Tafsir Ayat 11 Surah Adh Dhuha: Menyebut Nikmat Allah Sebagai Bentuk Syukur

Ayat 11 Surah Adh Dhuha
Allah Ta’ala berfirman:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Terhadap nikmat Tuhanmu, nyatakanlah (dengan bersyukur) (Q.S adh-Dhuha ayat 11)
Hadits yang Berkaitan dengan Ayat
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ، لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ، وَمَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ، لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ. التَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللَّهِ شُكْرٌ، وَتَرْكُهَا كُفْرٌ، وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ، وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ
Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, ia tidak mensyukuri yang banyak. Barang siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia, ia tidaklah bersyukur kepada Allah. Menyebut-nyebut nikmat Allah adalah syukur, meninggalkannya adalah kekufuran. Berjamaah adalah rahmat, sedangkan perselisihan adalah adzab (H.R Abdullah bin Ahmad dalam Zawaaid Musnad Ahmad dari anNu’man bin Basyir, al-Bazzaar, atThobaroniy, al-Baihaqiy, dinilai hasan shahih oleh Syaikh al-Albaniy dalam Shahih atTarghib. Di dalam riwayat Abdullah bin Ahmad memang ada perawi yang diperselisihkan oleh para Ulama yaitu Abu Waki’ al-Jarrah. Namun jalur lain yang menguatkan tanpa melalui perawi itu, di antaranya adalah riwayat Abusy Syaikh al-Asbahaaniy dalam Amtsalul Hadits no 111 dan riwayat Ibnu Abid Dunya dalam asy-Syukr)
Contoh bagaimana seseorang bersyukur dengan menyebutkan nikmat Allah dan mengingat bahwa dulu ia memiliki kekurangan, kemudian Allah beri nikmatnya adalah orang buta pada Bani Israil yang dikisahkan Nabi dalam hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah. Orang buta itu menyebut-nyebut nikmat Allah dengan menyatakan:
قَدْ كُنْتُ أَعْمَى فَرَدَّ اللَّهُ بَصَرِي، وَفَقِيرًا فَقَدْ أَغْنَانِي
Aku dahulu buta, kemudian Allah kembalikan penglihatanku. (Aku dahulu) fakir, kemudian Allah menjadikan aku kaya (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Kemudian, Malaikat yang menguji orang buta ini berkata:
فَإِنَّمَا ابْتُلِيتُمْ، فَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنْكَ، وَسَخِطَ عَلَى صَاحِبَيْكَ
Sesungguhnya kalian hanyalah diuji. Allah telah ridha kepadamu dan murka kepada 2 rekanmu (yang sebelumnya berpenyakit sopak dan orang yang botak)(H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Nukilan dan Intisari Penjelasan Ulama
al-Qurthubiy rahimahullah menyatakan: Sebarkanlah apa yang Allah berikan nikmat kepadamu dengan ungkapan syukur dan pujian. Menyebut-nyebut nikmat-nikmat Allah dan mengakuinya adalah syukur (al-Jami’ li Ahkaamil Quran 20/102)
Syaikh Sholih bin Abdil Aziz Aalusy Syaikh hafidzhahullah menyatakan: Tingkatan syukur yang pertama adalah menyebut-nyebut nikmat, seperti seorang mengucapkan: Ini adalah bagian dari karunia Allah, ini adalah nikmat (dari) Allah (atTamhiid li Syarh Kitabit Tauhid 1/451).
Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan bahwa ayat ini mengandung 2 makna perintah, yaitu:
Pertama: Perintah untuk menyebut-nyebut nikmat Allah.
Kedua: Perintah untuk berdakwah mengajak orang kepada Allah, menyampaikan risalah-Nya, dan mengajari umat. Nikmat Allah yang dimaksud adalah kenabian dalam penafsiran Mujahid. Az-Zajjaaj menafsirkan: Sampaikanlah ajaran (risalah) yang engkau bawa, dan beritakanlah dengan kenabian yang Allah berikan kepadamu. Al-Kalbiy menafsirkan nikmat Allah itu adalah alQuran. Nabi diperintah untuk membacakan alQuran kepada manusia.
Pendapat yang benar adalah mencakup kedua hal ini. Baik perintah menyebut-nyebut nikmat Allah dan juga perintah untuk berdakwah (disarikan dari atTafsiirul Qoyyim 1/574).
Sebagian Pelajaran yang Bisa Dipetik
1. Jangan lupa diri ketika mendapatkan nikmat Allah. Akui dalam hati bahwa itu berasal dari Allah. Kalau bukan karena pertolongan Allah, tidak bisa kita mendapatkan nikmat itu. Bukan karena kepandaian dan keahlian kita nikmat itu didapatkan. Kemudian ungkapkan syukur dengan lisan dengan menyebutnya sebagai nikmat Allah dan pujilah Allah, serta gunakan nikmat itu untuk menjalankan ketaatan kepada Allah. Apabila ada orang yang memiliki andil membantu kita untuk mendapat nikmat itu, berterima kasihlah kepada orang itu. Karena itu bagian dari syukur.
2. Sebarkan dakwah ajaran Allah di muka bumi. Karena alQuran dan diutusnya Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam kepada kita adalah nikmat yang sangat agung.
Penulis: Abu Utsman Kharisman