Setan pun Menggoda Manusia Untuk Melakukan Kebid’ahan
Seringkali seseorang menganggap bahwa godaan setan akan menggelincirkan manusia pada jurang kemaksiatan. Fokus mereka kadang hanya tertuju pada kemaksiatan saja. Sehingga mereka hanya sibuk untuk memperingatkan diri dan orang lain untuk tidak terjerumus pada kemaksiatan.
Padahal, sebenarnya setan juga akan menggelincirkan manusia pada kebid’ahan. Hal-hal yang diada-adakan dalam peribadatan, yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam. Sahabat Nabi Ibnu Abbas mengingatkan kita akan hal itu.
Ketika dalam momen-momen tertentu semestinya para jamaah haji disunnahkan memperbanyak talbiyah, namun justru mereka lebih dominan mengganti bacaan talbiyah dengan takbir, hal itu yang diingkari oleh Sahabat Ibnu Abbas. Boleh saja seseorang menyelang-nyelingi dzikirnya dengan dzikir yang disyariatkan, baik takbir, tahlil, tahmid, tasbih, dan lainnya. Namun, jangan sampai porsinya mengalahkan dzikir utama yang dianjurkan dalam kondisi tertentu di waktu itu.
Beliau mengingatkan bahwa setan selalu ingin menggelincirkan manusia. Jika tidak bisa dari sisi kemaksiatan, setan akan mendatangi manusia dari sisi hal-hal yang dianggap kebaikan, yaitu ibadah, sehingga menggelincirkan mereka menuju kebid’ahan.
Sahabat Nabi Abdullah bin Abbas radhiyallahu anhu menyatakan:
عَجَبًا لِتَرْكِ النَّاسِ هَذَا الْإِهْلَالَ، وَلِتَكْبِيرِهِمْ مَا بِي إِلَّا أَنْ يَكُونَ التَّكْبِيرَةُ حَسَنًا وَلَكِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْتِي الْإِنْسَانَ مِنْ قِبَلِ الْإِثْمِ، فَإِذَا عُصِمَ مِنْهُ جَاءَهُ مِنْ نَحْوِ الْبِرِّ لِيَدَعَ سُنَّةً وَلِيَبْتَدِعَ بِدْعَةً
Sungguh mengherankan mengapa manusia meninggalkan (sunnah) bertalbiyah. Mengapa justru mereka (lebih mengutamakan) bertakbir. Memang takbir adalah hal yang baik. Namun setan mendatangi manusia untuk berbuat dosa (dengan kemaksiatan). Ketika orang itu terjaga (untuk tidak berbuat kemaksiatan), ia pun datang dari sisi (yang dipandang) kebaikan. Agar orang itu meninggalkan sunnah dan melakukan kebid’ahan (riwayat Ishaq bin Rahawaih dalam Musnadnya dengan sanad yang shahih, semua perawinya adalah rijal dalam Shahih al-Bukhari atau Muslim)
Karena itu, ajakan untuk menjauhi kebid’ahan pada dasarnya upaya untuk menyelamatkan kaum muslimin dari jeratan setan. Kebid’ahan dalam berbagai bentuknya baik berupa keyakinan, ucapan, atau perbuatan, pada hakikatnya adalah tipu daya dan langkah-langkah setan yang kita diperintah untuk menghindarinya.
Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِيْنٌ
Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara menyeluruh, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya dia (setan) adalah musuh yang nyata bagi kalian (Q.S al-Baqoroh ayat 208)
Ibnu Athiyyah (Abu Muhammad Abdul Haq bin Gholib) rahimahullah, seorang Ulama yang wafat tahun 542 Hijiryah menyatakan:
وَكُلُّ مَا عَدَا السُّنَنِ وَالشَّرَائِعِ مِنَ الْبِدَع وَالْمَعَاصِي فَهِيَ خُطُوَاتُ الشَّيْطَانِ
Segala hal yang selain sunnah maupun syariat baik berupa kebid’ahan dan kemaksiatan adalah langkah-langkah setan (al-Muharrar al-Wajiz fi Tafsiril Kitabil Aziz 1/237)
Semoga Allah Azza Wa Jalla senantiasa memberikan taufiq, pertolongan, dan ampunan kepada segenap kaum muslimin.
Penulis: Abu Utsman Kharisman