Sebagian Contoh Penafsiran Mujahid bin Jabr yang Menjadi Rujukan
1. Jangan mengikuti jalan-jalan kebid’ahan dan syubhat yang akan memalingkan dari jalan Allah.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ
Dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (lain) sehingga kalian akan berpecah belah dari jalan-Nya
(Q.S al-An’aam ayat 153)
Mujahid menafsirkan:
الْبِدَعُ وَالشُّبُهَاتُ
Kebid’ahan-kebid’ahan dan syubhat-syubhat (riwayat atThobariy dalam tafsirnya)
Hal itu menunjukkan bahwa kebid’ahan-kebid’ahan akan membuat kaum muslimin terpecah dan menyimpang dari jalan Allah.
2. Orang yang mengingat Allah saat akan berbuat maksiat kemudian tidak jadi melakukannya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ
Dan bagi orang yang takut akan (masa berdiri di hadapan) Rabbnya, akan mendapatkan dua surga
(Q.S arRahmaan ayat 46)
Mujahid menyatakan:
الرَّجُلُ يَهُمُّ بِالذَّنْبِ فَيَذْكُرُ مَقَامَهُ بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ فَيَتْرُكُهُ، فَلَهُ جَنَّتَانِ
Seseorang yang sudah berkeinginan melakukan dosa kemudian dia ingat akan datangnya masa berdiri di hadapan Allah, maka ia pun meninggalkannya. Orang ini akan mendapatkan dua surga (riwayat atThobariy dalam Tafsirnya)
3. Manusia akan diberitahu tentang apa yang telah diperbuatnya sejak pertama beramal hingga terakhir beramal.
Allah Ta’ala berfirman:
يُنَبَّأُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ بِمَا قَدَّمَ وَأَخَّرَ
Manusia akan diberitahu pada hari itu apa yang dia dahulukan dan dia akhirkan
(Q.S al-Qiyaamah ayat 3)
Mujahid menafsirkan:
بِأَوَّلِ عَمَلِهِ وَآخِرِهِ
Awal dan akhir perbuatannya (riwayat atThobariy dalam Tafsirnya)
4. Jika engkau telah selesai dari urusan dunia, tegakkanlah shalat dengan penuh pengharapan dan keikhlasan.
Allah Ta’ala berfirman:
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ
Jika engkau telah selesai, berusahalah. Kepada Rabbmu, berharaplah
(Q.S asy-Syarh ayat 7-8)
Mujahid menafsirkan:
إِذَا فَرَغَتَ مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا فَقُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَاجْعَلْ رَغْبَتَكَ إِلَيْهِ وَنِيَّتَكَ لَهُ
Jika engkau telah selesai dari urusan dunia, bangkitlah menuju shalat dan jadikanlah harapan dan (keikhlasan) niatmu untuk-Nya (riwayat Abu Nuaim dalam Hilyatul Awliyaa’)
Dikutip dari:
Buku “Sirah Tabiin” – dengan penyesuaian judul, Abu Utsman Kharisman, penerbit ash Shaf Media