Bantahan Terhadap Ustadz Khalid Basalamah Terkait Sumpahnya di Hadapan Jamaah Bahwa Mereka Akan Bertemu di Surga (Bagian ke-2)
Kedua: Setelah menegaskan keyakinan bahwa beliau dan jamaah yang hadir di kajian saat itu pasti bertemu di surga, ustadz Khalid Basalamah menyatakan: “dan itu yang Nabi shollallahu alaihi wasallam tanamkan kepada para sahabat”.
Pernyataan ustadz Khalid Basalamah itu tidak benar. Bukan demikian yang ditanamkan oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam kepada para Sahabatnya. Artinya, Nabi tidak mengajarkan kepada para Sahabat untuk memastikan seseorang pasti masuk surga setelah meninggalnya. Apabila hal itu tidak berdasarkan dalil yang jelas dari alQuran dan hadits yang shahih.
Dalam hadits di Shahih al-Bukhari, justru Nabi shollallahu alaihi wasallam menegur seorang shohabiyyah yang memastikan bahwa Utsman bin Madzh’un yang meninggal saat itu, pasti mendapat kemuliaan dari Allah. Ummul ‘Alaa’ radhiyallahu anha berkata kepada jenazah Utsman bin Madzh’un waktu itu:
رَحْمَةُ اللَّهِ عَلَيْكَ أَبَا السَّائِبِ، فَشَهَادَتِي عَلَيْكَ لَقَدْ أَكْرَمَكَ اللَّهُ
Rahmat Allah tercurah kepadamu wahai Abus Saaib (kuniah Utsman bin Madzh’un, -pen), aku bersaksi atasmu bahwasanya Allah telah memuliakan engkau
Mendengar ucapan Ummul ‘Alaa’ itu Nabi shollallahu alaihi wasallam menegurnya:
وَمَا يُدْرِيكِ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَكْرَمَهُ؟
Apa yang membuatmu tahu bahwasanya Allah telah memuliakan dia?
Setelah itu, Nabi shollallahu alaihi wasallam memberikan bimbingan bahwa semestinya ungkapan harapan yang disampaikan. Bukan pemastian. Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda:
أَمَّا هُوَ فَقَدْ جَاءَهُ اليَقِينُ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأَرْجُو لَهُ الخَيْرَ
Adapun dia, telah datang keyakinan padanya. Demi Allah, aku sungguh berharap ia mendapatkan kebaikan
Setelah mendengar bimbingan Nabi shollallahu alaihi wasallam tersebut, Ummul ‘Alaa’ berkata:
فَوَاللَّهِ لاَ أُزَكِّي أَحَدًا بَعْدَهُ أَبَدًا
Demi Allah, aku tidak akan pernah memuji seorang pun (dengan memastikan ia mendapat kemuliaan Allah setelah ia meninggal, -pen) setelah peristiwa itu (H.R al-Bukhari)
Demikianlah bimbingan Nabi shollallahu alaihi wasallam kepada para Sahabatnya. Untuk jangan memastikan kemuliaan bagi seseorang setelah ia meninggal, karena ilmu tentang hal itu adalah termasuk permasalahan ghaib yang dikembalikan kepada Allah. Adapun berharap kebaikan untuknya, itulah yang diajarkan oleh Nabi shollallahu alaihi wasallam. Lain halnya dengan orang-orang yang dipastikan Nabi akan mendapat kemuliaan Allah di akhirat, maka pastikanlah bahwa ia mendapatkan kemuliaan demikian, sebagai bentuk pembenaran terhadap berita dari Nabi shollallahu alaihi wasallam.
Pada kejadian yang lain, Nabi shollallahu alaihi wasallam menegur Aisyah radhiyallahu anha ketika memastikan anak kecil yang meninggal dan belum berbuat dosa pasti akan masuk surga. Kisah itu disebutkan dalam Shahih Muslim.
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ قَالَتْ: دُعِيَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى جَنَازَةِ صَبِيٍّ مِنَ الْأَنْصَارِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ طُوبَى لِهَذَا، عُصْفُورٌ مِنْ عَصَافِيرِ الْجَنَّةِ لَمْ يَعْمَلِ السُّوءَ وَلَمْ يُدْرِكْهُ، قَالَ: أَوَ غَيْرَ ذَلِكَ، يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللهَ خَلَقَ لِلْجَنَّةِ أَهْلًا، خَلَقَهُمْ لَهَا وَهُمْ فِي أَصْلَابِ آبَائِهِمْ، وَخَلَقَ لِلنَّارِ أَهْلًا، خَلَقَهُمْ لَهَا وَهُمْ فِي أَصْلَابِ آبَائِهِمْ
Dari Aisyah ibu kaum beriman, ia berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam diundang untuk menghadiri jenazah anak kecil dari Anshar. Maka aku (Aisyah) berkata: Wahai Rasulullah, sungguh beruntung anak kecil ini. Ia (akan menjadi seperti) burung kecil di surga (yang bebas berkelana di dalam surga, -pen). Tidak pernah melakukan perbuatan jahat sama sekali. Nabi bersabda: Apakah tidak sebaiknya engkau mengucapkan ucapan yang lain wahai Aisyah. Sesungguhnya Allah menciptakan penghuni bagi surga. Allah ciptakan mereka sebagai penghuni surga saat mereka masih berada di tulang sulbi ayah-ayah mereka. Allah juga menciptakan penghuni untuk neraka. Allah ciptakan mereka untuk neraka, pada saat mereka berada di tulang sulbi ayah-ayah mereka (H.R Muslim)
Syaikh Muhammad Ali Adam al-Ityubiy rahimahullah menyebutkan beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari hadits itu, di antaranya adalah:
عدم القطع لأحد بالجنّة، ولو صغيرًا، تأدبًا مع الله تعالى، فإنه الذي يعلم من هو أهل الجنة
Tidak memastikan siapapun pasti masuk surga, meskipun terhadap anak kecil. Hal itu sebagai bentuk adab kepada Allah Ta’ala. Karena Dialah (Allah) yang mengetahui siapakah yang termasuk penghuni surga (al-Bahrul Muhiith ats-Tsajjaaj 41/529)
Bahkan, Sahabat Nabi ‘Amr bin al-Ash ketika menjelang meninggal dunia, beliau mengkhawatirkan diri beliau. Beliau tidak berani memastikan bahwa diri beliau akan masuk surga.
Di antara kutipan ucapan Sahabat Nabi ‘Amr bin al-‘Ash radhiyallahu anhu menjelang meninggal dunia itu, beliau menyatakan:
وَمَا كَانَ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَىَّ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَلاَ أَجَلَّ فِى عَيْنِى مِنْهُ وَمَا كُنْتُ أُطِيقُ أَنْ أَمْلأَ عَيْنَىَّ مِنْهُ إِجْلاَلاً لَهُ وَلَوْ سُئِلْتُ أَنْ أَصِفَهُ مَا أَطَقْتُ لأَنِّى لَمْ أَكُنْ أَمْلأُ عَيْنَىَّ مِنْهُ وَلَوْ مُتُّ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ لَرَجَوْتُ أَنْ أَكُونَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ثُمَّ وَلِينَا أَشْيَاءَ مَا أَدْرِى مَا حَالِى فِيهَا
…Dan (setelah itu) tidak ada seorangpun yang lebih aku cintai dibandingkan Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Tidak ada seorangpun yang lebih mulia dalam pandanganku dibandingkan beliau. Aku tidak mampu memenuhkan mataku dalam memandang beliau (karena demikian mulianya beliau dalam pendanganku, -pen) . Kalau aku diminta untuk menceritakan ciri-ciri beliau, aku tidak akan mampu karena aku tidak bisa memenuhkan mataku dengan kemuliaan kepada beliau. Jika aku mati saat itu dalam kondisi demikian, niscaya aku berharap aku termasuk penduduk Surga. Kemudian kami diamanahi kepemimpinan, aku tidak tahu bagaimana keadaanku di dalamnya… (H.R Muslim)
Artinya, pada saat beliau pernah mengalami fase begitu mencintai dan memuliakan Nabi, jikapun beliau meninggal saat itu, beliau tidak memastikan bahwa beliau pasti masuk surga. Beliau hanya menyatakan:
وَلَوْ مُتُّ عَلَى تِلْكَ الْحَالِ لَرَجَوْتُ أَنْ أَكُونَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
Jika aku mati saat itu dalam kondisi demikian, niscaya aku berharap aku termasuk penduduk Surga.
Amr bin al-Ash mengungkapkan harapan besar. Bukan pemastian.
Kemudian setelah itu beliau menceritakan fase saat beliau diberi amanah sebagai pemimpin. Sebagian Ulama yang mensyarh hadits menjelaskan bahwa beliau pernah menjadi gubernur di Mesir. Saat menjadi pemimpin itulah Amr bin al-Ash tidak yakin apakah beliau benar-benar menunaikan amanah sebagai pemimpin yang adil ataukah tidak. Itu pula yang membuat ‘Amr bin al-Ash menangis menjelang meninggalnya.
Wallaahu A’lam
(Insyaallah bersambung pada bantahan bagian ke-3).
Ditulis oleh: Abu Utsman Kharisman