Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Cukuplah Dianggap Pendusta Seorang yang Menceritakan Semua yang Dia Dengar

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

كَفَى بِالْمَرْءِ ‌كَذِبًا ‌أَنْ ‌يُحَدِّثَ ‌بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Cukuplah seorang dinilai sebagai pendusta jika ia menceritakan semua yang ia dengar (H.R Muslim dalam Muqoddimah Shahihnya)

Al-Qodhiy Iyaadl rahimahullah menyatakan: “Maknanya adalah bahwasanya orang yang menceritakan semua yang ia dengar baik kebenaran maupun kebatilan, yang jujur maupun yang dusta, akan dinukil darinya juga apa yang diceritakannya itu, sehingga ia termasuk orang yang diriwayatkan kedustaan darinya, sehingga termasuk pendusta juga” (Ikmaalul Mu’lim bi Fawaaidi Muslim 1/114).

Al-Munawiy rahimahullah menyatakan: “Kalaulah tidak ada kedustaan pada seseorang melainkan ia hanya suka menceritakan semua yang ia dengar, niscaya hal itu sudah cukup untuk menilainya berdusta. Karena semua yang ia dengar tidaklah benar. Justru sebagiannya dusta. Maka semestinya ia tidak menceritakan kecuali sesuatu yang ia duga adalah kejujuran” (atTaisiir bi syarhil Jaami’is Shoghir 2/207).

Syaikh Bin Baz rahimahullah menyatakan: “Semestinya seorang muslim tidaklah menceritakan kecuali sesuatu yang menurutnya benar-benar terjadi. Sebagaimana sabda Nabi shollallahu alaihi wasallam (yang artinya): << Cukuplah seorang dianggap berdusta jika ia menceritakan semua yang ia dengar >>. Apabila ia ragu, hendaknya dia menyatakan: diriwayatkan atau disebutkan dengan kalimat yang tidak memastikan. Namun, jika ia memiliki sesuatu yang meyakinkan seperti ia menyaksikan atau mengetahui melalui jalur yang jelas atau mendengar dari jalur yang terpercaya, tidak mengapa ia menceritakan hal itu apabila ia melihat adanya kemaslahatan dalam menceritakan hal itu” (Majmu’ Fatawa wa Maqolaat Mutanawwi’ah 7/383).


Penulis: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan