Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Serial Kajian Kitabut Tauhid (Bag.104): Dalil Pertama Bab Ke-31 Firman Allah Ta’ala Surah Al-Baqoroh Ayat 165

Allah berfirman:

قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

Katakan: seandainya ayah-ayah kalian dan anak-anak kalian, saudara-saudara kalian, istri-istri kalian, kerabat kalian, harta yang kalian upayakan, perniagaan yang kalian takutkan kerugiannya, dan tempat-tempat tinggal yang kalian senangi, lebih kalian cintai dibandingkan Allah dan Rasul-Nya dan jihad di jalanNya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan perintahNya. Dan Allah tidaklah memberikan hidayah kepada kaum yang fasiq (Q.S atTaubah ayat 24)

Penjelasan Dalil Pertama:

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan:

Maka perhatikanlah ancaman yang keras ini (dalam ayat ini – Q.S atTaubah ayat 24). Allah mengancam orang yang keluarga dan hartanya lebih dia cintai dibandingkan Allah, Rasul-Nya, dan jihad di jalan-Nya. Dengan itu diketahui bahwasanya wajib untuk menjadikan Allah, Rasul-Nya, dan jihad di jalan-Nya lebih dicintai oleh seorang yang beriman dibandingkan keluarga, harta, tempat tinggal, perniagaan, sahabat, dan saudara. Kalau tidak demikian, ia bukanlah orang beriman yang hakiki (az-Zuhud wal Wara’ wal Ibadah 1/179)

وَمَحَبَّةُ رَسُوْلِهِ مِنْ مَحَبَّتِهِ

Dan kecintaan kepada Rasul-Nya adalah bagian dari kecintaan kepada Allah (al-Istiqomah karya Ibnu Taimiyyah 1/262)

(Tauhid Uluhiyyah itu juga) mencakup cinta kepada Allah dengan kecintaan yang tidak tertandingi ataupun tidak bisa disamakan dengan selain-Nya. Bahkan juga berkonsekuensi untuk mencintai Rasul-Nya shollallahu alaihi wasallam lebih dibandingkan kecintaan kepada diri orang itu sendiri. Jika Rasul yang merupakan utusan Allah wajib untuk dicintai oleh seorang yang beriman dibandingkan kecintaan terhadap dirinya sendiri, lalu bagaimana lagi dengan kecintaan kepada Rabbnya yang Maha Suci lagi Maha Tinggi? (Tentu harusnya lebih dicintai, pent) (al-Hasanah was Sayyi-ah karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah 1/127)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy rahimahullah menyatakan:

Ayat yang mulia ini adalah dalil yang paling agung tentang wajibnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, serta mendahulukan kecintaan kepada keduanya di atas kecintaan kepada segala sesuatu. Ayat ini juga berisi ancaman yang keras dan kemurkaan yang benar-benar ditegaskan terhadap orang yang hal-hal tersebut (ayah, anak, saudara, istri, kerabat, harta, perniagaan, tempat tinggal) lebih dicintainya dibandingkan kecintaan kepada Allah, Rasul-Nya, dan jihad di jalan-Nya. Tandanya adalah jika orang itu dihadapkan pada 2 hal, yang pertama sesuatu yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya yang sebenarnya hawa nafsunya tidak menyenanginya sedangkan yang kedua adalah hal yang disukai dan diinginkannya, namun membuat ia terlewatkan dari sesuatu yang dicintai oleh dan Rasul-Nya atau membuatnya berkurang, berarti dia lebih mendahulukan hawa nafsunya dibandingkan yang dicintai oleh Allah. Itu menunjukkan bahwa ia dzhalim dan meninggalkan kewajibannya. (Taisir Karimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan)

Makna kalimat “hingga Allah mendatangkan perintah-Nya” ada setidaknya 2 penafsiran dari para Ulama:

Pertama: Hingga terjadinya Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah). Ini adalah pendapat Mujahid dan mayoritas Ulama. Sehingga, jika telah terjadi Fathu Makkah, telah berakhir kewajiban berhijrah dan mereka melewatkan keutamaan berhijrah saat diwajibkan.

Kedua: Hingga datang siksaan dari Allah. Ini adalah pendapat al-Hasan.

(disarikan dari Zaadul Masir karya Ibnul Jauzi)

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ، وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ، سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ

Jika kalian telah berjual beli dengan sistem ienah (yang terlarang), dan kalian memegang ekor-ekor sapi (terlalaikan dengan peternakan), kalian senang dengan bercocok tanam (terlalaikan dengan pertanian), dan kalian meninggalkan jihad, Allah akan menimpakan kepada kalian kehinaan. Tidaklah Allah cabut hal itu (dari kalian) hingga kalian kembali kepada agama kalian (H.R Abu Dawud dari Ibnu Umar, dishahihkan Syaikh al-Albaniy)


Penulis: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan