَّ الله، والنفوس محتاجة إلى الله من حيث أنه معبودها الذي هو محبوبها، ومنتهى مرادها وبغيتها من حيث هو ربها وخالقها، فمن آمن بأن الله هو رب كل شيء وخالقه ولم يعبد الله وحده بحيث يكون الله أحب إليه من كل ما سواه، وأخشى عنده من كل ما سواه، وأعظم عنده مما سواه، وأرجى عنده من كل ما سواه، بل من سوى بين الله وبين بعض المخلوقات في الحب بحيث يحبه مثل ما يحب الله ويخشاه مثل ما يخشى الله ويرجوه مثل ما يرجو الله ويدعوه بما لا يقدر عليه إلاَّ الله مثل ما يدعو به الله فهو المشرك الشرك الذي لا يغفره الله، ولو كان مع ذلك عفيفاً في طعامه ونكاحه وكان حليماً شجاعاً
التوضيح عن توحيد الخلاق في جواب أهل العراق وتذكرة أولي الألباب في طريقة الشيخ محمد بن عبد الوهاب
Penerjemah: Abu Utsman Kharisman