Kam 26 Jumadil awal 1446AH 28-11-2024AD

Allah Azza Wa Jalla berfirman:

وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا وَأَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ كُلَّمَا أَوْقَدُوا نَارًا لِلْحَرْبِ أَطْفَأَهَا اللَّهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Yahudi berkata: Tangan Allah terbelenggu. Justru tangan mereka yang terbelenggu. Mereka dilaknat karena ucapan mereka. Kedua Tangan Allah terbentang. Dia memberikan pemberian sesuai dengan yang Dia kehendaki. Sungguh banyak dari mereka yang bertambah sikap melampaui batas dan kekafirannya terhadap ayat yang diturunkan kepadamu. Dan Kami lemparkan sikap permusuhan dan kebencian di antara mereka hingga hari kiamat. Setiap kali mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya. Dan mereka mengupayakan timbulnya kerusakan di muka bumi. Allah tidak menyukai para pembuat kerusakan (Q.S al-Maidah ayat 64)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’diy rahimahullah menyatakan:

Allah Ta’ala mengkhabarkan tentang ucapan buruk Yahudi dan akidah mereka yang sangat jelek. Allah berfirman (yang artinya) “dan Yahudi berkata: Tangan Allah terbelenggu”. Artinya tertahan dari kebaikan dan kebajikan.

“Justru tangan mereka terbelenggu, dan mereka terlaknat dengan ucapan mereka”. Ini adalah doa keburukan untuk mereka, sesuai dengan ucapan mereka. Karena sesungguhnya ucapan mereka mengandung pensifatan terhadap Allah yang mulia dengan sifat kebakhilan dan tidak berbuat baik. Maka Allah pun membalas mereka bahwa sifat itulah yang tepat untuk mereka.

Mereka (Yahudi) adalah manusia yang paling bakhil dan paling sedikit perbuatan baiknya. Mereka paling buruk persangkaannya terhadap Allah. Dan Allah pun menjauhkan mereka dari rahmat-Nya, yang sebenarnya rahmat Allah untuk meliputi segala sesuatu. Melingkupi seluruh penjuru dunia yang tertinggi maupun terbawah.

Karena itulah Allah berfirman (yang artinya): “Kedua Tangan (Allah) terbentang. Dia memberikan pemberian sesuai dengan yang dikehendaki-Nya”. Tidak ada yang bisa menghalangi-Nya. Tidak ada yang bisa mencegah apa yang diinginkan Allah. Karena Dia (Allah) Ta’ala telah membentangkan karunia dan kebaikan-Nya, baik terkait agama ataupun duniawi. Dia juga memerintahkan agar para hamba bisa mendapatkan hembusan-hembusan kebaikan-Nya dan janganlah menutup pintu kebaikan-Nya dengan bermaksiat kepada-Nya.

Kedua Tangan Allah sangat dermawan baik di malam maupun siang. Kebaikan-Nya begitu deras melimpah di seluruh waktu. Dia memberikan jalan keluar bagi yang tertimpa kesulitan, menghilangkan kesedihan, memberikan kecukupan bagi orang yang kekurangan, membebaskan pihak yang tertawan, menambal bagian yang rusak atau patah, mengabulkan doa pihak yang meminta, memberi kepada yang fakir, menjawab seruan pihak yang sangat butuh kepada-Nya. Dia tetap memberikan nikmat kepada orang yang tidak meminta kepada-Nya. Dia berikan afiyat (kesehatan dan keselamatan, pen) kepada yang meminta afiyat.

Dia tidak menghalangi kebaikan-Nya sekalipun kepada pihak yang bermaksiat kepada-Nya. Justru kebaikan-Nya dinikmati orang yang baik maupun yang jahat. Dia anugerahkan kepada para Wali-Nya taufiq untuk beramal sholih, kemudian mereka memuji-Nya. Ia pun menambah anugerah itu kepada mereka.

Di antara bentuk kedermawanan-Nya adalah Dia memberikan balasan kebaikan kepada mereka baik segera maupun ditunda. Balasan kebaikan itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tidak tercerna oleh persangkaan hamba. (Karena demikian banyak dan begitu mulia, pen).

Dia (Allah) bersikap lembut kepada mereka dalam seluruh perkara mereka. Dia sampaikan kebaikan kepada mereka. Dia cegah dari mereka siksaan yang banyak di antara mereka tidak merasakannya.

Maha Suci lah Dia (Allah) yang segala nikmat untuk para hamba berasal dari-Nya. Kepada-Nya lah para makhluk berlindung dalam menghindari hal-hal yang tidak disukai. Maha berlimpah keberkahan Allah, yang tidak ada satu pihak pun yang bisa menghitung pujian (yang layak) untuk-Nya. Justru (pujian yang layak bagi-Nya) adalah sebagaimana pujian-Nya untuk diri sendiri.

Maha Tinggi (Allah) yang tidak ada hamba-Nya yang terluput dari kemurahan-Nya meski sekejap mata. Tidak ada sesuatu pun yang berwujud ataupun tersisa kecuali mendapat curahan kedermawanan-Nya.

Dan Allah mencela orang yang merasa cukup akan ketidaktahuannya terhadap Rabb-Nya. Sehingga orang itu mengatakan sesuatu tentang Allah yang tidak sesuai dengan kemuliaan-Nya. Kalau seandainya Allah menyikapi kaum Yahudi yang berkata demikian maupun yang semisal mereka dengan ucapan-ucapan semakna, niscaya mereka akan binasa dan begitu sengsara kehidupan dunia mereka. Namun, meskipun mereka berkata dengan ucapan (celaan dan penghinaan kepada Allah) demikian, Dia (Allah) Yang Maha Tinggi masih bersikap lembut kepada mereka, membiarkan, dan memberi tangguh. Meskipun Dia tidak mengabaikan mereka.

Firman Allah (yang artinya): “dan sungguh banyak di antara mereka yang semakin bertambah bersikap melampaui batas dan tambah kafir terhadap ayat-ayat yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu”. Ini adalah hukuman terbesar bagi seorang hamba. Wahyu yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, yang semestinya menjadi sebab kehidupan hati dan ruh, kebaikan dunia dan akhirat, keberuntungan di dua negeri, yang merupakan anugerah terbesar Allah kepada para hamba-Nya, seharusnya itu membuat mereka bersegera menerimanya, tunduk kepada Allah, bersyukur kepada-Nya. Namun (sebaliknya) justru turunnya wahyu itu membuat mereka semakin sesat, semakin melampaui batas, dan semakin kafir. Hal itu disebabkan sikap mereka yang berpaling darinya, menolaknya, menentangnya dengan syubhat yang batil.

“dan Kami lemparkan permusuhan dan kebencian di antara mereka hingga hari kiamat”. Mereka (kaum Yahudi itu) tidaklah saling rukun, tidak pula saling bantu, tidak bersepakat akan hal yang menjadi kemaslahatan bagi mereka. Justru hati mereka saling benci, bersikap melampaui batas dengan perbuatan mereka hingga hari kiamat.

“Setiap kali mereka menyalakan api peperangan” untuk membuat tipu daya bagi Islam dan pemeluknya, memusuhinya, mengerahkan pasukan berkendara ataupun berjalan kaki, “Allah akan memadamkannya”, dengan membuat mereka hina dan tercerai berai pasukan mereka, serta kemenangan kaum muslimin atas mereka.

“Mereka mengupayakan kerusakan di muka bumi”. Artinya mereka berjuang dan berusaha keras. Namun untuk menimbulkan kerusakan di muka bumi. Dengan melakukan perbuatan kemaksiatan dan ajakan kepada agama mereka yang batil serta menghalangi orang memasuki agama Islam. “dan Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. Dia (Allah) sangat murka kepada mereka dan Dia akan memberikan balasan kepada mereka akan hal itu.


Referensi: Taisir Kariimir Rahmaan fi Tafsiri Kalaamil Mannan 1/237

Penerjemah: Abu Utsman Kharisman

Tinggalkan Balasan