Kewajiban Taat dan Sabar Terhadap Pemerintah
Alhamdulillah, kita memuji Allah atas segala karunia yang tak terhingga, tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah.
لا حول ولا قوة إلا بالله
Marilah kita bertakwa kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya.
Kita memohon kepada Allah agar kita senantiasa mendapatkan taufiq dan hidayah-Nya.
Diantara prinsip ahlus sunnah adalah menghormati dan menaati pemerintah dalam perkara yang ma’ruf, Allah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kalian. (Q.S An-Nisa : 59)
Ketaatan kepada pemerintah adalah bentuk ibadah sebagaimana ibadah yang lain seperti shalat, zakat dan puasa yang akan mengantarkan kepada Jannah. Rasulullah ﷺ berkhutbah pada hajjatul wada’:
اتَّقُوا اللَّهَ رَبَّكُمْ وَصَلُّوا خَمْسَكُمْ وَصُومُوا شَهْرَكُمْ وَأَدُّوا زَكَاةَ أَمْوَالِكُمْ وَأَطِيعُوا ذَا أَمْرِكُمْ تَدْخُلُوا جَنَّةَ رَبِّكُمْ
“Bertakwalah kepada Allah Rabb kalian, kerjakanlah shalat lima waktu, berpuasalah di bulan Ramadhan, tunaikanlah zakat pada harta kalian, dan taatilah pemimpin kalian, niscaya kalian masuk surga Rabb kalian.” (HR At-Trimidzi dihasankan oleh al-Hakim)
Juga ketaatan kepada pemerintah adalah salah satu amalan yang dicintai dan diridhoi Allah, Rasulullah bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلَاثًا فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةِ الْمَالِ
“Sesungguhnya Allah meridhoi bagi kalian tiga perkara dan membenci tiga perkara; Dia menyukai kalian supaya beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, kalian berpegang teguh dengan agama-Nya dan tidak berpecah belah. Dan Dia murka terhadap tiga perkara dari kalian (yakni) mengatakan sesuatu yang tidak jelas sumbernya, banyak bertanya dan menyia-nyiakan harta.” (HR Muslim, Malik dan Ahmad dari sahabat Abu Hurairah)
Nabi ﷺ juga memerintahkan kita untuk senantiasa taat kepada pemerintah dalam segala keadaan, baik kita suka, duka, senang dan sedih. Rasulullah menegaskan:
عَلَيْكَ السَّمْعَ وَالطَّاعَةَ فِي عُسْرِكَ وَيُسْرِكَ وَمَنْشَطِكَ وَمَكْرَهِكَ وَأَثَرَةٍ عَلَيْكَ
“Wajib bagi kalian untuk mendengar dan taat baik dalam keadaan susah maupun senang, dalam perkara yang disukai dan dibenci dan sewenang-wenang atas kalian.” (HR Muslim dari Sahabat Abu Hurairah)
Seorang muslim menjaga lisan dan perbuatannya agar jangan sampai dia mencela dan merendahkan para pemimpin. Rasulullah ﷺ melarang para sahabat merendahkan penguasa:
مَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ أَهَانَهُ اللَّهُ
“Barangsiapa yang menghinakan orang yang ditakdirkan Allah menjadi penguasa di muka bumi, Allah akan hinakan dia.” (HR at-Tirmidzi dan dihasankan oleh syaikh al-Albani)
Hendaknya kita tetap istiqomah menahan diri, tidak ikut dalam aksi baik secara langsung atau di dalam media-media sosial, baik dalam postingan postingan dan unggahan status media sosial yang menjatuhkan kehormatan pemerintah, hal ini dilarang dalam islam. Sebagaimana ucapan sahabat Hudzaifah bin Al Yaman Radhiyallahu Anhuma:
مَا سَعَى قَوْمٌ لِيَذِلُّوا سُلْطَانَ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ إِلَّا أَزَلَّهُمُ اللَّهُ قبْلَ أَنْ يَمُوتُوا
“Tidaklah suatu kaum berjalan menuju orang Allah takdirkan menjadi penguasa di muka bumi dengan tujuan untuk menghinakannya, kecuali Allah akan hinakan ia sebelum ia meninggal dunia.” (HR. Ibnu Syabbah dalam Tarikh Al Madinah)
Maka demikianlah balasan yang Allah timpakan pada seseorang di dunia apabila ia menjelek-jelekkan penguasanya niscaya Allah akan hinakan ia sebelum hari kiamat.
Kesabaran terhadap kedzaliman penguasa yang mementingkan diri sendiri akan mengantarkan kepada telaga. Rasulullah ﷺ bersabda:
سَتَلْقَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ
“Kalian akan menjumpai sepeninggalku para pemimpin yang mementingkan diri sendiri dan kelompoknya bersabarlah hingga kalian menjumpaiku di telaga nanti.” (HR. An Nasai dari Usaid bin Hudhair dan dishahihkan oleh Al Albani)
Hendaknya kita bersabar dengan keadaan pemerintah dan bersabar dengan perselisihan yang terjadi di antara mereka, jangan ikut berkomentar apalagi melakukan aksi dan demonstrasi.
Maka bersabarlah dan bertakwalah kepada Allah agar kita menjadi hamba yang diridhoi oleh-Nya.
Abu Ibrahim Ismail bin Yahya bin Ismail Al-Muzani, salah satu murid senior Al-Imam Asy Syafi’i, beliau menyatakan di dalam karyanya Syarhussunnah:
وَترك الْخُرُوج عِنْد تعديهم وجورهم وَالتَّوْبَة إِلَى الله عز وَجل كَيْمَا يعْطف بهم على رعيتهم
Hendaklah (seorang muslim) meninggalkan khuruj (memberontak dan menentang) terhadap penguasanya ketika pemerintah bersikap sewenang-wenang dan tidak adil. Dan bertaubatlah kepada Allah agar pemerintah bersikap kasih sayang terhadap rakyatnya. (Syarhussunnah Lil Muzani hal. 84 versi Maktabah Syamilah)
Jika kita menginginkan pemimpin yang memiliki sifat kasih sayang kepada rakyatnya maka bertaubatlah kepada Allah. Semakin banyak perkara yang kita langgar dari perintah Allah dan Rasul-Nya, bahkan terkadang kita meremehkan sunnah nabi-Nya, maka Allah akan membalas sesuai dengan apa yang telah kita lakukan.
Maka bertaubatlah agar kita menjadi orang-orang yang beruntung.
وَتُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ ٱلْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Q.S An-Nuur Ayat 31)
Asy Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menjelaskan:
فلا سبيل إلى الفلاح إلا بالتوبة، وهي الرجوع مما يكرهه الله، ظاهرا وباطنا، إلى ما يحبه ظاهرا وباطنا
“Sehingga tidak ada jalan menuju keberuntungan kecuali dengan bertaubat, yaitu kembali dari hal-hal yang dibenci oleh Allah, baik lahir atau yang batin menuju perkara-perkara yang Dia cintai, baik secara lahir maupun batin.” (Tafsir As Sa’di surah An Nuur ayat 31)
Semoga Allah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Petikan khotbah Jumat yang disampaikan pada 19 Shafar 1446 H/ 23 Agustus 2024 M di Masjid Al Fauzan oleh Ustadz Abu Muhammad Qosim dengan beberapa penyesuaian