Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Apakah yang Dimaksud dengan Qunut Nazilah?

Qunut nazilah dari sisi penyebutannya terbagi menjadi 2 kata yaitu qunut dan nazilah. Qunut artinya doa yang dilakukan di rakaat terakhir dalam shalat setelah ruku’. Sedangkan nazilah artinya musibah atau bencana yang dialami kaum muslimin.

anNawawiy rahimahullah menyatakan:

إِنْ ‌نَزَلَتْ ‌نَازِلَةٌ كَعَدُوٍّ وَقَحْطٍ وَوَبَاءٍ وَعَطَشٍ وَضَرَرٍ ظَاهِرٍ فِي الْمُسْلِمِينَ وَنَحْوِ ذَلِكَ قَنَتُوا فِي جَمِيعِ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَةِ

Jika terjadi musibah, misalkan serangan musuh, kekeringan, wabah, kehausan, dan kemudaratan yang jelas bagi kaum muslimin, maupun hal-hal lain semisalnya, mereka (kaum muslimin dengan arahan waliyyul amr, pen) bisa melakukan qunut dalam seluruh shalat 5 waktu (al-Minhaj Syarh Shahih Muslim bin al-Hajjaj 5/176)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan:

فَيُشْرَعُ أَنْ يُقْنَتَ عِنْدَ النَّوَازِلِ يَدْعُو لِلْمُؤْمِنِينَ، وَيَدْعُو عَلَى الْكُفَّارِ فِي الْفَجْرِ، وَفِي غَيْرِهَا مِنْ الصَّلَوَاتِ، وَهَكَذَا كَانَ عُمَرُ يَقْنُتُ لَمَّا حَارَبَ النَّصَارَى بِدُعَائِهِ الَّذِي فِيهِ: اللَّهُمَّ الْعَنْ كَفَرَةَ أَهْلِ الْكِتَابِ إلَى آخِرِهِ.وَكَذَلِكَ عَلِيٌّ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – لَمَّا حَارَبَ قَوْمًا قَنَتَ يَدْعُو عَلَيْهِمْ وَيَنْبَغِي لِلْقَانِتِ أَنْ يَدْعُوَ عِنْدَ كُلِّ نَازِلَةٍ بِالدُّعَاءِ الْمُنَاسِبِ لِتِلْكَ النَّازِلَةِ، وَإِذَا سَمَّى مَنْ يَدْعُو لَهُمْ مِنْ الْمُؤْمِنِينَ، وَمَنْ يَدْعُو عَلَيْهِمْ مِنْ الْكَافِرِينَ الْمُحَارِبِينَ كَانَ ذَلِكَ حَسَنًا

Disyariatkan qunut ketika terjadi musibah-musibah, mendoakan kebaikan untuk kaum beriman dan mendoakan keburukan untuk orang-orang kafir di shalat Subuh maupun shalat-shalat yang lain. Demikianlah Umar melakukan qunut saat memerangi Nashara, dengan doa di dalamnya: ALLAAHUMMAL ‘AN KAFAROTA AHLIL KITAAB (Ya Allah, laknatilah orang-orang kafir Ahlul Kitab). Demikian juga Ali -semoga Allah meridhainya- ketika memerangi suatu kaum, beliau melakukan qunut mendoakan untuk mereka. Sehingga semestinya orang yang qunut berdoa pada setiap musibah yang menimpa dengan doa yang sesuai. Apabila ia menyebutkan nama orang-orang beriman maupun disebutkan nama (komunitas atau perorangan) orang-orang kafir yang memerangi saat itu, maka yang demikian itu baik (al-Fatawa al-Kubro 2/119).

Dalam fatwa al-Lajnah ad-Daaimah disebutkan:

الْمَقْصُوْدُ بِالنَّوَازِلِ الَّتِي يُشْرَعُ فِيْهَا الدُّعَاءُ فِي الصَّلَوَاتِ هُوَ مَا كَانَ مُتَعَلِّقًا بِعُمُوْمِ الْمُسْلِمِيْنَ، كَاعْتِدَاءِ الْكُفَّارِ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ، وَالدُّعَاءِ لِلْأَسْرَى وَحَالِ الْمَجَاعَاتِ، وَانْتِشَارِ الْأَوْبِئَةِ وَغَيْرِهَا

yang dimaksud dengan nazilah yang disyariatkan berdoa dalam shalat itu adalah yang terkait dengan keumuman kaum muslimin, seperti tindakan melampaui batas orang-orang kafir terhadap kaum muslimin, berdoa untuk para tawanan, kondisi kelaparan, tersebarnya wabah, dan semisalnya (Fatwa al-Lajnah ad-Daaimah no 20926).

Sebagian Hadits Nabi tentang Qunut Nazilah

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَنَتَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا مُتَتَابِعًا فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَصَلَاةِ الصُّبْحِ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ، إِذَا قَالَ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ الْآخِرَةِ، يَدْعُو عَلَى أَحْيَاءٍ مِنْ بَنِي سُلَيْمٍ، عَلَى رِعْلٍ، وَذَكْوَانَ، وَعُصَيَّةَ، وَيُؤَمِّنُ مَنْ خَلْفَهُ

Dari Ibnu Abbas ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam melakukan qunut selama sebulan berturut-turut di waktu Dzhuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan shalat Subuh (di penghujung shalat), setelah selesai mengucapkan: SAMI’ALLAAHU LIMAN HAMIDAH di rakaat terakhir. Mendoakan keburukan untuk Bani Sulaim, Ri’l, Dzakwaan, dan Ushoyyah. Makmum yang di belakang beliau mengaminkan (H.R Abu Dawud, dihasankan oleh Syaikh al-Albaniy)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: لَأُقَرِّبَنَّ صَلاَةَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقْنُتُ فِي الرَّكْعَةِ الآخِرَةِ مِنْ صَلاَةِ الظُّهْرِ، وَصَلاَةِ العِشَاءِ، وَصَلاَةِ الصُّبْحِ، بَعْدَ مَا يَقُولُ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَيَدْعُو لِلْمُؤْمِنِينَ وَيَلْعَنُ الكُفَّارَ

Dari Abu Hurairah ia berkata: Sungguh aku akan suguhkan contoh kepada kalian bagaimana shalat Nabi shollallahu alaihi wasallam. Abu Hurairah melakukan qunut di rakaat terakhir dari shalat Dzhuhur, Isya’, dan Subuh, setelah mengucapkan SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, beliau berdoa untuk kaum beriman dan melaknat orang-orang kafir (H.R al-Bukhari dan Muslim, lafadz sesuai riwayat al-Bukhari)

عَنْ أَبِي الزِّنَادِ، عَنِ الأَعْرَجِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ الآخِرَةِ، يَقُولُ: اللَّهُمَّ أَنْجِ عَيَّاشَ بْنَ أَبِي رَبِيعَةَ، اللَّهُمَّ أَنْجِ سَلَمَةَ بْنَ هِشَامٍ، اللَّهُمَّ أَنْجِ الوَلِيدَ بْنَ الوَلِيدِ، اللَّهُمَّ أَنْجِ المُسْتَضْعَفِينَ مِنَ المُؤْمِنِينَ، اللَّهُمَّ اشْدُدْ وَطْأَتَكَ عَلَى مُضَرَ، اللَّهُمَّ اجْعَلْهَا سِنِينَ كَسِنِي يُوسُفَ: وَأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: غِفَارُ غَفَرَ اللَّهُ لَهَا وَأَسْلَمُ سَالَمَهَا اللَّهُ قَالَ ابْنُ أَبِي الزِّنَادِ: عَنْ أَبِيهِ، هَذَا كُلُّهُ فِي الصُّبْحِ

Dari Abuz Zinaad dari al-A’raj dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi shollallahu alaihi wasallam ketika mengangkat kepala beliau di rakaat terakhir, mengucapkan: ALLAAHUMMA ANJI ‘AYYASY BIN ABI RABI’AH ALLAHUMMA ANJI SALAMAH BIN HISYAAM ALLAAHUMMA ANJI ALWALID BIN ALWALID ALLAAHUMMA ANJIL MUSTADH’AFIINA MINAL MU’MINIINA. ALLAHUMMASYDUD WATH’ATAKA ‘ALA MUDHOR. ALLAAHUMMAJ’ALHAA SINIINA KA SINII YUSUF (Ya Allah, selamatkanlah ‘Ayyaasy bin Abi Rabi’ah. Ya Allah selamatkanlah Salamah bin Hisyam. Ya Allah selamatkanlah al-Walid bin al-Walid. Ya Allah, selamatkanlah orang-orang tertindas dari kaum beriman. Ya Allah keraskan siksaan-Mu kepada Mudhor. Ya Allah jadikanlah bencana paceklik bagi mereka seperti yang terjadi di masa Yusuf. Nabi shollallahu juga mengucapkan: GHIFAAR GHOFARALLAH. WA ASLAM, SAALAMAHALLAH (Kabilah) Ghifaar, semoga Allah mengampuni mereka. (Kabilah) Aslam, semoga Allah menjadikan mereka mengadakan perdamaian. Ibnu Abiz Zinad dari ayahnya berkata: Ini dilakukan di shalat Subuh (H.R al-Bukhari)


Baca Juga: Apakah Qunut Nazilah Dilaksanakan Pada Setiap Shalat Atau Hanya Shalat Jahriyah Saja?


Kapankah Kaum Muslimin Melaksanakan Qunut Nazilah?

Qunut nazilah dilakukan jika pemimpin kaum muslimin (waliyyul amr) mengimbau atau memerintahkan dilaksanakan qunut nazilah. Karena pelaksana utama qunut nazilah di masa Nabi dan para Sahabat adalah para pemimpin, yaitu Nabi shollallahu alaihi wasallam kemudian Khulafaur Rasyidin sepeninggal beliau, seperti Umar bin al-Khoththob dan Ali bin Abi Tholib radhiyallahu anhum.

Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah menyatakan:

يَجِبُ أَنْ نَعْلَمَ أَنَّ الْقُنُوْتَ لِلنَّوَازِلِ أَمْرُهُ إِلَى وَلِيِّ الْأَمْرِ، إِلَى السُّلْطَانِ

Wajib untuk kita ketahui bahwasanya qunut nazilah perkaranya dikembalikan kepada Waliyyul Amr, atau penguasa (al-Liqa’ asy-Syahriy)

Apakah dalam Shalat Sirriyyah (Dzhuhur dan Ashar) Juga Dibaca Qunut Nazilah dengan Dikeraskan?

Ya, qunut nazilah dibaca keras oleh imam dan diaminkan oleh makmum. Dalam semua shalat 5 waktu. Berdasarkan hadits Ibnu Abbas riwayat Abu Dawud.

Hanya saja kebijakan untuk qunut terus atau berselang-seling, ada pada imam shalat. Boleh saja imam memilih untuk selalu qunut, atau dilakukan di shalat tertentu yang ditekankan qunut, seperti shalat Maghrib dan Subuh saja. Karena hukum qunut nazilah adalah sunnah.

Apakah Hukum Mengangkat Tangan dalam Doa Qunut?

Dianjurkan. Hal ini perbuatan dari sebagian Sahabat Nabi yang mengangkat tangan saat melakukan doa qunut (baik qunut nazilah atau qunut witir), di antaranya Umar bin al-Khoththob, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Abbas, dan Abu Hurairah. Muhammad bin Nashr al-Marwaziy rahimahullah menyatakan:

بَابُ رَفْعِ الْأَيْدِي عِنْدَ الْقُنُوتِ عَنِ الْأَسْوَدِ، أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ: كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي الْقُنُوتِ إِلَى صَدْرِهِ وَعَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ، كَانَ عُمَرُ، يَقْنُتُ بِنَا فِي صَلَاةِ الْغَدَاةِ، وَيَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يُخْرِجَ ضَبْعَيْهِ وَعَنْ خِلَاسٍ، رَأَيْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ، يَمُدُّ بِضَبْعَيْهِ فِي قُنُوتِ صَلَاةِ الْغَدَاةِ وَكَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي قُنُوتِهِ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ

Bab Mengangkat Tangan Saat Qunut. Dari al-Aswad bahwasanya Abdullah bin Mas’ud mengangkat kedua telapak tangannya saat qunut sejajar dada. Dari Abu Utsman anNahdiy (diberitakan bahwa) Umar melakukan qunut bersama kami dalam shalat Subuh. Beliau mengangkat kedua tangannya hingga menampakkan ketiaknya. Dari Khilaas (ia berkata) aku melihat Ibnu Abbas membentangkan lengan atas dalam qunut shalat Subuh. Abu Hurairah mengangkat kedua telapak tangannya dalam qunut pada bulan Ramadhan (Sholatul Witr 1/320)

Syaikh Bin Baz rahimahullah menjawab pertanyaan tentang mengangkat tangan saat qunut nazilah:

مستحب في دعاء القنوت؛ لأنه ثبت أنه رفع في دعاء القنوت عند البيهقي رحمه الله

Disukai dalam doa qunut (mengangkat kedua tangan). Karena telah tersebutkan dalam riwayat yang sah mengangkat tangan saat doa qunut dalam riwayat al-Baihaqiy –semoga Allah merahmatinya- (Nurun alad Darb)


Baca Juga: Apakah Disyariatkan Mengangkat Kedua Tangan Saat Membaca Doa Qunut?


Bagaimanakah Bacaan Qunut Nazilah yang Dibaca Umar bin al-Khoththob?

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُؤْمِنِينَ، وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ، وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ، اللهُمَّ الْعَنْ كَفَرَةَ أَهْلِ الْكِتَابِ الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ وَيُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ، وَيُقَاتِلُونَ أَوْلِيَاءَكَ، اللهُمَّ خَالِفْ بَيْنَ كَلِمَتِهِمْ، وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ، وَأَنْزِلْ بِهِمْ بَأْسَكَ الَّذِي لَا تَرُدُّهُ عَنِ الْقَوْمِ الْمُجْرِمِينَ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، اللهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِينُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ، وَنُثْنِي عَلَيْكَ، وَلَا نَكْفُرُكَ وَنَخْلَعُ وَنَتْرُكُ مَنْ يَفْجُرُكَ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، اللهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّي وَنَسْجُدُ وَلَكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ وَنَخْشَى عَذَابَكَ الْجِدَّ وَنَرْجُو رَحْمَتِكَ إِنَّ عَذَابَكَ بِالْكَافِرِينَ مُلْحِقٌ

Ya Allah, ampunilah kami dan kaum beriman laki maupun wanita, kaum muslimin laki maupun wanita. Satukanlah hati mereka, perbaikilah hubungan antar mereka. Tolonglah mereka dalam menghadapi musuh-Mu, musuh mereka. Ya Allah laknatilah orang-orang kafir Ahlul Kitab yang menghalangi manusia dari jalan-Mu, mendustakan Rasul-Mu, memerangi para Wali-Mu. Ya Allah, ceraiberaikanlah persatuan mereka, goncangkanlah kaki-kaki mereka, turunkanlah siksaan-Mu kepada mereka yang tidak bisa ditolak akan menimpa kaum yang banyak berdosa. Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah, kami meminta pertolongan kepada-Mu, memohon ampun kepada-Mu, memuji-Mu. Kami tidak kufur kepada-Mu, dan Kami tinggalkan orang yang bersikap fajir terhadap-Mu. Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Ya Allah, hanya kepada-Mu Kami beribadah. Untuk-Mu lah kami shalat dan sujud. Kami akan berusaha untuk bergegas dalam menjalankan perintah-Mu. Kami takut dari siksaan-Mu dan kami berharap rahmat-Mu. Sesungguhnya siksaan-Mu akan menimpa orang-orang kafir (riwayat al-Baihaqiy, Abdurrazzaq, Muhammad bin Nashr dalam Qiyamul Lail, dishahihkan secara mauquf oleh Ibnu Hajar dalam Nataaijul Afkaar)

Bagaimanakah Contoh Doa Qunut Nazilah yang Pendek?

Lafadz doa qunut nazilah tidak ada lafadz khusus. Karena doa yang dibaca Nabi berbeda dengan doa yang dibaca Umar maupun Ali. Disesuaikan dengan keadaan masing-masing. Inti dari doa dalam qunut nazilah adalah sebagaimana hadits Abu Hurairah mendoakan kebaikan untuk kaum muslimin dan mendoakan keburukan kepada kaum kafir yang zhalim. Hal ini juga bisa dikembangkan.

Sebagai contoh, qunut nazilah yang dilakukan untuk mendoakan kaum muslimin di Palestina yang diperlakukan zhalim oleh Yahudi berikut ini mengandung 3 hal:

  1. Permohonan agar Allah menolong kaum muslimin Palestina.
  2. Permohonan agar Allah menyembuhkan kaum muslimin yang sakit, mengampuni yang meninggal, dan menjaga yang masih hidup.
  3. Permohonan agar Allah menghancurkan kaum kafir Yahudi yang memerangi kaum muslimin.

اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ فِي فِلَسْطِين

ALLAAHUMMANSHUR IKHWAANANAA AL-MUSLIMIINA FI FILASTHIIN (Ya Allah, tolonglah saudara kami kaum muslimin di Palestina)

اللَّهُمَّ اشْفِ مَرْضَاهُمْ وَاغْفِرْ مَوْتَاهُمْ وَاحْفَظْ أَحْيَاءَهُمْ

ALLAAHUMMASY FI MARDHOOHUM, WAGHFIR MAUTAAHUM, WAHFADZH AHYAA-AHUM (Ya Allah sembuhkanlah yang sakit dari mereka, ampuni yang meninggal di kalangan mereka, dan jagalah yang masih hidup di antara mereka)

اللَّهُمَّ دَمِّرْ أَعْدَاءَهُمُ الْيَهُوْدَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ

ALLAAHUMMA DAMMIR A’DAA-AHUM AL-YAHUDA A’DAA-AD DIIN (Ya Allah, hancurkanlah musuh-musuh mereka, Yahudi, yang merupakan musuh agama)

Demikian sekedar contoh. Tidak harus dengan lafadz demikian. Disesuaikan dengan keadaan. Bisa ditambah, dikurangi, atau diganti dengan pihak-pihak dan kondisi yang sesuai.

Apakah Qunut Nazilah Juga Dilakukan Dalam Shalat Jumat?

Terdapat perbedaan pendapat Ulama dalam hal itu.

Pendapat pertama: Tidak disyariatkan. Ini adalah pendapat al-Imam Malik, asy-Syafii, Ahmad. Sebagian menukilnya sebagai pendapat Imam 4 madzhab. Pendapat ini diikuti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Sebagian Ulama Tabi’in seperti Ibrahim anNakho’iy, Thowus, dan Makhul memandangnya sebagai perbuatan bid’ah. Demikian juga Atha’ memandang bahwa qunut pada hari Jumat adalah sesuatu yang munkar.

Pendapat kedua: Membolehkan. Di antaranya Muhammad bin Ali. Syaikh Ibn Utsaimin membolehkan, namun beliau menganjurkan agar sebaiknya doa dilakukan di saat khotbah Jumat saja.

Sehingga sebagai anjuran, sebaiknya qunut nazilah di saat shalat Jumat tidak dilakukan.

Apakah Orang yang Shalat Sendirian Seperti Para Wanita yang Shalat di Rumah Boleh Melaksanakan Qunut Nazilah?

Boleh, menurut pendapat al-Imam asy-Syafii, salah satu riwayat pendapat al-Imam Ahmad, dikuatkan juga oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Syaikh Bin Baz.

Apakah Dalam Shalat Sunnah Juga Disyariatkan Qunut Nazilah?

Tidak. Qunut nazilah hanya disyariatkan dalam shalat wajib 5 waktu saja. Demikian pendapat al-Imam Abu Hanifah, Malik, dan Ahmad. Kalau dalam shalat witir, yang disunnahkan adalah qunut witir, bukan qunut nazilah.


Penulis: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan