Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD
aerial photography of rice terraces during daytime

Pertanyaan:

Seekor binatang ternak jika sakit parah, apakah boleh bagi pemiliknya untuk menyembelihnya?

Jawaban Syaikh Muhammad bin Sholih al-Utsaimin rahimahullah:

Jika binatang itu memang miliknya, tidak mengapa. Adapun jika itu milik orang lain, misalkan mendapati seekor kambing sakit parah, ia tidak harus menyembelihnya. Tidak ada keharusan pula untuk membawanya guna diselamatkan. Namun, kalau itu miliknya, ia berhak menyembelihnya.

Mengapa? Karena jika binatang ternak itu miliknya, ia harus mengurusi makan, minum, dan perhatian lainnya. Hal ini menyia-nyiakan waktu dan harta. Sehingga kalau ia menyembelihnya, hal itu akan membuatnya bisa membuatnya beristirahat dan membuat hewan itu beristirahat (selamanya).

Dalam kondisi seperti ini: jika ia menyembelihnya sesuai ketentuan syar’i, hal itu menjadi halal bagi yang ingin memakannya. Dengan syarat, sakitnya itu tidak sampai memudaratkan (orang yang memakan dagingnya, pen). Kalau ia bunuh hewan itu (bukan dgn penyembelihan syar’i, pen) , hal itu tidaklah halal.


Sumber: Silsilah Liqoat alBaab alMaftuh nomor 116

Transkrip dalam Bahasa Arab

السؤال

بهيمة الأنعام إذا اشتد بها المرض فهل لصاحبها أن يذبحها؟

الجواب

أما إذا كانت ملكاً له فلا بأس, وأما إذا كانت ملكاً لغيره، كأن وجد شاة في البر مريضة متعبة فلا يلزمه أن يذبحها, ولا أن ينقذها, لكن التي له له أن يذبحها. لماذا؟ لأنه إذا كانت له فلا بد أن يقوم عليها بالأكل والشرب والملاحظة، وهذا يضيع عليه الوقت والمال، وعلى هذا فليذبحها ليستريح منها ويريحها أيضاً, وفي هذا الحال: إن ذبحها على الوجه المشروع صارت حلالاً لمن أراد أن يأكلها بشرط ألا يكون هذا المرض يضره. وإذا قتلها قتلاً فإنها لا تحل

المصدر: سلسلة لقاءات الباب المفتوح > لقاء الباب المفتوح [116]

Penerjemah: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan