Neraka: Sangat Panas atau Sangat Dingin
Ada 2 bentuk sifat Neraka yang sama-sama menyiksa, yaitu sangat panas dan sangat dingin. Sangat panas, sudah banyak diketahui. Sangat dingin, yang disebut zamharir, tidak kalah menyiksanya.
Suhu dingin di dunia saat musim dingin ada bagian dari pengaruh zamharir tersebut.
Dalam hadits, Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:
اشْتَكَتِ النَّارُ إِلَى رَبِّهَا فَقَالَتْ رَبِّ أَكَلَ بَعْضِي بَعْضًا فَأَذِنَ لَهَا بِنَفَسَيْنِ نَفَسٍ فِي الشِّتَاءِ وَنَفَسٍ فِي الصَّيْفِ فَأَشَدُّ مَا تَجِدُونَ مِنَ الْحَرِّ وَأَشَدُّ مَا تَجِدُونَ مِنَ الزَّمْهَرِيرِ
Neraka mengadu kepada Rabbnya dan berkata: Wahai Tuhanku, sebagian dariku memakan sebagian yang lain. Kemudian Neraka diizinkan memiliki 2 nafas: nafas di waktu musim dingin dan nafas di waktu musim panas. Itulah bagian paling panas yang kalian rasakan dan bagian paling dingin yang kalian rasakan dari zamharir (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Allah Ta’ala menjelaskan kehidupan di Surga yang demikian menyenangkan. Tiada terik panas menyengat, tidak ada pula dingin yang menyiksa.
مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ لَا يَرَوْنَ فِيهَا شَمْسًا وَلَا زَمْهَرِيرًا
Mereka duduk bersandar pada dipan-dipan yang indah, tidak pernah melihat (terik) matahari maupun dingin yang sangat (Q.S al-Insaan ayat 13)
Baca Juga: Satu Celupan di Neraka
Dingin yang sangat dalam kehidupan dunia bisa mematikan. Sebagian riwayat dari nukilan Ibnu Abbas dari Ka’ab al-Ahbaar menjelaskan bahwa zamharir itu sangat dingin hingga membuat daging berjatuhan terlepas dari tulangnya. Saking tersiksanya, penduduk Neraka sampai-sampai minta panas Jahannam.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ كَعْبًا قَالَ إِنَّ فِي جَهَنَّمَ بَرْدًا هُوَ الزَّمْهَرِيْرَ يَسْقُطُ اللَّحْمُ عَنِ الْعَظْمِ حَتَّى يَسْتَغِيْثُوا بِحَرِّ جَهَنَّمَ
Dari Ibnu Abbas bahwasanya Ka’ab (al-Ahbaar) berkata: Sesungguhnya di Jahannam terdapat dingin (yang sangat) yaitu zamharir. (Saking dinginnya) daging berjatuhan dari tulang, hingga mereka meminta tolong agar diberi panas Jahannam (riwayat Abu Nu’aim dalam Hilyatul Awliyaa’ (5/370))
Dikutip dari buku “Surga yang Dirindukan, Neraka yang Ditakutkan”, Abu Utsman Kharisman, penerbit atTuqa Yogyakarta