Penduduk Neraka yang Paling Ringan Siksanya
Neraka bertingkat-tingkat pula seperti Surga. Namun, tingkatan Surga menaik, dalam bahasa Arab disebut darojaat. Sedangkan tingkatan Neraka menurun, disebut darokaat.
Semakin tinggi tingkatan Surga, semakin besar nikmat yang dirasakan penghuninya. Sebaliknya, di Neraka semakin rendah tingkatannya semakin berat penderitaan yang dirasakan. Karena itu, penghuni Neraka paling ringan adalah yang berada di tingkatan paling atas.
Penghuni Neraka yang paling ringan siksaannya adalah Abu Tholib. Ia mendapat syafaat dari Nabi karena banyak membela Nabi dari berbagai tindakan permusuhan orang-orang musyrikin Quraisy.
عَنْ عَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ نَفَعْتَ أَبَا طَالِبٍ بِشَيْءٍ فَإِنَّهُ كَانَ يَحُوطُكَ وَيَغْضَبُ لَكَ قَالَ نَعَمْ هُوَ فِي ضَحْضَاحٍ مِنْ نَارٍ لَوْلَا أَنَا لَكَانَ فِي الدَّرَكِ الْأَسْفَلِ مِنْ النَّارِ
Dari Abbas bin Abdil Muththolib beliau berkata: Wahai Rasulullah, apakah engkau bisa memberi manfaat kepada Abu Tholib dengan sesuatu. Karena dia menjagamu dan marah (kepada pihak yang memusuhimu). Nabi menyatakan: Ya. Abu Tholib berada di permukaan dangkal di anNaar, kalaulah tidak (dengan sebab) aku niscaya ia berada di dasar paling bawah anNaar (Neraka)(H.R al-Bukhari dan Muslim)
Para Ulama menjelaskan bahwa syafaat Nabi untuk orang kafir hanyalah itu. Pada orang kafir lain tidak ada yang mendapat syafaat Nabi. Itu pun, syafaat untuk Abu Tholib hanya bisa meringankan siksaan, tidak bisa mengeluarkannya dari Neraka. Tidak mampu pula membendung kekalnya adzab di Neraka.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ أَهْوَنُ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا أَبُو طَالِبٍ وَهُوَ مُنْتَعِلٌ بِنَعْلَيْنِ يَغْلِى مِنْهُمَا دِمَاغُهُ
dari Ibnu Abbas –semoga Allah meridhainya- bahwa Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya penduduk Neraka yang paling ringan siksaannya adalah Abu Tholib yang memakai dua sandal sehingga otaknya mendidih (H.R Muslim)
Duhai demikian beratnya siksaan di Neraka, meski itu pada level yang paling ringan. Otak sampai mendidih, padahal penyulutnya adalah sandal yang dipakai di kaki. Bagaimana lagi dengan anggota tubuh yang di bawah otak? Tentunya rasa sakit yang diderita lebih besar.
Meskipun mendapat siksaan paling ringan, namun orang tersebut merasa dia adalah yang paling menderita di Neraka.
Dalam hadits yang lain dinyatakan:
إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا مَنْ لَهُ نَعْلَانِ وَشِرَاكَانِ مِنْ نَارٍ يَغْلِي مِنْهُمَا دِمَاغُهُ كَمَا يَغْلِ الْمِرْجَلُ مَا يَرَى أَنَّ أَحَدًا أَشَدُّ مِنْهُ عَذَابًا وَإِنَّهُ لَأَهْوَنُهُمْ عَذَابًا
Sesungguhnya penduduk Neraka yang paling ringan siksanya adalah seseorang yang memakai dua sandal dan dua tali sandal dari Neraka yang dengan itu otaknya mendidih, sebagaimana mendidihnya periuk. Ia menyangka bahwa ia adalah orang yang paling keras siksanya padahal ia adalah orang yang paling ringan siksanya (H.R Muslim dari anNu’man bin Basyir)
Sungguh ini adalah siksaan pula secara psikis. Kalau seandainya ia melihat ada yang sama dengan dia dalam penderitaan, atau bahkan ada yang lebih menderita dibandingkan dia, perasaan ini akan membuat siksaan yang diterima terasa lebih ringan. Namun perasaan semacam itu tidak ada di Neraka.
Kalau di dunia, saat seseorang yang mengalami siksaan menyadari bahwa ia tidak sendiri dalam penderitaan itu, hal itu akan membuat penderitaan yang dirasakan terasa lebih ringan. Namun, di Neraka hal itu tidak memberikan pengaruh.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَنْ يَنْفَعَكُمُ الْيَوْمَ إِذْ ظَلَمْتُمْ أَنَّكُمْ فِي الْعَذَابِ مُشْتَرِكُونَ
Dan tidaklah akan bermanfaat bagi kalian pada hari tersebut jika kalian berbuat dzhalim meski kalian bersama-sama mendapatkan adzab (Q.S az-Zukhruf ayat 39)(faidah disarikan dari penjelasan Syaikh Ibn Utsaimin dalam Syarh Shahih Muslim (1/458)).
Sesungguhnya di dunia, permintaan Allah kepada manusia adalah suatu hal yang ringan untuk dilaksanakan, yaitu janganlah berbuat kesyirikan. Saat manusia masih berada di tulang sulbi Adam, Allah mengambil perjanjian itu. Namun, orang musyrik saat hidup di dunia menyelisihi perjanjian tersebut dan lebih memilih kesyirikan. Nantinya saat ia telah masuk ke dalam Neraka, meski akan mendapat siksaan paling ringan, ia akan berusaha menebusnya dengan seluruh yang dia punya, jika ia mampu melaksanakannya.
إِنَّ اللَّهَ يَقُولُ لِأَهْوَنِ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا لَوْ أَنَّ لَكَ مَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ كُنْتَ تَفْتَدِي بِهِ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَقَدْ سَأَلْتُكَ مَا هُوَ أَهْوَنُ مِنْ هَذَا وَأَنْتَ فِي صُلْبِ آدَمَ أَنْ لَا تُشْرِكَ بِي فَأَبَيْتَ إِلَّا الشِّرْكَ
Sesungguhnya Allah berfirman kepada penduduk Neraka yang paling ringan siksaannya: Kalau seandainya engkau memiliki semua yang ada di bumi, apakah engkau akan menebus (adzab di Neraka ini) dengan kepemilikanmu itu? Orang itu berkata: Ya. Allah berfirman: Sungguh dulu aku meminta kepadamu sesuatu yang jauh lebih ringan dari itu. Pada saat engkau masih berada dalam tulang sulbi Adam, yaitu agar engkau tidak berbuat kesyirikan. Tetapi engkau menolak hal itu justru berbuat kesyirikan (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Anas)
Abu Tholib sebenarnya dalam hati mengakui bahwa dakwah Islam dan tauhid yang disampaikan oleh keponakannya, Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam adalah benar. Agama terbaik di muka bumi. Namun, Abu Tholib tidak mau masuk Islam karena sungkan takut cercaan orang-orang yang telah mengenalnya.
Abu Tholib pernah mengungkapkan bait-bait syair:
وَعُرِضْتُ دِيْنًا قًدْ عَرَفْتُ بِأَنَّهُ مِنْ خَيْرِ أَدْيَانِ الْبَرِيَّةِ دِيْنًا
Dan aku telah ditunjukkan pada sebuah Dien yang sungguh aku tahu bahwa itu termasuk agama bumi yang terbaik
لَوْلَا الْمَلَامَة أَوْ حَذَارِي سَبَّة لَوَجَدْتَنِي سَمْحًا بِذَاكَ مُبِيْنًا
Kalaulah bukan celaan atau takut cercaan, niscaya engkau akan dapati aku dengan senang hati dan jelas menerimanya
(diriwayatkan al-Baihaqiy dalam Dalaailun Nubuwwah no 495, disebutkan Ibnu Katsir dalam as-Siiroh anNabawiyyah, al-Qurthubiy dalam Tafsirnya, al-Baghowy dalam Tafsirnya)
Dikutip dari: Buku “Surga yang Dirindukan, Neraka yang Ditakutkan”, Abu Utsman Kharisman, penerbit atTuqa Yogya