Bersegeralah Beramal Sebelum Datang Fitnah

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- bahwasanya Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Bersegeralah beramal (sebelum datangnya) fitnah-fitnah yang akan datang bagaikan potongan-potongan malan yang gelap. (Jika fitnah itu telah datang) seseorang pada pagi harinya beriman, pada sore harinya menjadi kafir, atau ia pada sore harinya beriman, pagi harinya telah menjadi kafir. Ia jual agamanya (ditukar) dengan (kenikmatan) duniawi (H.R Muslim)
Penjelasan
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menyatakan:
Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Bersegeralah beramal.” Maksud dari “bersegeralah” adalah: segeralah menuju amalan tersebut. Dan yang dimaksud adalah amal saleh.
Amal saleh adalah amal yang dibangun di atas dua perkara: keikhlasan kepada Allah, dan mengikuti (sunnah) Rasulullah ﷺ. Inilah realisasi dari syahadat Lā ilāha illallāh dan Muhammadun Rasūlullāh.
Amal yang tidak ikhlas adalah bukan amal saleh. Sekiranya seseorang berdiri shalat, tetapi ia berbuat riya’ (pamer) kepada orang lain dengan shalatnya, maka amalnya tidak akan diterima. Walaupun ia telah memenuhi syarat-syarat shalat, rukun-rukunnya, wajib-wajibnya, sunnah-sunnahnya, thuma’ninah (ketenangan), dan menyempurnakannya secara sempurna di mata zahir (luar), namun shalat itu tidak diterima darinya, karena telah dicampuri oleh syirik.
Seseorang yang menyekutukan Allah dengan selain-Nya, Allah tidak akan menerima amalnya, sebagaimana dalam hadits sahih dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu dari perbuatan syirik.” Maksudnya, jika seseorang menyekutukan-Ku, Aku tidak butuh pada kesyirikannya itu. “Barang siapa yang melakukan suatu amalan di dalamnya ia menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, Aku akan tinggalkan dia dan sekutunya.”
Demikian juga: sekiranya seseorang ikhlas dalam amalnya, tetapi ia melakukan suatu bid’ah (perkara baru) yang tidak disyariatkan oleh Rasul ﷺ, maka amalnya tidak akan diterima meskipun ia ikhlas, bahkan meskipun ia menangis karena khusyuk, itu tidak akan bermanfaat baginya. Sebab, bid’ah disifati oleh Nabi ﷺ sebagai kesesatan, lalu Beliau bersabda: “Sesungguhnya setiap perkara yang baru (dalam agama) adalah bid’ah, dan setiap bid’ah adalah kesesatan.”
Kemudian beliau bersabda: “(sebelum datang) fitnah-fitnah seperti potongan malam yang gelap.” Beliau mengabarkan bahwa akan muncul fitnah-fitnah seperti potongan malam yang gelap—na’ūdzubillāh (kita berlindung kepada Allah)—yaitu fitnah yang sangat kelam dan gelap; cahaya tidak terlihat di dalamnya, wal ‘iyādzu billāh (kita berlindung kepada Allah). Seseorang tidak tahu ke mana ia harus melangkah; ia menjadi bingung, tidak tahu di mana jalan keluarnya. Aku memohon kepada Allah agar melindungi kita dari fitnah.
Fitnah itu ada yang berasal dari syubhat (kerancuan pemikiran/ilmu), dan ada yang berasal dari syahwat (dorongan hawa nafsu).
Fitnah syubhat adalah setiap fitnah yang dibangun di atas kebodohan. Termasuk di dalamnya adalah apa yang terjadi pada Ahlul Bid’ah (pelaku bid’ah) yang membuat bid’ah dalam akidah mereka yang tidak berasal dari syariat Allah, atau Ahlul Bid’ah yang membuat bid’ah dalam ucapan dan perbuatan mereka yang tidak berasal dari syariat Allah.
Sesungguhnya seseorang dapat terfitnah—wal ‘iyādzu billāh—lalu ia tersesat dari kebenaran disebabkan oleh syubhat. Termasuk juga di dalamnya: apa yang terjadi dalam muamalah (transaksi) dari perkara-perkara yang samar (al-musytabihah), yang sebenarnya jelas dalam hati orang yang yakin, tetapi samar dalam hati orang yang tersesat. Engkau mendapatinya melakukan suatu muamalah yang jelas-jelas haram, tetapi karena adanya noda dosa pada hatinya—nas’alullāhal ‘āfiyah (kita memohon keselamatan kepada Allah)—perkara itu menjadi samar baginya. Maka, buruknya amalnya dijadikan indah oleh syaitan baginya, dan ia menganggapnya baik. Allah telah berfirman mengenai mereka ini (yang artinya):
Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (QS. Al-Kahf: 103-104)
Maka, mereka inilah orang-orang yang paling merugi, wal ‘iyādzu billāh.
Fitnah juga berasal dari syahwat (hawa nafsu), yang berarti bahwa seseorang tahu ini haram, tetapi karena nafsunya mengajaknya untuk melakukannya, ia tidak peduli terhadap perintah, bahkan ia melakukan yang haram. Ia tahu bahwa ini wajib, tetapi nafsunya mengajaknya untuk bermalas-malasan sehingga ia meninggalkan kewajiban tersebut. Ini adalah fitnah syahwat, yaitu fitnah kehendak (kemauan).
Termasuk di dalamnya—bahkan termasuk yang paling besar—adalah fitnah syahwat zina atau liwāth (homoseksual), wal ‘iyādzu billāh. Ini termasuk yang paling berbahaya atas umat ini. Nabi ﷺ bersabda: “Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki selain dari fitnah wanita.” Dan Beliau bersabda: “Takutlah kalian terhadap wanita, karena sesungguhnya fitnah pertama Bani Israil adalah pada wanita.”
Dan saat ini, di tengah-tengah masyarakat kita, ada orang-orang yang menyeru kepada kerendahan (ar-radzīlah) ini – kita berlindung kepada Allah – dengan berbagai metode yang berkelok-kelok (licik). Mereka membelokkan seruan itu dengan nama-nama yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang mereka katakan.
Akan tetapi, nama-nama itu hanyalah sarana menuju tujuan yang mereka inginkan, yaitu: terbukanya penutup (kehormatan) wanita, dan keluarnya wanita dari rumahnya untuk berpartisipasi dengan laki-laki dalam pekerjaan-pekerjaannya, dan dengan itu timbullah keburukan dan bencana.
Tetapi kita memohon kepada Allah agar menjadikan tipu daya mereka berbalik menghantam leher mereka sendiri. Dan agar Allah memberikan kekuasaan kepada pemimpin-pemimpin kita untuk menghadapi mereka; dengan menjauhkan mereka dari segala hal yang menjadi sebab keburukan dan kerusakan di negeri ini, dan kita memohon kepada Allah Subḥānahu wa Ta’ālā agar menganugerahkan kepada pemimpin-pemimpin kita biṭānah (penasihat/pendamping) yang saleh; yang menunjukkan mereka kepada kebaikan dan mendorong mereka untuk melakukannya.
Sesungguhnya fitnah Bani Israil adalah pada wanita, dan itu adalah fitnah yang paling besar. Saat ini, ada orang-orang yang merancang segala macam tipu daya untuk merendahkan kehormatan wanita, dengan tujuan untuk menjadikan wanita seperti gambar, seperti boneka, sekadar syahwat dan bunga yang dinikmati oleh orang-orang fasik dan orang-orang rendahan dari kalangan manusia, yang memandangi wajahnya setiap saat dan setiap waktu — wal ‘iyādzu billāh (kita berlindung kepada Allah).
Akan tetapi — dengan kekuatan Allah — doa kaum Muslimin akan melingkupi mereka, dan akan menekan serta mengembalikan mereka dalam keadaan gagal dan kecewa. Dan wanita Saudi — bahkan wanita di setiap tempat di negeri-negeri Islam — akan tetap dihormati dan dijaga, sesuai dengan kedudukan yang telah ditetapkan Allah ‘Azza wa Jalla baginya.
Rasul ﷺ telah memperingatkan kita dari fitnah-fitnah yang seperti potongan malam yang gelap, di mana seseorang pagi hari beriman lalu sore hari menjadi kafir, wal ‘iyādzu billāh. Dalam satu hari ia murtad dari Islam, keluar dari agama, atau sore hari beriman dan pagi hari menjadi kafir. Kita memohon keselamatan kepada Allah.
Mengapa? “Ia menjual agamanya dengan sedikit perhiasan dunia.” Janganlah kamu mengira bahwa ‘arad (perhiasan/persembahan) dunia itu hanyalah harta. Semua perhiasan dunia adalah ‘arad (semua hal fana), baik itu harta, kedudukan, jabatan, wanita, atau selainnya. Semua kenikmatan dunia adalah ‘arad.
Maka, mereka yang pagi beriman lalu sore kafir, atau sore beriman lalu pagi kafir, semuanya adalah orang-orang yang menjual agama mereka dengan perhiasan dunia. Kita memohon kepada Allah agar melindungi kita dan kalian dari fitnah. Mohonlah perlindungan selalu, wahai saudaraku, dari fitnah.
Betapa agungnya apa yang diperintahkan oleh Nabi kita ﷺ, di mana Beliau bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian bertasyahhud—yakni tasyahhud akhir—maka hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara. Ia mengucapkan: ‘Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal’.” Kami memohon kepada Allah agar meneguhkan kita dan kalian dengan perkataan yang teguh di kehidupan dunia dan akhirat.
Sumber: Syarh Riyadhus Shalihin 2/16-20)
Naskah dalam Bahasa Arab
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا ». (رواه مسلم)
قَالَ الشَّيْخُ مُحَمَّدُ بْنُ صَالِحٍ الْعُثَيْمِينُ رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ). وَبَادِرُوا: يَعْنِي أَسْرِعُوا إِلَيْهَا؛ وَالْمُرَادُ الْأَعْمَالُ الصَّالِحَةُ؛ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ مَا بُنِيَ عَلَى أَمْرَيْنِ: الْإِخْلَاصِ لِلَّهِ، وَالْمُتَابَعَةِ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَهَذَا تَحْقِيقُ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ. فَالْعَمَلُ الَّذِي لَيْسَ بِخَالِصٍ لَيْسَ بِصَالِحٍ، لَوْ قَامَ الْإِنْسَانُ يُصَلِّي؛ وَلَكِنَّهُ يُرَائِي النَّاسَ بِصَلَاتِهِ، فَإِنَّ عَمَلَهُ لَا يُقْبَلُ؛ حَتَّى لَوْ أَتَى بِشُرُوطِ الصَّلَاةِ، وَأَرْكَانِهَا، وَوَاجِبَاتِهَا، وَسُنَنِهَا، وَطُمَأْنِينَتِهَا، وَأَصْلَحَهَا إِصْلَاحًا تَامًّا فِي الظَّاهِرِ، لَكِنَّهَا لَا تُقْبَلُ مِنْهُ، لِأَنَّهَا خَالَطَهَا الشِّرْكُ، وَالَّذِي يُشْرِكُ بِاللَّهِ مَعَهُ غَيْرَهُ لَا يَقْبَلُ اللَّهُ عَمَلَهُ، كَمَا فِي الْحَدِيثِ الصَّحِيحِ؛ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ) يَعْنِي إِذَا أَحَدٌ شَارَكَنِي؛ فَأَنَا غَنِيٌّ عَنْ شِرْكِهِ، (مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ).
كَذَلِكَ أَيْضًا: لَوْ أَنَّ الْإِنْسَانَ أَخْلَصَ فِي عَمَلِهِ، لَكِنَّهُ أَتَى بِبِدْعَةٍ مَا شَرَعَهَا الرَّسُولُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ؛ فَإِنَّ عَمَلَهُ لَا يُقْبَلُ حَتَّى لَوْ كَانَ مُخْلِصًا، حَتَّى لَوْ كَانَ يَبْكِي مِنَ الْخُشُوعِ، فَإِنَّهُ لَا يَنْفَعُهُ ذَلِكَ؛ لِأَنَّ الْبِدْعَةَ وَصَفَهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِأَنَّهَا ضَلَالَةٌ، فَقَالَ: (فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ).
**ثُمَّ قَالَ: (فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ) أَخْبَرَ أَنَّهُ سَتُوجَدُ فِتَنٌ كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ ـ نَعُوذُ بِاللَّهِ ـ يَعْنِي أَنَّهَا مُدْلَهِمَّةٌ مُظْلِمَةٌ؛ لَا يُرَى فِيهَا النُّورُ وَالْعِيَاذُ بِاللَّهِ، وَلَا يَدْرِي الْإِنْسَانُ أَيْنَ يَذْهَبُ؛ يَكُونُ حَائِرًا، مَا يَدْرِي أَيْنَ الْمَخْرَجُ، أَسْأَلُ اللَّهَ أَنْ يُعِيذَنَا مِنَ الْفِتَنِ.
وَالْفِتَنُ مِنْهَا مَا يَكُونُ مِنَ الشُّبُهَاتِ، وَمِنْهَا مَا يَكُونُ مِنَ الشَّهَوَاتِ، فَفِتَنُ الشُّبُهَاتِ: كُلُّ فِتْنَةٍ مَبْنِيَّةٍ عَلَى الْجَهْلِ، وَمِنْ ذَلِكَ مَا حَصَلَ مِنْ أَهْلِ الْبِدَعِ الَّذِينَ ابْتَدَعُوا فِي عَقَائِدِهِمْ مَا لَيْسَ مِنْ شَرِيعَةِ اللَّهِ، أَوْ أَهْلِ الْبِدَعِ الَّذِينَ ابْتَدَعُوا فِي أَقْوَالِهِمْ وَأَفْعَالِهِمْ مَا لَيْسَ مِنْ شَرِيعَةِ اللَّهِ، فَإِنَّ الْإِنْسَانَ قَدْ يُفْتَنُ ـ وَالْعِيَاذُ بِاللَّهِ ـ فَيَضِلُّ عَنِ الْحَقِّ بِسَبَبِ الشُّبْهَةِ.
وَمِنْ ذَلِكَ أَيْضًا: مَا يَحْصُلُ فِي الْمُعَامَلَاتِ مِنَ الْأُمُورِ الْمُشْتَبِهَةِ الَّتِي هِيَ وَاضِحَةٌ فِي قَلْبِ الْمُوقِنِ، مُشْتَبِهَةٌ فِي قَلْبِ الضَّالِّ وَالْعِيَاذُ بِاللَّهِ، تَجِدُهُ يَتَعَامَلُ مُعَامَلَةً تَبِينُ أَنَّهَا مُحَرَّمَةٌ، لَكِنْ لِمَا عَلَى قَلْبِهِ مِنْ رَيْنِ الذُّنُوبِ ـ نَسْأَلُ اللَّهَ الْعَافِيَةَ ـ يَشْتَبِهُ عَلَيْهِ الْأَمْرُ، فَيُزَيِّنُ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ، وَيَظُنُّهُ حَسَنًا، وَقَدْ قَالَ اللَّهُ فِي هَؤُلَاءِ: (قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا) (الْكَهْفُ: 103، 104)، فَهَؤُلَاءِ هُمُ الْأَخْسَرُونَ وَالْعِيَاذُ بِاللَّهِ.
وَتَكُونُ الْفِتَنُ ـ أَيْضًا ـ مِنَ الشَّهَوَاتِ، بِمَعْنَى أَنَّ الْإِنْسَانَ يَعْرِفُ أَنَّ هَذَا حَرَامٌ، وَلَكِنْ لِأَنَّ نَفْسَهُ تَدْعُوهُ إِلَيْهِ فَلَا يُبَالِي بِالْأَمْرِ بَلْ يَفْعَلُ الْحَرَامَ، وَيَعْلَمُ أَنَّ هَذَا وَاجِبٌ، لَكِنَّ نَفْسَهُ تَدْعُوهُ لِلْكَسَلِ فَيَتْرُكُ هَذَا الْوَاجِبَ، هَذِهِ فِتْنَةُ شَهْوَةٍ، يَعْنِي فِتْنَةُ إِرَادَةٍ، وَمِنْ ذَلِكَ أَيْضًا ـ بَلْ مِنْ أَعْظَمِ مَا يَكُونُ ـ فِتْنَةُ شَهْوَةِ الزِّنَا أَوِ اللِّوَاطِ وَالْعِيَاذُ بِاللَّهِ، وَهَذِهِ مِنْ أَضَرِّ مَا يَكُونُ عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ، قَالَ النَّبِيُّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ) وَقَالَ: (اتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ، وَلَدَيْنَا الْآنَ ـ وَفِي مُجْتَمَعِنَا ـ مَنْ يَدْعُو إِلَى هَذِهِ الرَّذِيلَةِ ـ وَالْعِيَاذُ بِاللَّهِ ـ بِأَسَالِيبَ مُلْتَوِيَةٍ، يَلْتَوُونَ فِيهَا بِأَسْمَاءٍ لَا تَمُتُّ إِلَى مَا يَقُولُونَ بِصِلَةٍ، لَكِنَّهَا وَسِيلَةٌ إِلَى مَا يُرِيدُونَ؛ مِنْ تَهَتُّكِ لِسِتْرِ الْمَرْأَةِ، وَخُرُوجِهَا مِنْ بَيْتِهَا لِتُشَارِكَ الرَّجُلَ فِي أَعْمَالِهِ، وَيَحْصُلُ بِذَلِكَ الشَّرُّ وَالْبَلَاءُ، وَلَكِنْ نَسْأَلُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَ كَيْدَهُمْ فِي نُحُورِهِمْ، وَأَنْ يُسَلِّطَ حُكَّامَنَا عَلَيْهِمْ؛ بِإِبْعَادِهِمْ عَنْ كُلِّ مَا يَكُونُ سَبَبًا لِلشَّرِّ وَالْفَسَادِ فِي هَذِهِ الْبِلَادِ، وَنَسْأَلُ اللَّهَ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَنْ يُوَفِّقَ لِحُكَّامِنَا بِطَانَةً صَالِحَةً؛ تَدُلُّهُمْ عَلَى الْخَيْرِ، وَتَحُثُّهُمْ عَلَيْهِ.
إِنَّ فِتْنَةَ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ، وَهِيَ أَعْظَمُ فِتْنَةٍ، وَهُنَاكَ أُنَاسٌ الْآنَ يَحِيكُونَ كُلَّ حِيَاكَةٍ مِنْ أَجْلِ أَنْ يُهْدِرُوا كَرَامَةَ الْمَرْأَةِ، مِنْ أَجْلِ أَنْ يَجْعَلُوهَا كَالصُّورَةِ، كَالدُّمَى، مُجَرَّدَ شَهْوَةٍ وَزَهْرَةٍ يَتَمَتَّعُ بِهَا الْفُسَّاقُ وَالسُّفَلَاءُ مِنَ النَّاسِ، يَنْظُرُونَ إِلَى وَجْهِهَا كُلَّ حِينٍ وَكُلَّ سَاعَةٍ وَالْعِيَاذُ بِاللَّهِ، وَلَكِنْ ـ بِحَوْلِ اللَّهِ ـ أَنَّ دُعَاءَ الْمُسْلِمِينَ سَوْفَ يُحِيطُ بِهِمْ، وَسَوْفَ يَكْبِتُهُمْ وَيَرُدُّهُمْ عَلَى أَعْقَابِهِمْ خَائِبِينَ، وَسَوْفَ تَكُونُ الْمَرْأَةُ السُّعُودِيَّةُ ـ بَلِ الْمَرْأَةُ فِي كُلِّ مَكَانٍ مِنْ بِلَادِ الْإِسْلَامِ ـ مُحْتَرَمَةً مَصُونَةً، حَيْثُ وَضَعَهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ. الْمُهِمُّ أَنَّ الرَّسُولَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ حَذَّرَنَا مِنْ هَذِهِ الْفِتَنِ الَّتِي هِيَ كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ، يُصْبِحُ الْإِنْسَانُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا، وَالْعِيَاذُ بِاللَّهِ. يَوْمٌ وَاحِدٌ يَرْتَدُّ عَنِ الْإِسْلَامِ، يَخْرُجُ مِنَ الدِّينِ، وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا. نَسْأَلُ اللَّهَ الْعَافِيَةَ. لِمَاذَا؟ (يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا) وَلَا تَظُنَّ أَنَّ الْعَرَضَ مِنَ الدُّنْيَا هُوَ الْمَالُ، كُلُّ مَتَاعِ الدُّنْيَا عَرَضٌ، سَوَاءٌ مَالٌ، أَوْ جَاهٌ أَوْ رِئَاسَةٌ، أَوْ نِسَاءٌ، أَوْ غَيْرُ ذَلِكَ، كُلُّ مَا فِي الدُّنْيَا مِنْ مَتَاعٍ فَإِنَّهُ عَرَضٌ، كَمَا قَالَ تَعَالَى: (تَبْتَغُونَ عَرَضَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللَّهِ مَغَانِمُ كَثِيرَةٌ) (النِّسَاءُ: 94) فَمَا فِي الدُّنْيَا كُلُّهُ عَرَضٌ.
فَهَؤُلَاءِ الَّذِينَ يُصْبِحُونَ مُؤْمِنِينَ وَيُمْسُونَ كُفَّارًا، أَوْ يُمْسُونَ مُؤْمِنِينَ وَيُصْبِحُونَ كُفَّارًا، كُلُّهُمْ يَبِيعُونَ دِينَهُمْ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا، نَسْأَلُ اللَّهَ أَنْ يُعِيذَنَا وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفِتَنِ. وَاسْتَعِيذُوا دَائِمًا يَا إِخْوَانِي مِنَ الْفِتَنِ، وَمَا أَعْظَمَ مَا أَمَرَنَا بِهِ نَبِيُّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ، حَيْثُ قَالَ: (إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ ـ يَعْنِي التَّشَهُّدَ الْأَخِيرَ ـ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ، يَقُولُ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ) نَسْأَلُ اللَّهَ أَنْ يُثَبِّتَنَا وَإِيَّاكُمْ بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ.
مصدر: شَرْحُ رِيَاضِ الصَّالِحِين للشيخ ابن عثيمين

Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.