Sen 19 Jumadil awal 1447AH 10-11-2025AD
Beranda » Latest » Artikel » Hadits » Makalah Kajian “Mewaspadai Hadits-hadits Palsu”

Makalah Kajian “Mewaspadai Hadits-hadits Palsu”

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ، مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta atas nama orang lain. Barang siapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, silakan ambil tempat duduknya di neraka (H.R al-Bukhari dari al-Mughiroh)

مَنْ حَدَّثَ عَنِّي حَدِيثًا وَهُوَ يَرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الكَاذِبِينَ

Barang siapa yang menyampaikan hadits dariku dan ia memandang bahwa itu adalah dusta, maka ia adalah salah satu dari para pendusta (H.R atTirmidzi dan Ibnu Majah dari al-Mughiroh bin Syu’bah)

يَكُونُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ دَجَّالُونَ، كَذَّابُونَ، يَأْتُونَكُمْ مِنَ الأَحَادِيثِ بِمَا لم تَسْمَعُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ، فَإِيَّاكُمْ وَإِيَّاهُمْ، لَا يُضِلُّونَكُمْ، وَلَا يَفْتِنُونَكُمْ

Pada akhir zaman akan ada para Dajjal para pendusta, yang menyampaikan kepada kalian hadits-hadits yang tidak pernah didengar oleh kalian maupun ayah-ayah kalian. Berhati-hatilah kalian terhadap mereka. Janganlah kalian disesatkan atau mendapatkan fitnah dari mereka (H.R Muslim dalam Muqoddimah Shahihnya)

Atsar Sahabat Nabi Ibnu Abbas

عَنْ طَاوُسٍ قَالَ جَاءَ هَذَا إِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ – يَعْنِى بُشَيْرَ بْنَ كَعْبٍ – فَجَعَلَ يُحَدِّثُهُ فَقَالَ لَهُ ابْنُ عَبَّاسٍ عُدْ لِحَدِيثِ كَذَا وَكَذَا. فَعَادَ لَهُ ثُمَّ حَدَّثَهُ فَقَالَ لَهُ عُدْ لِحَدِيثِ كَذَا وَكَذَا. فَعَادَ لَهُ فَقَالَ لَهُ مَا أَدْرِى أَعَرَفْتَ حَدِيثِى كُلَّهُ وَأَنْكَرْتَ هَذَا أَمْ أَنْكَرْتَ حَدِيثِى كُلَّهُ وَعَرَفْتَ هَذَا فَقَالَ لَهُ ابْنُ عَبَّاسٍ إِنَّا كُنَّا نُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذْ لَمْ يَكُنْ يُكْذَبُ عَلَيْهِ فَلَمَّا رَكِبَ النَّاسُ الصَّعْبَ وَالذَّلُولَ تَرَكْنَا الْحَدِيثَ عَنْهُ.

Dari Thowus ia berkata: Orang ini – yaitu Busyair bin Ka’ab- datang kepada Ibnu Abbas. Ia kemudian menyampaikan hadits. Ibnu Abbas berkata kepadanya: Ulangi hadits ini dan ini. Maka ia mengulanginya kemudian menyampaikan hadits (lain) kepadanya. Ibnu Abbas berkata: Ulangi hadits ini dan ini. Iapun mengulanginya dan berkata: Aku tidak tahu apakah anda mengetahui haditsku semuanya dan mengingkari yang ini atau anda mengingkari haditsku seluruhnya dan mengetahui yang ini. Ibnu Abbas berkata: Dulu kami menyampaikan hadits dari Rasulullah shollallahu alaihi wasallam, (pada saat itu) tidak ada kedustaan atas nama beliau. Ketika manusia sudah menempuh jalanan yang sulit dan mudah (bermudah-mudahan menerima hadits, pent) maka kamipun meninggalkan hadits darinya (riwayat Muslim dalam Muqoddimah Shahihnya)

عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ جَاءَ بُشَيْرٌ الْعَدَوِىُّ إِلَى ابْنِ عَبَّاسٍ فَجَعَلَ يُحَدِّثُ وَيَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَعَلَ ابْنُ عَبَّاسٍ لاَ يَأْذَنُ لِحَدِيثِهِ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِ فَقَالَ يَا ابْنَ عَبَّاسٍ مَا لِى لاَ أَرَاكَ تَسْمَعُ لِحَدِيثِى أُحَدِّثُكَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَلاَ تَسْمَعُ. فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ إِنَّا كُنَّا مَرَّةً إِذَا سَمِعْنَا رَجُلاً يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ابْتَدَرَتْهُ أَبْصَارُنَا وَأَصْغَيْنَا إِلَيْهِ بِآذَانِنَا فَلَمَّا رَكِبَ النَّاسُ الصَّعْبَ وَالذَّلُولَ لَمْ نَأْخُذْ مِنَ النَّاسِ إِلاَّ مَا نَعْرِفُ.

Dari Mujahid ia berkata: Datang Busyair al-‘Adawiy kepada Ibnu Abbas menyampaikan hadits. Ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda…Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda…. Ibnu Abbas tidak terlalu mendengarkan haditsnya dan tidak melihat ke arahnya. Maka Busyair berkata: Wahai Ibnu Abbas, mengapa anda tidak mendengarkan haditsku padahal aku menyampaikan hadits dari Rasulullah shollallahu alaihi wasallam, tapi anda tidak mendengarnya? Ibnu Abbas berkata: Dulu kami jika mendengar seseorang berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda…kami fokuskan penglihatan dan pendengaran kami padanya. Namun ketika manusia sudah mulai menempuh jalan yang sulit dan mudah (tidak selektif dalam menerima hadits, pent), maka kami tidaklah mengambil (hadits) dari manusia kecuali yang kami kenal (riwayat Muslim dalam Muqoddimah Shahihnya)

Ucapan Ibnu Sirin (Murid Para Sahabat Nabi)

عَنِ ابْنِ سِيرِينَ قَالَ لَمْ يَكُونُوا يَسْأَلُونَ عَنِ الإِسْنَادِ فَلَمَّا وَقَعَتِ الْفِتْنَةُ قَالُوا سَمُّوا لَنَا رِجَالَكُمْ فَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ فَيُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ وَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ الْبِدَعِ فَلاَ يُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ.

Dari Ibnu Sirin ia berkata: Dulu mereka tidaklah bertanya tentang isnad. Ketika terjadi fitnah (terbunuhnya Utsman, pen), mereka berkata: Sebutkanlah nama para perawi (hadits) kalian. Untuk dilihat (apakah berasal dari) Ahlussunnah, sehingga diambil (diterima) haditsnya. Dan dilihat (apakah berasal dari) Ahlul Bid’ah sehingga tidak diambil hadits mereka (riwayat Muslim dalam Muqoddimah Shahihnya)

Terjadinya Pemalsuan Hadits

Hammad bin Zaid rahimahullah menyatakan:

‌وَضَعَتِ ‌الزَّنَادِقَةُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم اثْنَي عَشَرَ أَلْفَ حَدِيثٍ

Orang-orang zindiq memalsukan hadits atas Rasulullah shollallahu alaihi wasallam sebanyak 12 ribu hadits (riwayat al-Uqoiliy dalam ad-Dhu’afaa’ul Kabiir)

Pengakuan dari Orang-orang yang Pernah Memalsukan Hadits

Pengakuan dari Abdul Karim bin Abil Aujaa’, seorang zindiq:

‌لَقَدْ ‌وَضَعْتُ ‌فِيْكُم ‌أَرْبَعَةَ آلَافِ حَدِيثٍ أُحَرِّمُ فِيهَا الْحَلَالَ وَأُحِلُّ فِيْهَا الْحَرَامَ

Sungguh aku telah memalsukan di tengah-tengah kalian 4 ribu hadits. Aku haramkan yang halal dan aku halalkan yang haram di dalamnya (al-La-aaliy al-Mashnu’ah fil Ahaadits al-Maudhu’ah karya as-Suyuthiy 2/389)

Ismail bin Ibrahim berkata:

أَخَذَ هَارُوْنُ الرَّشِيْدُ زِنْدِيْقًا فَأَمَرَ بِضَرْبِ عُنُقِهِ فَقَالَ لَهُ الزِّنْدِيْقُ لِمَ تَضْرِبُ عُنُقِي يَا أَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ قَالَ أُرِيْحُ الْعِبَادَ مِنْكَ قَالَ فَأَيْنَ أَنْتَ مِنْ أَلْفِ حَدِيْثٍ وَضَعُتَهَا عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َكُلُّهَا مَا فِيْهَا حَرْفٌ نَطَقَ بِهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَأَيْنَ أَنْتَ يَا عَدُوَّ اللهِ مِنْ أَبِي إِسْحَاق الْفَزَارِي وَعَبْدِ اللهِ بْنِ الْمُبَارَك ‌يَنْخُلَّانِهَا فَيُخْرِجَانِهَا حَرْفًا حَرْفًا

Harun arRasyid menangkap seorang zindiq. Beliau pun menyuruh agar orang itu dipenggal lehernya (sebagai hukuman mati). Orang zindiq itu berkata: Mengapa anda hendak memenggal leher saya wahai Amirul Mukminin? Harun arRasyid berkata: Aku ingin membuat para hamba beristirahat dari (kejahatan)mu. Orang zindiq itu berkata: Bagaimana engkau bisa menghentikan (tersebarnya) 1000 hadits yang aku palsukan atas nama Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Semuanya tidak ada sehuruf pun yang disabdakan oleh Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Maka Harun arRasyid berkata: Bagaimana engkau bisa menghindar wahai musuh Allah dari Abu Ishaq al-Fazaariy dan Abdullah Ibnul Mubarak (2 Ulama) yang akan mengurai huruf per huruf membongkar kedok pemalsuan hadits itu? (riwayat Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq 7/127)

Mu’allaa bin Abdirrahman al-Wasithiy menyatakan saat akan meninggal dunia:

أَلَا أَرْجُو أَنْ يُغْفَرَ لِي وَقَدْ ‌وَضَعَتُ ‌فِي ‌فَضْلِ ‌عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ ، رضي الله عنه ، تِسْعِينَ حَدِيثًا

Tidakkah aku berharap agar Allah mengampuni aku. Sungguh aku telah memalsukan hadits tentang keutamaan Ali bin Abi Tholib sebanyak 90 hadits (ad-Dhu’afaa’ul Kabiir karya al-Uqailiy 4/215)

عَنِ ابْنِ لَهِيعَةَ ، قَالَ: سَمِعْتُ شَيْخًا ، مِنَ الْخَوَارِجِ وَهُوَ يَقُولُ: إِنَّ هَذِهِ الْأَحَادِيثَ دِينٌ ، فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ ، فَإِنَّا كُنَّا إِذَا هَوِينَا أَمْرًا ‌صَيَّرْنَاهُ ‌حَدِيثًا

Dari Ibnu Lahi’ah ia berkata: Aku mendengar seorang syaikh dari Khawarij (yang bertobat) berkata: Sesungguhnya hadits-hadits ini adalah agama kalian. Lihatlah dari siapa kalian mengambil agama kalian. Dahulu kami jika ada kecenderungan hawa nafsu kami kepada sesuatu, kami pun menjadikannya (membuat-buat) sebuah hadits (al-Kifaayah fi Ilmir Riwaayah karya al-Khothib al-Baghdadiy halaman 123)

Ada yang sengaja memalsukan hadits tujuannya untuk memotivasi orang pada kebaikan.

قِيلَ لِأَبِي عِصْمَةَ مِنْ أَيْنَ لَكَ عِنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنه فِي فَضَائِلِ الْقُرْآنِ سُورَةٍ سُورَةٍ وَلَيْسَ عِنْدَ أَصْحَابِ عِكْرِمَةَ هَذَا فَقَالَ إِنِّي قَدْ رَأَيْتُ النَّاسَ قَدْ أَعْرَضُوا عَنِ الْقُرْآنِ وَاشْتَغَلُوا بِفِقْهِ أَبِي حَنِيفَةَ وَمَغَازِي مُحَمَّدِ بْنِ إِسْحَاقَ ‌فَوَضَعْتُ هَذَا الْحَدِيثَ حِسْبَةً

Ditanyakan kepada Abu ‘Ishmah (Nuh bin Abi Maryam): Dari mana anda mendapatkan riwayat hadits dari Ikrimah dari Ibnu Abbas tentang keutamaan surah-surah alQuran? Padahal murid-murid Ikrimah saja tidak pernah menyampaikan hadits ini. Ia berkata: Aku melihat orang-orang telah berpaling dari alQuran dan mereka sibuk mempelajari fiqh Abu Hanifah maupun kitab Maghoziy Muhammad bin Ishaq, maka aku pun memalsukan hadits ini karena berharap pahala (riwayat al-Hakim dalam al-Madkhal Ilaa Kitabi Iklil)

ابْنُ مَهْدِي يَقُوْلُ لِمَيْسَرَة بْنِ عَبْدِ رَبِّهِ: مِنْ أَيْنَ جِئْتَ بِهَذِهِ الْأَحَادِيْثِ مَنْ قَرَأَ كَذَا فَلَهُ كَذَا؟ قَالَ: ‌وَضَعْتُهَا ‌أُرَغِّبُ ‌النَّاسَ ‌فِيْهَا

Ibnu Mahdi berkata kepada Maisaroh bin Abdi Robbih: Dari mana engkau menyampaikan hadits-hadits: Barang siapa yang membaca surah ini, ia akan mendapatkan pahala demikian… Ia (Maisaroh bin Abdi Robbih) berkata: Aku memalsukannya dengan tujuan agar manusia semangat membaca surah-surah tersebut (al-Majruhin karya Ibnu Hibban 1/65).

Sebagian Contoh Hadits Maudhu’ (Palsu)

حُبُّ الْوَطَنِ مِنَ الْإِيْمَانِ

Cinta tanah air adalah bagian dari keimanan (dinilai palsu oleh as-Shoghoniy yang wafat tahun 650 H dalam kitab al-Maudhu’aat)

مَنْ حَجَّ الْبَيْتَ وَلَمْ يَزُرْنِي فَقَدْ جَفَانِي

Barang siapa yang berhaji ke Baitullah namun tidak berziarah kepadaku, maka ia telah bersikap lancang (tidak beradab) kepadaku (dinilai palsu oleh as-Shoghoniy dan Ibnul Jauziy dalam kitab al-Maudhu’aat)

مَنْ زَارَ قَبْرَ أَبَوَيْهِ أَوْ أَحَدِهِمَا فِي كُلِّ جُمُعَةٍ غُفِرَ لَهُ وَكُتِبَ بَرًّا

Barang siapa yang berziarah ke kuburan kedua orangtuanya atau salah seorang dari mereka pada setiap hari Jumat, akan diampuni dosa untuknya dan ia tercatat sebagai anak yang berbakti (dinilai palsu oleh Syaikh al-Albaniy dalam Silsilah al-Ahadits ad-Dhaifah wal Maudhu’ah karena perawi Yahya bin al-‘Alaa’ adalah perawi yang matruk, sedangkan perawi Muhammad bin anNu’maan majhul (tidak dikenal), dan perawi Abdul Karim bin Umayyah dhoif)

مَنْ زَارَ قَبْرَ وَالِدَيْهِ كُلَّ جُمُعَةٍ، فَقَرَأَ عِنْدَهُمَا أَوْ عِنْدَهُ {يس} غُفِرَ لَهُ بِعَدَدِ كُلِّ آيَةٍ أَوْ حَرْفٍ

Barang siapa yang berziarah ke kuburan kedua orangtuanya setiap Jumat dan membacakan di sisi kuburan keduanya atau salah satunya surah Yasin, akan diampuni sebanyak jumlah ayat atau huruf (dinilai batil oleh Ibnu ‘Adiy dan tidak memiliki asal, dimasukkan dalam kitab al-Maudhu’at oleh Ibnul Jauziy dan dinilai maudhu’ juga oleh Syaikh al-Albaniy dalam Silsilah ad-Dhaifah)

اِخْتِلَافُ أُمَّتِي رَحْمَةٌ

Perselisihan pada umatku adalah rahmat (kasih sayang)(as-Subkiy menjelaskan bahwasanya hadits ini tidak dikenal oleh para Ulama ahli hadits. Aku tidak mendapati sanad hadits baik yang shahih, lemah, maupun palsu, sebagaimana dinukil al-Munawiy dalam Faidhul Qodiir)

إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ قَلْبًا، وَإِنَّ قَلْبَ الْقُرْآنِ يس، مَنْ قَرَأَهَا فَكَأَنَّمَا قَرَأَ الْقُرْآنَ عَشْرَ مَرَّاتٍ

Segala sesuatu memiliki hati dan sesungguhnya hati alQuran adalah Yasin. Barang siapa yang membaca surah tersebut seakan-akan membaca alQuran sebanyak 10 kali (al-Imam Abu Hatim ar-Raziy menilai hadits ini batil tidak ada asalnya, sebagaimana dinukil Ibnu Abi Hatim dalam kitab al-Jarh wat Ta’dil halaman 528, Syaikh al-Albaniy pun menilainya maudhu’ dalam Silsilah ad-Dhaifah)


Kajian disampaikan di masjid al-Ikhlas Pajarakan Kab Probolinggo Jawa Timur pada Kamis malam Jumat ba’da Maghrib 7 Shafar 1447 H/ 31 Juli 2025 M, audio kajian: https://t.me/Kajian_IlmuIslam/639 oleh Abu Utsman Kharisman